Tanpa disadari oleh Sung Han sendiri, bahwasannya latihan bermeditasi di bawah sinar matahari dan bulan tanpa henti telah memperkuat tubuhnya luar dalam. Cahaya rembulan membuat peredaran darahnya bersih dan lancar. Sedangkan cahaya matahari memperkuat tulang serta sumsumnya, sehingga saat ini tubuhnya sudah jauh lebih kuat dari kebanyakan anak seumurannya.
Sung Han sama sekali tidak tahu akan perkembangan keadaan tubuhnya, dia hanya merasa bahwa tenaga dalamnya jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Walaupun begitu, anak ini tak berani membantah perintah Xiao Shi Yong dan terus bermeditasi tanpa makan dan minum.
Sedangkan gurunya sendiri, selama ini bukan berarti dia bersantai dan tidak melakukan apa-apa. Justru sebaliknya, dia berusaha keras untuk membuatkan sarung pedang baru bagi Sung Han.
Sampai kurang lebih sebulan kemudian, Xiao Shi Yong naik ke atas tebing dan melihat tubuh muridnya yang kurus serta tak terurus. Tapi dia tersenyum mengetahui perkembangan muridnya yang tak main-main.
"Sung Han..."
Tiba-tiba Sung Han terperanjat ketika meraskaan pundak kirinya ditepuk oleh seseorang. Begitu membuka mata, pemandangan pertama yang ia lihat adalah gurunya sedang tersenyum lembut padanya.
"Kau melakukan dengan baik muridku, sekarang mari pulang dan makan."
Sung Han hanya mengikut saja saat gurunya turun tebing dan menuju ke pondoknya. Saat sampai di dalam pondok sederhana itu, ternyata sudah banyak sekali hidangan yang tersaji, sesuatu yang membuat Sung Han cukup kaget karena selama berada di sini, tak pernah dia disuguhi hidangan semewah ini.
"Nah makanlah sampai kenyang."
"Guru, ini...bukankah terlalu banyak?"
"Tak apa, kau habiskan saja."
Sung Han mulai memakan makanan itu dan dia kaget sekali, rasanya tak lebih enak dengan makanan yang disediakan oleh para koki profesional di Rajawali Putih, bahkan ini lebih enak.
Maka tanpa sadar, pemuda ini makan lahap sekali tanpa menghiraukan gurunya yang masih senyum-senyum. Dia pun tak sadar jika pedang yang selama ini dibawa gurunya sudah berubah bentuk, setidaknya pada bagian sarung pedang.
Selesai makan, pemuda itu kaget dengan diri sendiri, tak sadar bahwa makanan sebanyak itu mampu ia habiskan sendiri. Sebelum dirinya sempat berkata-kata, gurunya sudah lebih dulu berkata.
"Sung Han, tahukah kau apakah pedang ini?" tanya Xiao Shi Yong.
Sung Han memandang pedang itu dan baru sadarlah ia bahwa sarung pedangnya berubah. "Guru, perasaan dahulu bentuk sarungnya bukan seperti ini? Terdapat banyak sekali ukiran indah."
"Memang, aku telah menggantinya karena pedang ini, pada hari ini, akan berpindah pemilik. Yaitu dirimu." ujarnya seraya mengelus-elus sarung pedang berwana hitam pekat itu.
Jika sebelumnya terdapat berbagai macam ukiran berwarna merah yang indah sekali, sekarang sudah jauh berbeda. Berubah menjadi warna hitam polos tanpa ukiran, tapi tampak halus sekali. Agaknya Xiao Shi Yong cukup ahli dalam hal ini.
Tapi Sung Han sama sekali tidak memerhatikan hal itu lagi karena dia merasa ada perbedaan dalam setiap ucapan gurunya. Entah apa itu dia merasa berbeda. Maka dari itulah, Sung Han hanya mampu diam.
"Sesuai janjiku, hari ini pula, setelah kau berhasil menyelesaikan latihanmu, maka kau akan mengenal gurumu. Nah dengarlah baik-baik."
Inilah saat-saat yang paling dinantikan Sung Han, motivasi dan penyemangatnya dalam latihan kali ini adalah untuk perkenalan dengan gurunya. Selama ini dia tak pernah mengenal sedikit pun akan diri gurunya, kecuali yang dilihatnya selama ini. Maka dari itulah, pemuda ini mendengarkan penuh perhatian.
Xiao Shi Yong, adalah sebuah nama pemberian ayahnya yang bernama Xiao Tsun, putra dari putri terakhir salah satu keluarga penguasa, keluarga Xiao dari Selatan.
Dia mempunyai seorang kakak kembar yang bernama Xiao Shi Yan, seseorang yang tumbuh dan kuat bersamanya. Namun harus berpisah saat keduanya menjadi pendekar dan mulai merantau ke seluruh daratan.
Saat itulah dunia persilatan geger akan kemunculan seorang pendekar dari lain daratan yang mengaku bernama Shuji. Kakek tua berusia tujuh puluh tahun yang lihainya bukan main.
Dia bersenjatakan sepasang pedang yang dinamai Sepasang Pedang Gerhana. Sesuai namanya, satu pedang bernama gerhana matahari, dan satu lagi bernama gerhana bulan.
Setelah kematiannya, sepasang pedang itu lenyap entah kemana. Namun ada rumor yang beredar bahwasannya sepasang pedang itu telah dikutuk oleh Shuji sendiri, selaku pembuat pedang.
Yang dimana kutukan akan membuat siapapun pemilik pedang ini nantinya, akan saling bunuh jika kedua pemilik itu sesama jenis. Namun akan bersatu dalam ikatan pernikahan jika keduanya berbeda jenis.
Saat itulah, Xiao Shi Yong berhasil mendapat pedang gerhana matahari dan tanpa sepengetahuannya, kakaknya yang bernama Xiao Shi Yan berhasil mendapat pedang gerhana bulan. Kutukan pun aktif.
Entah karena hal apa, sesuatu yang tak jelas dan seolah berasal dengan tenaga ghaib, sejak hari itu jika keduanya saling bertemu selalu kembali dengan tubuh penuh luka. Keduanya terlibat permusuhan tak berujung.
Pada suatu ketika, dengan terpaksa Xiao Shi Yong berhasil membunuh kakaknya yang dianggap telah menyeleweng. Hatinya sedih dan berduka sekali ketika dia pergi setelah menguburkan jenazah kakaknya.
Namun yang lebih membuatnya sedih lagi adalah, ketika dia mendengar dari seseorang yang berkata.
"Kutukan Sepasang Pedang Gerhana tak hanya itu saja. Tapi ada satu lagi, yaitu pemiliknya tak akan bisa mati kecuali terbunuh. Sebelum pedang itu memiliki ahli waris, maka pemilik sebelumnya tak akan bisa mati."
Awalnya dia tak percaya, namun kenyataan tetap kenyataan. Sampai seratus lima puluh tahun kemudian, saat semua teman dan sahabat sudah pergi ke alam berikutnya, dia sendirian masih mendekam di dunia ini. Dan sama sekali tidak terlihat menua semenjak pertama kali dia memegang gagang pedang gerhana matahari.
Sejak hari itulah, dia berusaha keras untuk mencari murid sekaligus ahli waris dari pedang itu. Dan baru setelah beberapa ratus kemudian, barulah dia bertemu dengan Sung Han yang ternyata berjodoh dengan pedang ini.
"Nah, maukah kau menerima pedang keramat ini? Sudah terlalu tua aku hidup di dunia ini dan aku sudah bosan." kalimat penutup dari cerita Xiao Shi Yong ini diucapkan dengan lirih dan sendu.
Masih terlalu sulit bagi Sung Han untuk mencerna cerita gurunya yang bagai kisah dongeng itu. Matanya terbelalak dan mukanya pucat, bibirnya gemetaran disertai berdirinya bulu roma.
"Jadi, inikah guru?"
Melihat tatapan penuh harap dari gurunya, serta mendengar betapa selama gurunya selama ini selalu meraksa tersiksa karena tak pernah mati, dia menjadi terharu.
Namun jika dia memegang pedang itu, maka kutukan akan turun kepadanya dan mau tak mau dia harus membunuh pemilik Pedang Gerhana Bulan atau menikahi pemilik pedang itu. Ini sudah takdir!
"Aku tak percaya kutukan! Akan kupatahkan kutukan itu!!" ujarnya dalam hati dengan penuh kebulatan tekad.
Akhirnya setelah berpikir beberapa saat, dia menerima pedang itu dari tangan gurunya. Selain untuk mentaati perintah Xiao Shi Yong, dia juga merasa amat penasaran dan marah dengan kutukan itu sampai membuat gurunya tersiksa. Membuat gurunya memercayai ungkapan bodoh semacam itu.
Dia menganggap gurunya dapat hidup ratusan tahun hanya karena takdir dan memang Tuhan belum menghendaki dia mati. Dan tentang wajahnya yang masih muda, dia menganggap karena kesaktian gurunya yang terlalu tinggi maka bisa mencapai tingkat itu.
Sung Han tidak menyadari, dan tidak paham akan diri sendiri, bahwa semua pikiran itu bukan berdasarkan kenyataan dan logika, melainkan bertujuan untuk menenangkan diri sendiri karena hatinya mulai merasa takut jika saja dia bernasib sama seperti gurunya.
"Nah, lihatlah seberapa indahnya pedang di genggamanmu itu."
Sung Han meneguk ludahnya susah payah karena bagaiamana pun juga, pedang ini mengeluarkan aura mencekam yang kuat sekali. Ketika dia memegang gagang pedang, hatinya bergetar dan tangannya menggigil.
"Pedang iblis, ini bukan pedang biasa!!"
Saat gagang pedang tertarik dan memperlihatkan setengah bilahnya, barulah dia sadar dan seperti lupa segala. Matanya melebar saking takjubnya dengan pedang itu.
Bilah pedang gerhana matahari berwarna hitam pekat, hitam sekali seolah cahaya pun tak mampu memudarkan warnanya. Namun ukiran-ukiran indah berwarna kuning gelap hampir ke merah itu mengeluarkan cahaya-cahaya redup yang sungguh luar biasa indah. Dia terhipnotis akan kecantikan pedang itu yang sama sekali tiada bandingan di dunia ini.
"Sung Han dengarkan aku....jangan sekali-kali kau cabut pedang itu kecuali dalam keadaan mendesak. Pedang itu harta karun yang diperebutkan semua orang, jangan sampai orang tahu akan keberadaannya. Aku membuatkan sarung pedang baru supaya tidak ada orang yang mengenal. Semoga kau berjodoh dengan pedang itu dan tak membawamu pada lubang kesesatan."
Sung Han cepat menoleh ketika mendengar suara gurunya yang makin lama makin serak dan lemah. Lalu dia terkejut sekali saat mengetahui kerutan di wajah gurunya makin banyak dan dalam sekejap saja wajah itu berubah menjadi wajah pria berumur enam puluhan tahun.
"Guru!" pekik Sung Han kaget.
"Pesan terakhirku, tak peduli kau berada dalam golongan hitam atau putih, tapi tetaplah berpegang pada pesanku ini. Jadilah orang baik...dan jika pemilik gerhana bulan adalah orang baik, sementara dia adalah lelaki sama sepertimu, maka...buanglah pedang itu!" ucapnya terus melemah dan menua.
"Ingat Sung Han....jadilah....orang....baik....."
"Guru....!!!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Wan Trado
owh, terjawab kenapa diceritakan berusia tiga puluhan tapi merasa sudah sepuh.. 👍
2025-02-18
1
Putra_Andalas
Bayangin tuh...udah KURUS,tak TERURUS pulak...😵😂🤣
2024-08-02
0
Yoihoi Yoi
lanjut
2023-08-12
1