Part 20

Ara sudah mulai tidak berangkat ke sekolah. Namun, Cintya menganggap jika Ara mungkin sedang sakit. Padahal Ara sudah meninggalkan kota itu sejak tadi malam bersama dengan keluarga. Kepergiaannya tersebut tidak diketahui siapapun termasuk keluarga Shaka.

Saat Cintya di kantin bersama kekasihnya. Kresna mendekat dan mencari-cari kemana Ara. "Ara nggak masuk?" tanya Kresna. Dia tidak menemukan dimana Ara berada.

"Telat kayaknya. Atau mungkin dia sakit lagi?" Cintya juga tak tahu karena Ara tidak berpamitan kepadanya.

Kresna mencoba menghubungi Ara. "Lo dimana? Kenapa nggak sekolah?" tanya Kresna.

"Gue diajak ayah ke tempat saudara, saudara ada yang sakit." jawab Ara.

"Oh, gue kira lo sakit. Ya udah, hati-hati!" Kresna tidak curiga sama sekali. Dia percaya begitu aja perkataan Ara.

"Gimana?" tanya Cintya juga penasaran.

"Dia ke rumah saudaranya."

"Oh.." Cintya juga tak curiga. Dia juga mempercayai apa kata Ara. Karena selama ini, Ara hampir tidak pernah membohonginya.

Sudah berhari-hari Ara tidak masuk sekolah. Membuat Kresna menjadi khawatir. Namun, dia masih tetap bisa menghubungi Ara.

Selama Ara tidak ke sekolah. Kresna jarang sekali nongkrong di kantin. Dia lebih memilih mengisi waktu istirahatnya untuk bermain basket.

Elsa dan teman-temannya berjalan melewati lapangan basket. Mereka melihat Kresna yang sedang main basket bersama teman-temannya. Pada saat itu, Kresna melepaskan kacamatanya. Dia nampak lebih tampan tanpa kacamata.

"El lihat! Kresna ganteng banget yak?" katanya penampilan Kresna.

Seketika Elsa menoleh. Ia melihat Kresna dengan rambut basah dan keringat diwajahnya. Mata Elsa berbinar melihat ketampanan Kresna. Lelaki yang ia puja selama ini.

Putri menyenggol lengan Sulis. Dengan gerakan kepalanya, ia meminta Sulis untuk melihat ke arah Elsa. Pada saat itu Elsa sedang terpaku melihat Kresna. Bibirnya mengembangkan senyuman.

"Ciee Elsa.." goda Sulis sembari menyenggol Elsa.

"Apaan sih." katanya malu-malu.

"Udah yuk ah!" Elsa menarik tangan kedua temannya.

Mereka pun lanjut berjalan menuju kelas. "Shaka udah ke kelas duluan?" tanya Putri mencari ke kanan dan ke kiri.

"Kayaknya iya. Dia kan harus kerjain tugas kita." jawab Elsa.

"Lo sukanya kan sama Kresna? Kenapa lo jadian sama Shaka? Apa karena dia bisa lo jadiin budak?" tanya Putri penasaran.

"Yes. Lumayanlah buat kerjain tugas kita. Lagipula selain gobl*k dia juga bucin dan tajir." jawab Elsa. Memang selama ini Elsa menganggap Shaka seperti itu. Karena dia selalu mencintai Kresna.

"Tapi Shaka juga nggak kalah ganteng." sahut Sulis.

"Namanya cinta nggak bisa di paksa. Gue cuma cinta sama Kresna." kata Elsa lagi sembari menoleh, memandang Kresna yang masih main basket.

"Oh gitu?" namun siapa sangka jika ternyata Shaka ada di belakang mereka.

Shaka yang selesai mengerjakan tugas Elsa dan kedua temannya, pergi ke toilet. Ia melihat Elsa yang berjalan di samping lapangan basket. Ia pun segera menghampiri. Dan baru ingin menyapa, Shaka keburu mendengar percakapan Elsa dengan kedua temannya.

Seketika Elsa dan kedua temannya berbalik badan. Mereka sangat kaget melihat Shaka yang berada di belakang mereka.

"Shaka?" gumam Putri dengan mata melotot.

"Sha..Sha.. Shaka?" Elsa tak kalah kaget. Namun, sesaat kemudian dia tersenyum manja dan mendekati Shaka.

"Lo darimana yank?" tanya Elsa hendak meraih tangan Shaka.

Namun dengan cepat Shaka menghindar. "Kita putus!" ucap Shaka tanpa basa basi. Ia kemudian berjalan meninggalkan ketiga temannya tersebut.

"Putus?" lirih Putri dan Sulis saling berpandangan.

"Ka, tunggu!" Elsa berlari mengejar Shaka. Disusul oleh Putri dan Sulis.

Shaka yang marah kemudian mengambil tas-nya. Ia pamit kepada guru piket dengan alasan sakit. Dengan segera ia meninggalkan sekolah.

Shaka melajukan motornya dengan cukup kencang. Dia marah, kecewa dan kesal. Ternyata selama ini dia hanya dimanfaatkan oleh Elsa. "Ahh...." Shaka meraung ketika masih mengemudikan motornya.

Tak pernah menyangka jika wanita yang ia cintai ternyata memperlakukan dirinya seperti itu. Menganggap dirinya sebagai budak.

Shaka pergi ke sebuah jembatan tempat biasa ia dan teman-temannya nongkrong. Pandangannya sayu, hatinya kalut. "Brengs*k.." ia hanya bisa mengumpat tanpa bisa menangis.

Tiba-tiba ia teringat Ara. Shaka baru ingat jika beberapa hari ini dia tidak melihat Ara, baik di rumah maupun di sekolah. Buru-buru ia mengambil ponselnya. Shaka berusaha menghubungi Ara.

"Lo sakit? Kenapa nggak ke sekolah?" tanya Shaka.

"Gue ditempat saudara, ada saudara yang sakit." jawab Ara.

Sama seperti jawabannya kepada Kresna. Ara berbohong jika dia ada di rumah saudaranya.

"Pulang kapan?"

"Belum tahu. Kenapa?"

"Nggak. Cuma kangen aja sama lo." jawab Shaka. Sebenarnya ia ingin cerita banyak hal kepada Ara. Sudah lama dia tidak cerita atau hanya sekedar ngobrol dengan Ara.

"Ya udah, cepat pulang!" kata Shaka sebelum mematikan teleponnya.

Di tempat lain.

Ara terdiam setelah menerima telepon dari Shaka. Entah apa yang ia rasakan. Apakah sedih atau senang.

"Kenapa Ra?" tanya Dea, teman baru Ara di sekolahnya yang baru.

"Nggak apa kok. Yuk ke kelas!" katanya.

Karena tidak mau terus-terusan berbohong. Akhirnya Ara memutuskan untuk mengganti nomer teleponnya. Sejak saat itu ia kehilangan kontak dengan Shaka dan juga Kresna serta teman-temannya yang lain.

****

Beberapa tahun kemudian.

Seorang gadis cantik berdiri di depan jendela kamarnya. Mengesap kopi yang ada di tangannya. Menatap keluar jendela melihat jutaan air yang jatuh dari langit.

"Ah, pagi-pagi udah hujan." gumam seseorang yang berada di belakang gadis cantik tersebut.

"Kak Ara nggak kerja?" tanya Raisa.

"Kerja. Kalau nggak kerja, buat biaya kuliah kamu apa?" tanyanya sembari tersenyum kecil.

"Maafin aku ya kak." lirih Raisa menundukan kepalanya.

"Kenapa minta maaf? Sudah tugas kakak untuk membiayai kamu. Yang penting kamu kuliah yang bener, jangan kecewain kakak!" kata Ara.

"Iya kak." Raisa memeluk kakaknya dengan erat.

"Kalau berangkat jangan lupa bawa payung! Jaga kesehatan kamu!" kata Ara lagi. Raisa hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya.

Setelah itu ia berpamitan berangkat kuliah. Sementara Ara masih menikmati kopi ditangannya.

"Ra, hari ini kamu ada pemotretan?" tanya ibunya.

"Iya buk, jam 10. Ada apa?"

"Sebelum berangkat, nanti anter ayah ke dokter dulu ya! Ayah dadanya sakit katanya." ucap Siska yang terlihat tua.

"Iya. Aku anter sekarang aja ya!" Ara segera meletakan cangkir kopinya.

Bagi Ara, kesehatan orang tuanya yang paling penting. Ia segera mengantar ayahnya untuk periksa ke dokter. Ara menuntun ayahnya ke ruang pemeriksaan.

"Itu kan model yang lagi populer, Kim Ara kan?" salah satu pengunjung rumah sakit berbisik kepada pengunjung yang lain.

"Iya benar. Wow, dia memang sangat cantik. Lihat bentuk tubuhnya, indah banget." puji yang lain.

"Itu siapa? Ayahnya?"

"Benar kata orang, selain cantik dan baik, dia juga sangat berbakti kepada orang tuanya." pujian demi pujian mereka lontarkan.

Selama setahun ini, Ara menjelma menjadi model terkenal yang banyak disukai. Selain kecantikannya, juga karena kebaikan dan keramahannya. Kim Ara, begitulah orang mengenal namanya.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝘄𝗮𝗵 𝗔𝗿𝗮 𝘀𝗲𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝗰𝗮𝗻𝘁𝗶𝗸....𝗲𝗻𝘁𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗽𝗲𝗿𝘁𝗶 𝗮𝗽𝗮 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗱𝗶𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗷𝘂𝗺𝗽𝗮 𝗦𝗵𝗮𝗸𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗲𝘀𝗻𝗮

2023-11-16

0

Rosnelli Sihombing S Rosnelli

Rosnelli Sihombing S Rosnelli

wah mis ara tiba tiba jadi foto model kok nggak terkenal amat sampai dhaka dan teman baiknya nggak tau

2023-03-17

2

Patrick Khan

Patrick Khan

.wow benar2 berbeda cerita kakak yg satu ini😘😘.lanjut kak..lope yu kak othor..jgn sungkan2 up banyak 😁🤗

2023-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!