Miss Gendut

Miss Gendut

Part 1

Shaka berjalan dengan cepat bahkan setengah berlari. Di belakangnya seorang wanita gendut terus mengikutinya. Wanita tambun itu bernama Arabella atau lebih sering dipanggil Ara.

"Jangan ikuti gue terus!" bentak Arshaka atau Shaka. Dia merasa risi karena Ara selalu mengikutinya.

Ara dan Shaka kenal sudah sangat lama. Dari mereka masih kecil. Kebetulan orang tua mereka juga berteman.

"Kenapa? Gue kan calon istri lo?" tanya Ara sembari menggoyang-goyangkan kepalanya.

"Sssstt.. Jangan keras-keras!" Shaka menutup mulut Ara karena takut perkataan Ara itu di dengar oleh banyak orang.

Ara dan Shaka memang dijodohkan dari mereka masih kecil. Perjodohan itu karena sebuah ramalan pada saat mereka lahir dulu. Seorang peramal mengatakan jika Shaka memiliki banyak kesialan dihidupnya. "Anak bapak ini nantinya akan mengalami banyak kesialan." kata sang peramal.

"Kesialan?" karena masih berpikiran kolot. Orang tua Shaka percaya begitu saja dengan apa yang peramal itu katakan.

"Iya. Tapi, tenang. Akan ada seorang bayi yang lahir pada malam bulan purnama, dia memiliki tanda lahir di sekitar telinganya, bayi itu yang akan menghancurkan semua kesialan anak bapak dan ibu. Selama mereka bersama, kesialan itu akan hilang." kata sang peramal lagi.

"Tapi dimana kita akan menemukan bayi perempuan itu?" tanya papanya Shaka.

"Kalian tunggu saja pada malam bulan purnama."

Orang tua Shaka benar-benar percaya dengan apa yang peramal itu katakan. Mereka menunggu dengan cemas. Menantikan kabar mengenai kelahiran bayi perempuan di malam bulan purnama.

Pada malam bulan purnama di bulan ke sebelas dalam tahun masehi. Orang tua Shaka tidak bisa tidur. Mereka memerintahkan orang untuk menunggu di rumah persalinan terdekat.

Malam itu sudah sebulan yang lalu sejak peramal itu meramalkan kehidupan Shaka. Papa dan mamanya Shaka harap-harap cemas.

Tok. Tok. Tok

Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk oleh seseorang. "Hendra... Tolong aku Hen.." seru seseorang dari luar rumahnya.

"Siapa mas?" tanya Rani, istrinya Hendra.

"Nggak tahu.." meskipun tidak tahu siapa yang mengetuk pintunya di malam hari itu. Namun Hendra tetap membukakan pintu untuknya.

"Loh Wi? Ada apa?" tanya Hendra.

"Tolong Hen, istriku akan segera melahirkan. Tapi mobilku mogok, tolong anter kami ke rumah sakit!" ucap Wijaya meminta tolong kepada temannya tersebut.

"Oh, ayo kita berangkat sekarang!" setelah berpamitan kepada istrinya. Hendra segera mengantar Wijaya dan istrinya ke rumah sakit terdekat.

"Tunggu sebentar ya, kita akan segera sampai.." kata Wijaya kepada istrinya.

"Tunggu bentar Sis, kita akan segera sampai di rumah sakit.." ucap Hendra juga. Dia juga kasihan melihat temannya kesakitan seperti itu.

"Huh.. Huh.. Sakit mas.." erang Siska yang tak kuat menahan kontraksi di perutnya.

Sesampainya di rumah sakit. Siska segera mendapatkan penanganan. Sementara Wijaya dan Hendra menunggu di luar ruang persalinan. Wijaya terlihat begitu cemas. Pasalnya, itu adalah kelahiran anak pertamanya.

"Tenang, Wi!" kata Hendra.

Sebagai teman, ia tidak tega melihat wajah cemas Wijaya menanti kelahiran anak pertamanya.

"Iya Hen.."

Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi dari ruangan dimana Siska berada. "Owekk... Huowek..."

"Itu anak aku Hen.." kata Wijaya mulai bersemangat.

"Iya, itu anak kamu." Hendra juga senang mendengar tangisan anak pertama Wijaya.

Wijaya menangis bahagia. Akhirnya dia menjadi ayah. Wijaya merasa sangat bahagia.

"Selamat ya Hen, akhirnya kamu jadi bapak.." kata Hendra memberi selamat kepada temannya tersebut.

Wijaya tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia segera memeluk Hendra dan mengucapkan terima kasih. "Makasih Hen.."

Tak lama kemudian, Wijaya dan Hendra di perbolehkan untuk masuk dan melihat bayinya Wijaya. "Anak ayah.." ucap Wijaya dengan bahagia.

"Laki atau perempuan dok?" tanya Wijaya.

"Perempuan pak, cantik sekali, beratnya empat setengah kilo, dan memiliki tanda lahir di belakang telinganya." jawab dokter yang menangani persalinan Siska.

"Uh.. Cantiknya ayah.. Gembulnya ayah.." Wijaya tidak hentinya menciumi putrinya.

"Lihat Hen, dia mirip banget sama aku ya?" Wijaya menunjukan wajah anaknya kepada temannya, Hendra.

Namun, pada saat itu Hendra sudah termenung setelah mendengar jawaban dokter. Dia kembali teringat akan perkataan peramal pada waktu. Semua perkataan peramal itu sesuai dengan ciri-ciri dari anaknya Wijaya.

Hendra segera berpamitan. Ia tidak sabar memberitahu istrinya tentang bayi perempuan itu. Buru-buru ia mencari istrinya yang sedang menyusui Shaka di kamar.

"Ran, akhirnya kita menemukan bayi perempuan itu.." kata Hendra dengan penug semangat.

"Apa mas?" Rani juga merasa senang dengan kabar tersebut.

"Iya aku menemukan bayi perempuan itu. Dan bayi itu adalah anaknya Wijaya.." Rani kembali terkejut dengan apa suaminya katakan.

"Iya, anak Wijaya baru saja lahir, perempuan, lahir di malam bulan purnama, dan memiliki tanda lahir di sekitar telinganya. Itu ciri-ciri sama persis dengan apa yang peramal itu katakan." ucap Wijaya sembari memeluk istrinya dengan erat.

Setelah beberapa hari. Hendra dan Rani menemui Wijaya dan juga Siska. Mereka mengatakan apa yang peramal katakan. Hendra terus meyakinkan bahwa dia pasti akan menyayangi anak Wijaya seperti anaknya sendiri.

"Biar persahabatan kita juga semakin langgeng." kata Hendra. Ia meminta agar anak keduanya di jodohkan dengan anak pertama Wijaya.

"Orang tua- orang tua jaman dulu kan juga begitu. Mereka menjodohkan anak-anak mereka supaya persahabatan mereka terus langgeng." imbuh Hendra.

"Aku sih setuju-setuju aja, Hen.. Toh kalian juga orang-orang baik. Aku terserah gimana anak-anak kita nantinya aja." jawab Wijaya.

"Tapi kamu setuju kan untuk menjodohkan anak-anak kita?" Wijaya menganggukan kepalanya.

Hendra dan Rani merasa sangat bahagia dengan jawaban Wijaya. Dan mereka memutuskan memberitahu anak-anak mereka mengenai perjodohan setelah mereka tumbuh dewasa.

Selang beberapa tahun. Ketika Ara dan Shaka sama-sama masuk ke sekolah menengah atas. Orang tua Shaka dan orang tua Ara mulai mengatakan apa yang selama ini mereka pendam.

Tentu saja itu membuat Shaka dan Ara menjadi kaget. "Jadi kita udah dijodohin dari kecil?" tanya Shaka yang nampak shock sekali.

Semenjak saat itu. Shaka mulai merasa kesal setiap kali melihat Ara. Apalagi Ara yang selalu berusaha mendekatinya.

"Gue tidak mau dijodohin sama lo. Jadi tolong jangan ikutin gue terus!" kata Shaka dengan mata melotot.

"Gue nggak ikutin lo, ge'er banget. Kan dari kecil kita sudah berteman, kemana-mana kita bareng.." jawab Ara dengan polosnya.

"Tapi gue mulai nggak suka sama lo. Lihat aja diri lo, gendut!" ucap Shaka lagi dengan kesal.

Ucapan Shaka itu membuat Ara menjadi sedih. Akan tetapi, dia masih berpura-pura tetap ceria. Tidak peduli apa kata Shaka.

"Jangan ikutin gue!" bentak Shaka lagi.

"Siapa juga yang ikutin. Orang gue kan juga sekolah disini.. Jangan kepedean deh." jawab Ara kemudian berjalan mendahului Shaka.

"La.. La.. La..." Ara berjalan menuju sekolah sembari bersenandung riang.

Terpopuler

Comments

Raudatul zahra

Raudatul zahra

haii author... baru nemu niih,, aku lanjut baca dulu yaa..

2023-10-04

0

sri hasan basri

sri hasan basri

berbicara masalah ramal meraranal, urusannya nyerempet2 hal gaib, yg belum bisa diuji kebenarannya. bisa percaya bisa tdk, tpi percaya ramalan termasuk syirik loh dlm islam seakan2 kita mendahului ketetapan Allah. tpi logikanya disini yg malah belum apa2 udah sial justru si ara, belum lahir aja, udah terpaksa make mobil tetangga, apa g sial tuh. setelah besar, dia justru di jauhi oleh shaka karna malu dijodohkan dg ara yg gendut. apa g lagi2 sial mengiringi ara. kayaknya tuh peramal kebalik ramalannya🤣🤣🤣

2023-08-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!