Part 18

Ara pulang dengan perasaan dan hati hancur. Tak pernah menyangka jika Shaka akan berkata seperti itu. Persahabatan yang telah mereka bina sejak kecil kini harus hancur seperti itu. Jelas Ara tidak rela. Namun, itu kemauan Shaka.

Ara merasakan sakit hati yang luar biasa. Akan tetapi, ia tidak bisa mengeluarkan air mata. Berulang kali dia memukul dadanya. Berharap rasa sakit itu akan segera hilang. Namun tetap sama. Sakit dihatinya semakin menjadi saat memori masa kecilnya terlintas di benaknya.

"Nggak kenal ya nggak kenal. Gitu aja kok repot." gumamnya seorang diri.

Sesampainya di rumah. Ara segera masuk ke kamar. Dia tidak melihat kedua orang tuanya yang sedang ngobrol di ruang keluarga.

Ara segera menutup pintu kamarnya kemudian ia naik ke ranjangnya. Pada saat itu, Raisa sedang belajar. Ia melihat kakaknya yang langsung naik ke ranjang tanpa menyapa siapapun.

"Kakak darimana?" tanya Raisa menyapa kakaknya duluan.

"Rumah temen, eh bukan temen deh." sahut Ara tanpa menoleh sama sekali. Wajahnya sengaja ia tutup menggunakan guling. Ia tidak ingin adiknya melihat wajahnya yang murung. Karena nanti pasti akan banyak pertanyaan dari adiknya.

Mendengar jawaban Ara, Raisa mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu sama sekali maksud dari jawaban kakaknya. Namun, saat ia kembali membuka mulutnya.

"Nggak usah banyak tanya!" Ara dengan cepat mencegah adiknya bertanya lebih lanjut.

"Gue mau tidur!" imbuhnya.

"Ck.." Raisa menggelengkan kepalanya pelan.

"Kakak tadi udah ketemu ayah?"

"Emang ayah udah pulang?"

"Udah, tadi di depan sama ibu." jawab Raisa.

Ara sempat mengangkat kepalanya. Dahinya mengernyit, tak biasanya ayahnya pulang cepat. Apalagi beberapa hari ini ayahnya selalu pulang tengah malam. "Mungkin pekerjaan ayah nggak banyak." kata Ara kembali menempelkan kepalanya di bantal.

"Hmm mungkin." ucap Raisa.

"Udah, gue mau tidur!" ucap Ara lagi. Ia menutupi kepalanya menggunakan guling lagi.

****

Keesokan paginya. Ara dan Raisa agak curiga karena mata ayah dan ibunya nampak sembab dan bengkak. Mereka berdua juga tidak seceria biasanya. Hanya sesekali tersenyum dan itu pun dipaksakan.

Baik Ara maupun Raisa enggan bertanya. Karena mereka berpikir jika ayah dan ibunya sedang bertengkar. Karena merasa tak nyaman dengan situasi itu. Ara pun segera beranjak dari tempat duduknya.

"Yah, buk, aku mau berangkat sekolah dulu!" pamitnya.

"Sarapannya nggak dihabisin?" tanya ibunya.

"Udah kenyang." jawab Ara sembari mengelus perutnya.

"Aku juga mau berangkat dulu buk, yah!" sama seperti kakaknya, Raisa juga merasa tak nyaman dengan situasi asing itu.

"Kalian hati-hati ya!" kata Siska.

Setelah kedua anaknya pergi. Wijaya mendekati Siska dan memeluknya. "Gimana caranya ngomong sama mereka berdua buk? Ayah aja nggak tega melihat mereka berdua." kata Wijaya dengan sedih.

"Pelan-pelan kita kasih pengertian ke mereka berdua, yah!" jawab Siska tak kalah sedih dari Wijaya.

"Maafin ayah yang nggak becus jadi kepala keluarga. Ayah gagal membahagiakan kalian bertiga." kata Wijaya lagi.

"Ayah nggak gagal. Ayah orang tua dan suami yang hebat bagi kita." Siska memeluk Wijaya dengan erat. Ia tidak ingin suaminya menyalahkan dirinya sendiri.

....

Di sekolah, Shaka benar-benar tidak menyapa Ara padahal mereka berpapasan. Shaka berjalan begitu saja melewati Ara. Dia sama sekali tidak melirik atau sekedar senyum dengan Ara.

Sedangkan Ara juga melakukan hal yang sama. Dia juga tak melirik Shaka sama sekali. "Emangnya cuma lo doang yang bisa?" gumam Ara seorang diri.

Akan tetapi, dari arah belakang ia mendengar suara Elsa yang meminta Shaka untuk membawakan tas miliknya juga milil Sulis dan Putri. Seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Shaka menuruti apa mau Elsa.

Ara ingin sekali menoleh tapi dia tidak mau dikira kepo. Akhirnya Ara berpura-pura mengikat tali sepatunya. Mereka bertiga lewat di sampingnya dengan bercanda ria. Sementara Shaka jalan di belakang mereka dengan membawa tas ketiganya.

"Budak.." gumam Ara sembari tersenyum sinis.

"Siapa yang budak?" namun tak disangka, Kresna juga berjongkok di sebelahnya. Ia mengagetkan Ara.

"Astaga.. Kresna!!" seru Ara yang kaget.

"Siapa yang budak?" tanya Kresna lagi sembari tersenyum.

Ara tidak menjawab, tapi dia menoleh ke arah Shaka yang berjalan di belakang Elsa dan teman-temannya sembari membawakan tas mereka.

"Itu si Shaka yang bodoh. Dia udah dibutakan oleh cinta. Padahal udah jelas kalau pacarnya itu cuma manfaatin dia." kata Kresna sembari kembali berdiri.

"Mau ke kantin?" tanya Kresna.

Ara berdiri sembari menepuk-nepuk rok-nya. "Hmm, gue belum sarapan tadi." kata Ara menganggukan kepalanya.

"Tumben? Ibu nggak masak?" tanya Kresna lagi.

"Masak sih, tadi juga makan dikit, rasanya nggak kayak biasanya aja tadi. Kayaknya orang tua gue lagi berantem deh." jawab Ara sembari berjalan pelan menuju kantin.

"Nggak usah sedih! Orang tua lo pasti lagi cara untuk baikan supaya lo dan adik lo nggak khawatir." tutur Kresna membuat hati Ara lega. Dia paling tahu caranya membuat Ara senang.

"Semoga aja ya?" Ara tersenyum kecil. Bersama dengan Kresna, ia merasa sangat nyaman.

"Yuk! Gue traktir!" kata Kresna lagi yang membuat Ara semakin melebarkan senyumannya.

"Lo tahu nggak, sejak berteman sama lo, gue bisa nabung tahu.. Karena lo traktir gue terus." kata Ara yang membuat Kresna tertawa.

"Kalau gitu lo gantian yang traktir gue!"

"Boleh. Tapi jangan sekarang!"

"Why?"

"Kan lo yang mau traktir. Giliran gue besok dong.." jawab Ara membuat Kresna semakin terbahak.

Kresna dan Ara terus bersendau gurau sampai di kantin. "Lo duduk aja dulu! Biar gue yang pesen!" Kresna meminta Ara untuk duduk, sementara dirinya yang akan pesan makanan.

"Oh, oke.." jawab Ara.

Ia segera mencari tempat yang kosong. Dengan sabar ia menunggu Kresna.

Di sisi lain.

Elsa yang melihat Kresna pergi untuk memesan makanan. Ia segera bangkit, "Gue pesen es dulu, punya gue habis." katanya.

"Biar gue aja yang pesen!" Shaka mengajukan diri. Ia berniat menyenangkan Elsa imbas kejadian kemarin sore.

"Nggak usah. Gue pesen sendiri aja!" jawab Elsa segera berjalan menuju tempat biasa para murid memesan makanan.

"Lo masih suka mi goreng dengan telur setengah mateng?" tanya Elsa saat melihat makanan yang dibawa oleh Kresna.

Namun, seperti biasa, Kresna tidak mempedulikan Elsa. "Gue masih ingat semua tentang lo.." ucap Elsa pelan.

"Gue nggak peduli! Mending lo urusin aja budak lo itu! Nggak usah sok kenal sama gue!" ucap Kresna dengan ketus.

Mata Elsa terbelalak mendengar perkataan Kresna. "Sok kenal?" Elsa menggelengkan kepalanya. Ia serasa tak percaya dengan apa yang Kresna katakan.

"Awas aja. Gue pastiin lo akan kembali ke pelukan gue!" gumam Elsa seorang diri. Ia menoleh menatap Kresna yang sedang melayani Ara.

"Awas aja lo, ndut.." Elsa semakin kesal tatkala Kresna bisa tertawa lepas bersama dengan Ara.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮 𝗘𝗹𝘀𝗮 𝗯𝗲𝗻𝗰𝗶 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗹𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗔𝗿𝗮 𝗽𝗮𝗱𝗮𝗵𝗮𝗹 𝗔𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗲𝘀𝗻𝗮 𝗰𝘂𝗺𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗺𝗮𝗻..

2023-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!