Part 14

Tetttt.. Tettttt.. Tetttttt..

Bel pulang berbunyi. Semua murid bersorak kegirangan mendengar bunyi yang mereka tunggu-tunggu itu. Satu per satu murid-murid berhamburan keluar kelas masing-masing. Wajah bahagia tergambar di wajah mereka. Hari ini cukup mereka belajar. Waktunya pulang dan beristirahat.

"Lo nggak bareng sama Kresna?" tanya Cintya.

"Gue nggak enak tiap hari nebeng mulu. Lagian dia ada latihan basket. Gue naik angkot aja." jawab Ara sembari berjalan menuju gerbang sekolah.

"Lo nggak sama Rafa?"

"Dia lagi ambil motor." jawab Cintya.

"Ya udah gue duluan ya!" kata Ara.

"Gue temenin lo sampai Rafa dateng.." Cintya tetap menemani Ara berjalan keluar dari sekolah.

Tak lama kemudian Rafa, pacarnya Cintya, menghentikan motornya di samping mereka. "Yuk yank!" katanya.

"Lo nggak bareng Kresna?" Ara menggelengkan kepalanya.

"Kalau gitu kita duluan ya?" pamit Rafa dan Cintya.

"Iyes.." Ara melambaikan tangannya.

Kemudian ia berjalan sendirian menuju halte bus di depan gang. Ara melihat ke sekeliling, sekolah telah sepi. Hanya ada beberapa orang yang berjalan di belakangnya.

Ara bersenandung pelan menuju halte. Namun, tak sengaja ia menabrak seseorang di depannya. Karena Ara yang jalan menunuduk. Ia tidak tahu ada seseorang di depannya.

"Aw.. Maaf.." kata Ara mengangkat kepalanya. Matanya terbelalak ketika melihat beberapa kakak kelasnya di depannya.

"Punya mata nggak lo?" tanya salah seorang kakak kelasnya.

"Maaf kak.." kata Ara.

Ara hendak melanjutkan langkahnya dengan berjalan menyamping. Namun, ia tetap dihadang oleh kakak kelas tersebut. "Lo yang udah dorong adik gue?" tanya kakak kelas itu lagi.

"Adik?" Ara mengerutkan keningnya.

"Iya kak, itu orangnya. Miss Gendut." sahut salah seorang yang muncul dari belakang kakak kelas itu.

Ternyata itu Putri dan Sulis.

"Dia juga bilang kalau dia nggak takut sama siapapun, termasuk kakak.." Putri mulai memprovokasi kakak kelasnya tersebut.

"Bener itu? Jadi lo sekarang udah berani sama kita?"

"Gue nggak bilang gitu. Tapi, gue nggak takut sama kalian." jawab Ara mulai berani.

"Oh, hebat dia sekarang.. Pegangi dia!" kakak kelas itu memerintahkan supaya memegangi tangan Ara.

Namun, kini Ara mulai berani melawan. Ia meronta dan menepis tangan kedua kakak kelasnya. Ara juga mendorong mereka sehingga mereka mulai terjatuh.

"Brengs*k.." mereka mulai melawan Ara yang hanya seorang diri.

Antara Ara dan kakak kelas itu terjadi saling jambak. Ara tidak mau mengalah lagi. Dia berani melawan mereka berlima termasuk Sulis dan Putri. Namun, karena Ara dikeroyok, akhirnya Ara kalah. Ia terjatuh saat salah satu dari kakak kelasnya menendang perutnya.

"Mamp*s lo.." mereka juga hendak memukul Ara yang telah jatuh.

Akan tetapi, tiba-tiba seseorang berteriak. "Hentikan atau kalian akan gue laporin ke polisi!"

Mereka menoleh, ternyata itu adalah Kresna. Ia segera berlari dan mendorong mereka semua yang hendak memukul Ara. "Kalian mau jadi jagoan?" tanya Kresna dengan geram.

Kresna kemudian membantu Ara berdiri. "Lo nggak kenapa-napa Ra?" tanya Kresna dengan iba.

"Nggak kok." jawab Ara sembari tersenyum kecil. Namun, sesaat kemudian ia meringis karena perutnya terasa sakit.

"Gue harap ini terakhir kalinya kalian seperti ini, kalau nggak-"

"Kalau nggak apa? Lo mau mukul kita? Lo mau jadi pecundang demi cewek gendut ini?" tanya kakak kelas itu.

"Ya. Gue akan pukul kalian. Gue nggak masalah jadi pecundang demi Ara. Kalian mau bukti?" Kresna berjalan mendekati kelima gadis itu. Sorot matanya nampak mengerikan. Membuat kelima gadis itu mundur karena takut. Lalu mereka meninggalkan tempat tersebut satu per satu.

Kresna kembali mendekati Ara. "Masih sakit?" tanya Kresna dengan lembut.

"Cuma dikit.." jawab Ara masih memegangi perutnya.

"Lo hebat tahu nggak. Lo berani lawan mereka." kata Kresna memuji keberanian Ara. Kini, Ara tidak lagi takut kepada kakak kelas yang suka membullynya. Kini, ia berani melawan.

Ara hanya tersenyum kecil. "Katanya lo latihan basket?" tanya Ara.

"Harusnya, tapi tiba-tiba pak pelatih ada urusan mendadak, jadi batal." jawab Kresna. Ia memapah Ara ke motornya.

"Kres, gue pulang sendiri aja ya! Gue bisa naik angkot kok." kata Ara.

"Kenapa? Lo udah nggak mau gue anter karena pengakuan gue waktu itu?"

"Bukan. Bukan karena masalah itu. Gue nggak enak aja nebeng lo terus." sahut Ara dengan cepat.

"Gue yang mau. Gue suka jalan sama lo, karena nggak ngebosenin." kata Kresna.

Memang benar, Ara termasuk orang yang pintar. Ia bisa menjadi teman ngobrol yang nyaman. Tidak membuat lawan bicaranya mudah bosan. Karena, ada aja yang akan ia bahas yang membuat pembicaraan menjadi semakin seru. Apalagi dia orang yang cerdas. Jadi ngobrol apapun pasti nyambung.

"Ayok buruan!" Kresna menarik tangan Ara.

Akhirnya Ara mau pulang bersama dengan Kresna. Ia pun segera naik ke motor Kresna. "Mau jajan dulu?" tanya Kresna.

Dengan cepat Ara menganggukan kepalanya. Soal jajan ia tidak akan pernah menolak. Semenjak pulang dari rumah sakit beberapa hari yang lalu. Ara sudah kembali suka ngemil.

"Batagor, dimsum, es boba.." kata Kresna mengabsen makanan yang biasa Ara pesan.

"Semuanya muat.." jawab Ara sembari tertawa kecil.

"Ish, dasar.." gumam Kresna juga tersenyum kecil.

Kresna melajukan motornya ke tempat biasa mereka jajan. Ara dengan segera memesan makanan kesukaannya. Sementara Kresna mengikuti di belakangnya. "Mau telur gulung?" tanyanya.

"Boleh." jawab Ara.

Kresna segera memesan telur gulung untuk mereka berdua. Kemudian memilih tempat untuk duduk. Dengan lahap Ara menyantap makanan tersebut.

"Ra, lo mau nggak ikut gue?" tanya Kresna.

"Kemana?"

"Mau nggak?" Ara menganggukan kepalanya. Meskipun ia tak tahu kemana Kresna akan membawanya. Namun ia percaya jika Kresna tidak akan pernah berbuat macam-macam.

Setengah jam kemudian. Kresna dan juga Ara sampai di sebuah pemakaman umum. Ara yang bingung namun tidak berani bertanya. Ia terus mengikuti Kresna sampai tiba di sebuah makam yang berada di pinggir pojok pemakaman tersebut. Di sebelah makam tersebut ada sebuah pohon besar yang cukup rindang.

"Lo berteduh disana dulu!" kata Kresna.

Kemudian dia berdoa di depan makan tersebut. Baru kali ini, semenjak dekat dengan Kresna, Ara melihat wajah Kresna yang begitu sedih. Bahkan terdengar isak tangis Kresna.

Ara menatap makam yang sangat terawat tersebut. Ia melihat sebuah nama di nisan itu. Rukmini.

"Ma, gimana kabarnya? Ini aku Kresna. Aku kesini bawa temen aku, namanya Ara. Kalau mama masih ada, mama pasti akan senang bertemu dengan dia. Dia anaknya baik, pinter, dan juga menggemaskan. Banyak banget yang ingin aku katakan ke mama. Semoga mama bahagia ya disana." kata-kata Kresna tersebut membuat Ara ikut merasakan kesedihannya.

"Ini mama lo?"

"Iya."

"Hallo tante, aku Ara temennya Kresna. Tante pasti senang kan disana karena punya anak seperti Kresna, dia baik dan gentle. Tante tenang aja, aku akan jadi temen Kresna, dan akan melindungi dia. Terima kasih telah melahirkan lelaki sebaik Kresna. Tante tenang ya disana."

Ketika Ara mengatakan itu, Kresna menoleh menatap Ara. Senyuman di wajahnya pun terlihat mengembang.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝗸𝗮𝘀𝗶𝗮𝗻 𝗞𝗿𝗲𝘀𝗻𝗮....𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗸𝘂𝗮𝘁 𝘆𝗮..

2023-11-16

1

Riski Al Madani

Riski Al Madani

lanjut,,,,,,,

2023-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!