Part 19

Ara terkejut saat melihat ayahnya ada di rumah ketika dia pulang sekolah. Biasanya jam-jam itu, ayahnya masih di pabrik. "Ayah nggak ke pabrik? Ayah sakit?" tanya Ara.

"Enggak, ayah sehat kok. Sini Ra, ada yang ingin ayah sampaikan!" kata Wijaya sembari melambaikan tangannya.

Ara sempat mengerutkan keningnya. Dia melihat dari raut wajah ayahnya jika apa yang ingin ayahnya katakan itu sesuatu hal yang serius. Ia pun segera mendekat dan duduk disamping ayahnya.

"Ada apa yah?" tanya Ara penasaran.

Ibunya juga mendekat sembari membawa minuman dan camilan untuk mereka. Pada saat itu ibunya masih bisa tersenyum seperti biasa.

"Ra, minggu depan kita pindah." kata Wijaya dengan hati-hati.

"Pin...pindah?" Ara terkejut dia pun bertanya kembali.

"Kenapa?" tanya Ara masih belum mengerti.

Wijaya dan Siska saling berpandangan. Lalu Siska menggengam tangan suaminya sembari mengangguk pelan. Ia ingin suaminya yakin dengan keputusan yang telah mereka sepakati.

Setelah berulang kali mengatur nafas. Wijaya akhirnya membuka suaranya. "Ayah bangkrut." kata Wijaya pelan.

"Maafin ayah yang nggak becus ini." imbuhnya sembari menundukan kepalanya. Ia takut mengecewakan anaknya.

"Mulai minggu depan kita akan pindah, termasuk sekolah kamu dan Raisa." Siska meneruskan perkataan Wijaya karena Wijaya sudah tak kuat lagi berkata.

"Tapi apa harus pindah? Apa nggak ada cara lain? Kenapa nggak pinjam uang ke om Hendra?" pertanyaan-pertanyaan ditanyakan oleh Ara. Jujur, dia juga kaget dengan kabar buruk tersebut.

Hendra dan Siska menggelengkan kepalanya. "Ini satu-satunya jalan." kata Siska.

"Ayah nggak mau hutang sama om Hendra karena menjaga hubungan baik kita. Lagipula om Hendra juga baru merintis perusahaannya." jawab Siska.

"Katanya kamu juga nggak mau dijodohin sama Shaka kan? Ini kesempatan kita untuk menolak. Ayah dengar, Shaka juga udah punya pacar." tanya Wijaya. Bukannya Wijaya ingin mengingkari perjanjiannya dengan Hendra. Hanya saja keadaan yang memaksanya mengambil jalan seperti ini.

Ara menatap ayah dan ibunya yang nampak sedih. Ia pun menjadi tidak tega melihatnya. "Kalau ini emang satu-satunya jalan, aku nurut sama ayah dan ibu aja." kata Ara.

"Terus Raisa gimana? Dia setuju?" tanya Ara.

"Tadinya juga nggak setuju, tapi setelah ibu kasih dia pengertian, akhirnya dia setuju untuk pindah."

"Besok, ayah dan ibu akan urus perpindahan kalian. Dan kita diam-diam aja. Jangan sampai orang lain tahu!" kata Wijaya tidak mau membuat sahabatnya menjadi khawatir.

"Iya yah.." jawab Ara.

Ara ke kamarnya. Sebenarnya dia enggan meninggalkan rumah dan kota kelahirannya. Karena disinilah banyak sekali kenangan tercipta. Namun, dia juga tidak mau semakin menambah beban pikiran ayah dan ibunya. Lagipula, Ara merasa tidak ada lagi gunanya tinggal. Mungkin, ini adalah satu cara untuk menjauh dari Shaka.

Mungkin ini waktunya untuk melepaskan apa yang memang tidak pernah ditakdirkan untuknya. Saatnya untuk merelakan dan mengikhlaskan Shaka untuk orang lain.

Ara mulai mengemas barang-barangnya. Dia hanya membawa barang yang ia anggap berharga saja.

****

Di sekolah.

Ara berlari kecil mengejar Cintya yang berjalan di depannya. "Haiyooo.. Pacaran mulu.." katanya sembari merangkul Cintya.

"Nj*r kaget gue.." Cintya memukul pelan lengan Ara.

"Sendirian?" tanya Cintya.

"Kalau nggak? Emang sama siapa?" tanya Ara mendengus.

"Biasanya bareng Kresna."

"Nggak, udah beberapa hari ini gue berangkat sendiri. Gue nggak mau ngerepotin orang lain." kata Ara.

"Gue traktir yuk!" ajak Ara.

"Tumben?" tanya Cintya sembari mendelik.

"Iya tumben-tumbenan lo mau traktir kita?" tanya Rafa.

"Kemarin gue bantuin ayah gue terus dikasih uang. Makanya gue mau traktir kalian." jawab Ara berbohong.

Padahal, tujuannya mentraktir Cintya dan Rafa sebagai perpisahan karena dia akan segera pindah sekolah. Tapi, Ara tidak mau teman-temannya tersebut mengetahui akan kepindahannya.

"Gue ditraktir nggak?" tiba-tiba Kresna muncul di belakang mereka bertiga.

"Anj*r lo bikin kaget aja!" omel Ara.

"Kalau lo mau, hayuk!" imbuh Ara.

Mereka berempat kemudian pergi ke kantin langsung tanpa ke kelas dulu. Ara mentraktir ketiga temannya. Karena hanya mereka bertiga yang bersikap baik kepadanya. Dan hanya mereka bertiga yang memperlakukan dirinya dengan tulus.

"Foto yuk!" ajak Ara.

Kresna sempat merasa aneh. Karena tidak biasanya Ara meminta foto bersama. "Tumben lo minta foto bareng?" tanyanya.

"Hmm.. Buat kenang-kenang kalau kita tua nanti." jawab Ara sembari tersenyum.

Keempat remaja yang terdiri dari dua wanita dan dua lelaki tersebut mulai berpose. Beberapa kali mereka mengambil foto bersama di ponsel masing-masing.

Di meja lain. Elsa dan kedua temannya tak suka melihat apa yang Ara dan teman-temannya lakukan. "Lebay banget sih mereka?" gumam Putri.

"Sok banget. Apalagi si Miss Gendut tuh, kayak cantik aja." imbuh Putri. Sejak kejadian waktu itu. Putri menjadi sangat membenci Ara.

Sedangkan Elsa hanya menatap kesal tanpa berkata apapun. Dia sangat kesal saat melihat Kresna yang berselfi dengan Ara. ("Dasar Miss Gendut.. Awas aja lo.")

"Gue ke toilet dulu." Shaka segera beranjak dan pamit pergi ke toilet.

Setelah Shaka pergi. Barulah Elsa mulai bersuara. "Menurut kalian, Kresna dan Miss Gendut itu pacaran atau nggak?" tanya Elsa.

Sulis dan Putri menatap Ara dan Kresna yang sangat akrab dan dekat. "Masa Kresna mau sama si gendut?" gumam Putri masih ragu.

"Kresna tuh cakep banget lho kalau kacamatanya di buka." imbuhnya.

"Hmm bener, dia emang cakep banget, makanya gue suka." tanpa sadar Elsa mengutarakan perasaannya ke Kresna kepada teman-temannya.

"Lo? Lo suka sama Kresna?" tanya Putri.

Dengan cepat Elsa menutup mulut Putri. Ia takut jika perkataan itu terdengar oleh Shaka.

"Lo suka Kresna? Sejak kapan?" Putri berbisik.

"Udah lama. Dia temen kecil gue." jawab Elsa tak mau ngumpet-ngumpet lagi.

"Terus kenapa lo mau sama Shaka?" tanya Putri semakin penasaran.

Namun, belum juga Elsa menjawab. Shaka sudah kembali terlebih dahulu. Mereka pun kemudian diam.

"Udah belum makannya? Gue mau ke kelas, mau ngerjain pr kalian." tanya Shaka.

"Bentar lagi ya. Tapi kalau lo mau duluan nggak apa-apa." jawab Elsa dengan lembut.

"Ya udah, gue duluan aja." Shaka meninggalkan kantin meninggalkan Elsa bersama dengan teman-temannya.

Sebelum pergi, Shaka sempat melirik Ara yang masih bersendau gurau dengan Kresna. Bersama Kresna, Ara mampu tertawa lepas tanpa beban.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

𝘀𝗲𝗱𝗶𝗵 𝘆𝗮 𝗔𝗿𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗶𝘀𝗮𝗵 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗺𝗮𝗻 𝗻𝘆𝗮....

2023-11-16

0

Ira Soed

Ira Soed

lanjut thore..jgn lama2

2023-03-17

0

mentari Darmansyah

mentari Darmansyah

lanjut dong thorre

2023-03-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!