"Shaka.. Shaka.. Ayo semangat Shaka.." Ara terus berteriak memberi dukungan kepada Shaka. Begitulah yang ia lakukan setiap kali Shaka bertanding.
Shaka hanya melihat sekilas. Fokus dia teralihkan dengan dukungan yang Elsa berikan. Tak jauh dari Ara berdiri. Elsa dan kedua temannya juga berseru memberikan dukungan untuk Shaka. Tentunya dukungan tersebut membuat Shaka menjadi lebih semangat. Gimana tidak, pacarnya memberikan dukungan secara langsung.
Kini, kehebohan Ara tergantikan dengan dukungan yang Elsa berikan. Wajah Ara menjadi lesu. Namun, iya tetap tidak menyerah. Ara kembali berseru demi memberi dukungan untuk Shaka.
Sementara Kresna duduk di belakangnya sembari terus memperhatikan Ara. Sesekali, ia akan menatap Shaka yang sedang bermain.
Sembilan puluh menit berlalu. Tim Shaka akhirnya memenangkan pertandingan. Ara berteriak kegirangan. Saat dia berbalik, ia melihat Shaka yang berjalan ke arah. Ara pun tersenyum bahagia. Ia yakin Shaka akan menghampirinya seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya.
Tapi sayangnya, Shaka berjalan melewati Ara. Ternyata ia menghampiri kekasihnya yang berada di sebelah kiri Ara. Shaka yang bahagia karena memenangkan pertandingan. Ia berjalan dan kemudian memeluk Elsa dengan erat.
"Makasih ya El, berkat lo, gue jadi semangat dan akhirnya tim gue menang." katanya.
Elsa hanya tersenyum sembari menganggukan kepalanya dalam dekapan Shaka. Ia juga melihat Ara yang nampak murung. Senyumannya kembali melebar.
Akan tetapi, wajah murung Ara hanya sesaat. Dia kembali tersenyum kemudian mendekati Shaka. Ara memeluk Shaka dengan girang. "Selamat ya Ka.." kata Ara ikut berbahagia untuk kemenangan Shaka bersama dengan tim-nya.
Namun, Shaka langsung mendorong Ara sampai Ara terjatuh. Ara kembali menjadi bahan tertawaan semua orang yang ada di lapangan tersebut.
"Jangan peluk-peluk gue! Lo harus mikir siapa lo!" Shaka memarahi Ara. Bukannya menolong tapi Shaka malah justru marah.
"Nggak mau dipeluk juga jangan kasar seperti itu!" sahut Kresna membantu Ara berdiri.
"Lo harus ingat! Sebelum lo jadian sama dia, dulu apa-apa Ara yang bantuin lo, semangatin lo." lanjut Kresna. Dia bahkan tidak mau menyebut nama Elsa secara langsung.
Kresna kemudian mengajak Ara untuk meninggalkan tempat tersebut. Ara juga sangat kecewa dengan perubahan Shaka.
"Jangan nangis! Air mata lo terlalu berharga untuk lelaki kayak gitu!" ucap Kresna sembari menuntun Ara.
Kresna tahu, pasti Ara sangat malu karena ditertawakan banyak orang. Dia juga menyayangkan sikap Shaka yang terlalu kasar terhadap Ara.
....
Sepanjang perjalanan pulang. Shaka selalu teringat perkataan Kresna. Dia mulai menyadari jika dia memang terlalu kasar terhadap Ara. Bahkan, sekarang dia sama sekali tidak memba Ara saat Ara dipermalukan atau dibully. Dia malah jadi salah satu orang yang mempermalukan Ara.
Shaka terus melamun. Bahkan saat Elsa mengajaknya bicara. Shaka hanya diam saja. Sampai-sampai Elsa harus menepuk pundaknya. "Iya kenapa El?" tanya Shaka yang tersadar dari lamunannya.
"Lo kenapa bengong?" tanya Elsa dengan marah.
"Nggak, gue nggak kenapa-napa. Mungkin karena capek aja." jawab Shaka beralasan.
"Nanti gue langsung pulang ya? Gue capek banget." kata Shaka lagi.
"Hmm.."
Sesampainya di rumah Elsa. Shaka tidak mampir dulu. Dia langsung pulang dengan alasan jika ia capek. Padahal saat itu pikirannya lagi kacau. Dia merasa bersalah kepada Ara. Tidak seharusnya dia bersikap kasar kepada Ara seperti itu.
Namun, Shaka tidak langsung pulang ke rumah. Ia mampir dulu ke rumah Ara. "Ara ada tante?" tanyanya kepada ibunya Ara.
"Oh kamu Ka, ada. Bentar, tante panggilin. Duduk aja dulu!" kata Siska.
Siska kemudian meninggalkan Shaka di ruang tamu. Ia berjalan ke kamar anak-anaknya. Tok. Tok. Tok.
"Ra, dicari Shaka." seru Siska dari luar pintu kamar anak-anaknya.
"Kak, dipanggil ibu tuh!" Raisa memanggil Ara yang sepertinya tidak mendengar panggilan ibunya.
"Kak.." Raisa mendekat ke kasur kakaknya. Ia mengguncangkan tubuh tambun kakaknya.
"Apa sih dek?" tanya Ara dengan marah. Ternyata, Ara sedang tidur siang.
"Dipanggil ibu tuh!" jawab Raisa.
Ara memasang telinganya. Dan ternyata benar. Dari luar kamar, ibunya memanggil-manggil namanya. "Iya buk.." Ara segera bangun.
"Ada apa buk?" tanya Ara setelah membuka pintu kamarnya.
"Dicari Shaka tuh." kata ibunya.
"Ha? Shaka? Ngapain?" tanya Ara.
"Nyariin kamu. Buruan temui dulu!" perintah Siska.
Ara pun segera ke ruang tamu. Ia melihat Shaka yang menunggu di ruang tamu. "Ehem.."
"Kenapa lo kesini?" tanya Ara dengan ketus. Ia masih kesal karena perilaku Shaka tadi.
"Ra, maafin gue ya! Gue nggak bermaksud buat dorong lo tadi. Gue cuma jaga perasaan cewek gue." kata Shaka meminta maaf.
Akan tetapi, Ara yang masih tidak mau menjawab. Ia hanya duduk di sebelah Shaka sembari melipat kedua tangannya di dada.
"Maafin gue ya!" pinta Shaka sembari menyentuh tangan Ara.
"Ka, lo tahu apa yang buat gue marah?" Shaka menggelengkan kepalanya.
"Karena lo mulai berubah. Lo udah bukan Shaka yang gue kenal dulu. Lo berubah banget." kata Ara.
"Lo juga lebih percaya dengan omongan Elsa. Oke gue tahu dia pacar lo. Tapi bukan berarti lo bisa percaya sama dia sepenuhnya. Lo kenal gue udah berapa lama? Kenal Elsa berapa lama? Harusnya lo bisa mikir!" imbuh Ara panjang lebar.
"Iya gue minta maaf. Tapi lo tahu sendiri, gue cinta banget sama Elsa. Jadi gue mohon jangan pernah bikin masalah sama dia. Please!" Shaka memohon kepada Ara.
"Gue nggak pernah bikin gara-gara sama cewek lo. Dia-nya aja yang cari perhatian." Ara menjadi kesal kembali.
"Mending lo pulang aja deh! Jangan bikin gue makin kesal!" Ara mengusir Shaka dari rumahnya.
"Iya gue minta maaf ya. Jangan marah lagi!" pinta Shaka mencoba menenangkan Ara yang mulai marah.
"Ra, lo jadian sama Kresna?"
"Emang kenapa?" tanya Ara dengan ketus.
"Entah kenapa gue merasa Kresna tidak sebaik itu. Gue selalu merasa Kresna punya niatan lain deketin lo." jawab Shaka. Memang, selama ini dia merasa jika Kresna tidak sesederhana kelihatannya. Shaka selalu merasa jika Kresna memiliki motif tersembunyi.
"Minggat nggak lo! Bisa-bisanya lo jelek-jelekin Kresna di depan gue. Lo pernah mikir nggak, seandainya nggak ada Kresna, gue nggak akan sekuat ini. Terlebih menghadapi perubahan sikap lo yang semakin membuat kesal." kata Ara.
Tentu saja ia akan membela Kresna. Karena selama ini, Kresna-lah yang selalu ada untuknya. Kresna yang membantu dia saat dia dibully. Kresna yang menyemangati dirinya saat dia sedih. Dan Kresna pula yang membuatnya berani untuk melawan orang-orang yang berusaha menyakitinya.
Bagi Ara, Kresna adalah sosok pahlawan yang paling berjasa dalam hidupnya. Sosok teman yang membuatnya kuat melewati semua hal buruk yang terjadi dalam hidupnya. Seseorang yang membuat dia percaya diri dengan semua kekurangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
kalea rizuky
lagian uda ditolak y mundur ara jangan murahan hadeh
2024-10-14
1
Yunerty Blessa
𝗺𝗮𝗻𝘁𝗮𝗽 𝗔𝗿𝗮..𝗽𝘂𝗷𝗶 𝗞𝗿𝗲𝘀𝗻𝗮 𝗱𝗶 𝗱𝗲𝗽𝗮𝗻 𝗦𝗵𝗮𝗸𝗮..𝗯𝗶𝗮𝗿 𝘁𝗮𝘂 𝗱𝗶𝗿𝗶 𝘁𝘂 𝗦𝗵𝗮𝗸𝗮
2023-11-16
0
Arie Chrisdiana
aq gemes dech sm Ara, jd cewek itu jual mahal dikit napa jgn murahan gitu dong malah buat Shaka bsr kepala tuch
2023-09-28
2