"Pagi.." seperti biasa Ara menyapa setiap murid yang ia temui.
"Pagi, ndut.. Udah sarapan belum?" sapa salah seorang kakak kelasnya.
"Pagi kak.. Belum dua kali. Kakak mau traktir gue?"
"Nggak, cuma tanya aja.. Jangan makan banyak-banyak, nanti makin melar!" kata kakak kelas itu sembari tertawa. Tak tahu itu sebuah pesan atau hinaan. Yang pasti Ara selalu menganggap itu hanya sebuah lelucon.
"Makan gue nggak banyak kok kak, cuma sesendok-sesendok.." jawaban Ara tersebut memancing gelak tawa kakak-kakak kelas dan orang yang mendengarnya.
"Iya lah, masa satu sekop. Emang muat?"
"Anj*r emang si gendut, bisa aja.." Ara hanya tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelasnya.
"Pagi semuanya.." sapa Ara.
"Pagi Miss Gendut.." jawab teman-teman satu kelasnya. Di kelas itu memang hanya Ara yang berbadan tambun. Makanya di kelas ia mendapat julukan Miss Gendut.
"Ra, lo tahu nggak di kelas kita ada anak baru?" tanya Cintya, teman sebangku Ara sekaligus sahabat Ara.
"Emang iya?"
"Hmm.. Dia pindahan dari luar kota." jawab Cintya.
Tak lama kemudian, Shaka masuk ke kelas. Dia menatap tajam ke arah Ara. Tatapan itu seperti tatapan benci. Namun, Ara tidak mempedulikannya.
"Gue perhatiin udah seminggu ini lo nggak bareng sama Shaka?" tanya Cintya.
Ara lebih memilih diam. Dia tidak menjawab pertanyaan Cintya. Karena dia juga merasa kesal karena setelah orang tuanya dan orang tua Shaka memberitahu mengenai perjodohan mereka. Shaka mulai menjauhi Ara.
Tetttt... Tettt.. Tetttttt.
Bel masuk berbunyi. Para murid segera masuk ke dalam kelas masing-masing. Disusul dengan guru yang mengajar di kelas masing-masing.
Di kelas 2A, jam pertama adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Guru yang mengampu pelajaran tersebut bernama Bu Risma. Seorang guru muda yang supel dan bisa diajak bercanda.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru dari kota A. Silahkan murid baru masuk ke kelas!" kata bu Risma memanggil murid pindahan tersebut.
"Waow..." murid kelas 2A terpukau dengan kecantikan murid pindahan tersebut. Selain cantik, murid pindahan itu juga memiliki tumbuh yang tinggi dan ramping.
"Perkenalkan nama kamu!" kata Bu Risma.
"Hallo semuanya. Perkenalkan nama gue Elsa. Gue pindahan dari kota A. Senang kenalan kalian semuanya. Mohon kerja samanya." kata Elsa si murid baru.
"Hallo Elsa.."
Bu Risma meminta Elsa untuk segera duduk. Kebetulan ada sebuah bangku yang kosong dan itu berada di samping Shaka. Mau tak mau Elsa duduk di tempat tersebut.
"Boleh gue duduk sini?" tanya Elsa.
"... Bo,,leh.." Shaka memindah tasnya ke dalam laci mejanya.
"Gue Shaka.." katanya sembari mengulurkan tangannya.
"Gue Elsa.."
Shaka dan Elsa terlihat canggung karena baru pertama kali bertemu. Tapi, mereka sudah nampak akrab padahal baru sejam kenalan.
Tentu saja semua itu tak lepas dari pandangan Ara. Dia terus menerus melirik Shaka dan Elsa yang saling bercanda sembari mencatat pelajaran di papan tulis. Tentu saja Ara menjadi kesal karena calon suaminya lebih akrab dengan wanita lain dibanding dirinya.
Brakk..
Karena saking kesalnya. Ara sampai menggebrak meja dan mengagetkan teman-temannya termasuk bu guru yang sedang menulis di depan.
Bu Risma segera menoleh mencari sumber suara. Ia melihat Ara sudah berdiri sembari mengangkat tangannya. "Ada apa Arabella?" tanya Bu Risma.
"Ijin ke toilet bu. Tiba-tiba perut saya sakit." kata Ara sembari melirik Shaka dan Elsa yang masih bercanda.
"Oh ya silahkan." jawab Bu Risma dengan lembut.
Ara segera keluar dari kelas. Dia merasa sangat kesal dengan apa yang dia lihat. Dia keluar dengan mulut komat kamit. Saking kesalnya melihat Shaka dan anak baru itu menjadi dekat.
****
Pada saat jam istirahat pun Shaka dan Elsa menjadi semakin dekat. Bahkan mereka berdua pergi ke kantin bersama. Murid-murid yang lain kagum dengan kecantikan Elsa yang menawan.
"Dia siapa Ka? Anak baru? Kenalin dong!" tanya beberapa teman beda kelas Shaka.
"Kalian cocok banget tahu. Sama-sama cakep." sahut yang lain.
Akan tetapi, berbeda dengan teman-temannya yang lain. Ara semakin kesal melihat kedekatan Shaka dengan Elsa tersebut.
"Cocok apanya? Nggak cocok sama sekali.." gumamnya sembari mengunyah roti yang dia pegang.
Ara nampak kesal dan marah. Itu disadari oleh Cintya, sahabatnya. "Lo kenapa Ra? Makan kayak kesurupan gitu?" tanya Cintya yang duduk di sebelahnya.
"Di kelas tadi lo juga ngomel-ngomel mulu. Kenapa sih?" tanya Cintya.
"Nggak kenapa-napa kok. Lagi males aja. Capek banget gue.."
"Kalau capek ya istirahat dong!" ucap Cintya.
"Mau kemana?" tanya Cintya lagi karena Ara tiba-tiba bangkit.
"Ke kelas." jawab Ara singkat.
"Nggak makan dulu?"
"Nggak udah kenyang." jawab Ara sembari melirik lagi ke arah Shaka dan Elsa.
Namun, saat Ara hendak keluar dari kantin. Tanpa sengaja dia menyenggol salah seorang kakak kelasnya. "Punya mata nggak sih lo?" tanya kakak kelas yang Ara tabrak tadi dengan marah.
"Maaf nggak sengaja." kata Ara.
"Kalau jalan tuh pakai mata. Jangan badan aja yang digedein!" seru teman kakak kelas itu.
"Maaf kak." Ara menunduk.
"Enak aja minta maaf. Pungut tuh makanan kita yang jatuh dan lo makan!"
"Tapi kak, itu kan udah kotor."
"Gue nggak peduli. Ambil!" kakak kelas itu mendorong Ara sampai Ara terjatuh.
Gerombolan kelas tiga itu memang sering membully Ara dan temannya yang lain. Bahkan salah satu dari mereka sampai mendorong kepala Ara sampai ke lantai.
"Makan nggak!" serunya.
Namun Ara tetap mempertahankan posisinya. Dia bersikeras tidak mau melakukan apa yang diminta oleh kakak kelasnya tersebut.
Ara melirik Shaka. Namun Shaka sama sekali tidak bereaksi. Biasanya Shaka akan membelanya ketika dia dibully oleh teman-temannya yang lain.
"Makan!"
Mereka yang ada di kantin tidak ada yang membela Ara sama sekali. Entah karena takut atau apa. Bahkan Cintya pun tak berani membantu Ara.
"Ada apa ini ramai-ramai?" beruntung salah seorang guru piket datang dan mereka pun berhamburan pergi.
Ara masih tetap berlutut di lantai. Air matanya mengalir dengan deras. Kemudian dia kembali melirik Shaka yang seolah tak peduli dengannya. Lalu Ara bangkit dan berlari meninggalkan kantin.
"Jangan lari woi.. Nanti gempa.." seru salah seorang teman. Dan tentunya celotehan itu mengundang gelak tawa yang lainnya.
Ara berlari ke taman yang berada di dekat parkiran sekolah dan juga lapangan basket. Dia menangis sesegukan seorang diri disana. Dia marah tapi tak bisa mengungkapkannya.
Tiba-tiba seorang lelaki memberinya sapu tangan. "Ambil nih buat usap ingus lo!" tanya sembari duduk di samping Ara.
Tentu saja kemunculan lelaki itu membuat Ara kaget. Tetapi, meskipun kaget, Ara mengambil sapu tangan itu juga. Dia menggunakan sapu tangan tersebut untuk mengusap ingusnya beneran.
"Ngapain nangis? Biasanya lo orang yang ceria." tanya lelaki itu yang merupakan teman seangkatan Ara.
"Gue cuma kecewa aja sama diri gue. Kenapa gue nggak berani membalas mereka yang membully gue." jawab Ara dengan suara serak.
"Ngapain harus dibalas? Biarin aja. Yang perlu lo lakuin itu melawan, bukan membalas!" kata lelaki itu lagi.
"Ngapain lo disini? Lo nggak takut diejek temen-temen lo, karena disini sama gue?" tanya Ara.
"Ngapain ngurusin mereka." katanya sembari tersenyum kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
𝗔𝗿𝗮,𝗯𝗲𝗿𝘂𝘀𝗮𝗵𝗮 𝗰𝗮𝗻𝘁𝗶𝗸 𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗿𝗶 𝗺𝘂.. 𝗯𝗶𝘀𝗿 𝗦𝗵𝗮𝗸𝗮 𝗺𝗮𝘂 𝗱𝗲𝗸𝗮𝘁𝗶 𝗸𝗮𝘂 𝗹𝗮𝗴𝗶..
2023-11-16
0
Raudatul zahra
aku paling nggak suka sama org² yang sok kayak kakak kelas nya Ara itu.. suka membully org lain. apalagi nyuruh makan makanan yang udah kotor gitu.. asli benci aku.. !!! sok berkuasa banget..
wahh itu siapa yaa cowok yang nemenin Ara ditaman???
2023-10-04
0