Bab 20

❤️ Happy Reading ❤️

Seperti biasa...Bintang memulai rutinitas seperti biasanya...pergi ke kampus untuk menimba ilmu apalagi ini adalah hari Senin.

Satu hal yang paling Bintang benci jika berkendara di pagi hari...macet, untung saja dirinya mengunakan motor jadi sedikit bisa selip sana, selip sini...coba kalau pakai mobil, hem bisa kering dia di jalanan karena jenuh terjebak macet.

''Awas...'' seru Bintang yang masih duduk di atas motornya.

Set

Brak

''Awww...'' keluh Bintang yang kemudian sudah tak sadarkan diri.

Sungguh sialnya dia hari ini, gara-gara ada pengendara yang tak bertanggung jawab...main ngebut dan salip aja sehingga menyenggol motor yang di kendarai Bintang sampai menyebabkan hilang kendali...menjadi oleng dan menabrak bahu jalan.

Untung saja dia sempat teriak, jadi orang-orang yang semula berdiri di sana karena menunggu lampu rambu lalulintas berwarna merah bisa menghindar.

Bintang langsung saja di larikan kerumah sakit terdekat guna untuk mendapatkan penanganan.

💕

Langit pagi ini yang hendak bertolak ke perusahaan pun mendadak menjadi gelisah, entah kenapa perasannya menjadi tak menentu.

Bahkan sesampai di perusahaan pun perasannya tetap merasa tak tenang.

''Ada apa?'' tanya Aris yang seakan tau akan kegelisahan sahabat yang sekaligus atasannya itu.

''Gak tau nih Ris, aku juga bingung...tiba-tiba perasaanku gak enak, sesak kayak ada sesuatu hal yang buruk terjadi.'' jawab Langit.

''Ambil napas dalam-dalam lalu hembuskan dan ulangi bebepaa kali, siapa tau aja perasaan kamu jadi lebih tenang.'' saran Aris.

Baru dua kali Langit melakukan hal yang di sarankan Aris, ponsel miliknya yang di letakan di atas meja kerja sudah berdering saja.

''Bintang.'' gumam Langit saat melihat nama yang tertera di sana.

Ponsel Bintang yang ada dasarnya tak menggunakan kata sandi dan hanya mengunakan sidik jari sang pemilik saja...memudahkan orang lain untuk membukanya.

Langit

"Halo Bi..."

Bintang

"Halo."

Langit mengernyitkan dahinya karena bingung, pasalnya yang ada di seberang adalah suara seorang pria.

Langit

"Ini siapa?"

Bintang

"Yang punya ponsel ini kecelakaan, sekarang ada di rumah sakit xx."

Duar

Mendengar perkataan itu membuat Langit lemas seketika, dia langsung terduduk kursi karena posisinya tadi sedang berdiri...kakinya seolah tak mampu untuk menopang bobot badannya sendiri.

Melihat Langit yang seperti itu membuat Aris langsung berinisiatif meraih ponsel Langit yang masih terhubung dengan si penelpon.

Aris

"Baik, kami akan segera kesana... terimakasih dan tolong tunggu sampai kami tiba."

Tut

"Langit...hei..." panggil Aris sambil menepuk pundak Langit agar pria itu tersadar dari keterkejutannya.

"Aris, Bintang Ris." kata Langit dengan panik.

Entah dimana saat ini Langit yang selalu bersikap tenang dalam setiap kondisi dan situasi.

"Langit...tenang...oke." seru Aris. "Bintang akan baik-baik saja." kata Aris menenangkan.

"Aku...aku harus kerumah sakit sekarang, aku harus melihat sendiri bagaiman kondisi Bintang saat ini." kata Langit.

"Aku ikut." kata Aris.

"Kamu handle perusahaan...aku bisa sendiri." tolaknya.

"Enggak, kamu sedang panik...aku gak mau terjadi sesuatu padamu." kekeh Aris.

"Terserah kamu." kata Langit yang sudah mulai melangkahkan kakinya.

Begitu keluar ruangan, Langit langsung berlari tanpa memberikan pesan apapun pada sang sekretaris, yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Bintang...Bintang dan Bintang.

"Tria, kalau ada yang cari si bos bilang hak ada di tempat hari ini." pesan Aris. "Reschedule semua jadwal si bos hari ini." pesannya lagi lalu melangkah tapi tiba-tiba balik lagi. " Kalau ada yang cari saya, bilang saya keluar dari kantor sampai jam makan siang." sambungnya lalu berlari menyusul Langit.

Semua karyawan bahkan menatap dengan heran, tadi bos mereka yang berlari tanpa menghiraukan apapun...lah sekarang asisten si bos juga melakukan hal yang sama.

💕

"Bisa lebih cepat gak Ris." kata Langit dengan tak sabarannya.

"Ini sudah cepat, aku agak mungkin menambah kecepatan lagi karena itu bisa membahayakan kita juga pengendara lain." sahut Aris yang panjang membuat Langit bertambah kesal.

Dua puluh lima menit, waktu yang mereka berdua butuhkan untuk sampai di rumah sakit xx.

Tanpa ba bi bu Langit langsung turun dari mobilnya meskipun mobil tersebut belum benar-benar berhenti.

"Ish nih anak." geram Aris melihat kelakuan sahabatnya.

Aris menyusul Langit menelusuri lorong rumah sakit untuk mencari di mana Bintang berada.

Untung saja Bintang masih di ruang tindakan jadi mereka tak jauh-jauh untuk mencari keberadaannya.

"Bapak yang telpon saya tadi?" tanya Langit tanpa basa-basi saat melihat ponsel yang di yakininya milik Bintang di tangan seorang pria paruh baya.

"Apa anda kerabat dari wanita di dalam? yang kecelakaan?" tanyanya.

"Iya benar." jawab Langit. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya.

"Dokter dari tadi belum keluar, masih melakukan tindakan." jawabnya.

"Bagaimana kejadiannya pak?" tanya Aris yang ikut bersuara sedangkan Langit sendiri sudah berjalan mondar-mandir seperti setrikaan di depan pintu ruangan.

Pria itu pun mulai menceritakan awal terjadi kecelakaan hingga sampailah Bintang di sini karena tak sadarkan diri dan juga menceritakan kenapa dirinya menghubungi nomor Langit yang sebabkan log panggilan di ponsel Bintang yang terakhir adalah nama Langit...yang paling banyak juga nama Langit.

"Karena sudah ada kerabat mbaknya, saya mohon pamit." kata pria itu.

"Oh baiklah terimakasih ya pak karena sudah mengantarkannya kesini dan juga telah menghubungi kami.'' ucap Aris. "Ini untuk ongkos bapak pulang." kata Aris lagi dengan menyelipkan sebuah amplop di tangannya.

Tadi sebelum turun dari mobil Aris memang sudah menyiapkannya.

"Gak usah mas, saya ikhlas mambantu." tolaknya.

"Ini rezeki pak...gak boleh di tolak dan saya memaksa." kata Aris.

"Baik kalau gitu saya terima, terimakasih ya mas...semoga saudaranya gak apa-apa." kata si bapak.

"Amin, terimakasih do'anya pak." ucap Aris.

Cklek

"Bagaimana dok?" tanya Langit yang langsung menghampiri sang dokter begitu keluar dari ruangan. "Saya keluarga pasien." terang Langit.

"Pasien mendapatkan benturan di kepalanya, dan untuk memastikannya...kita perlu menunggu pasien sadar terlebih dahulu lalu melakukan ct scan.'' papar sang dokter. "Untuk luka lainnya saya rasa gak ada..hanya sedikit memar di bagian siku juga kaki, tapi tidak begitu berbahaya." sambungnya lagi.

"Apa kami boleh masuk ke dalam?" tanya Langit.

"Tentu saja, tapi pasien belum bisa kami pindahkan ke ruang rawat sebelum sadarkan diri." jawab dokter. "Kalau tak ada yang di tanyakan lagi...saya permisi." pamitnya.

"Terimakasih dok." ucap Langit.

Melihat Bintang yang tergeletak lemah di ranjang dengan selang infus di tangannya serta mata yang tertutup membuat perasan Langit seperti tertimpa batu yang sangat besar...sesak...sesak sekali, bahkan untuk sekedar bernapas saja sangatlah sulit.

Terpopuler

Comments

Nurjani Lambu

Nurjani Lambu

jangan sampai ilang ingatan ni karena kepala nya terbentur

2023-05-09

1

itanungcik

itanungcik

semoga gak terjadi sesuatu sama bintang

2023-03-23

0

mama_im

mama_im

gak ada drama hilang ingatan ya thor, sumpah gak banget kalau ada, terlalu kebaca.
semangat up nya 💪💪💪💪

2023-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!