Tukang Urut

Delima turun dari mobil, setelah Ardan memarkirkan mobilnya di halaman depan minimarket. Lekas dia berjalan menuju bangku yang disediakan minimarket untuk beristirahat para pelanggan.

Setelah dia merasa lebih baik. Segera Delima mengajak Ardan masuk ke dalam minimarket. Dia ingin membeli perlengkapan mandinya yang sebentar lagi habis.

"Del, sekalian nanti beli frozen food, ya. Aku mau ke toilet dulu," ujar Ardan sambil menuju ke arah belakang minimarket.

Delima mengangguk, lalu kembali fokus pada aktivitasnya memilih sabun cuci wajah. Perhatiannya teralihkan pada sebuah sabun cair berwarna ungu, sepertinya ini yang dia pakai saat di kamar mandi rumah Ardan.

Delima pun mengambil sabun cair tersebut, dan memasukkannya ke dalam keranjang belanjaan. Tak lupa, dia pun berjalan ke arah frezeer tempat penyimpanan makanan beku. Sesuai permintaan Ardan tadi, Delima pun mengambil beberapa frozen food untuk persediaan makanan di rumah.

Setelah selesai memilah dan memilih barang-barang yang dibeli, Delima pun berjalan ke arah kasir. Ardan yang baru keluar dari toilet, bergegas mendekati Delima untuk membayar belanjaan mereka.

"Loh, kok tiba-tiba Kakak udah ada di samping aku?" tanya Delima heran.

Ardan hanya tersenyum mendengar pertanyaan Delima. Cepat dia mengeluarkan uang, sesuai dengan yang disebutkan penjaga kasir. Lalu, dia membawa belanjaan yang telah dibeli ke arah mobil.

"Sini, Kak. Biar aku bantu," tawar Delima.

"Engga usah. Kamu jangan angkat yang berat-berat, nanti kecapean," tolak Ardan.

Delima pun akhirnya hanya mengikuti langkah Ardan yang bergegas menuju ke arah mobil. Setelah meletakkan barang belanjaan ke bagasi mobil, Ardan membukakan pintu untuk Delima.

"Makasih, Kak," kata Delima tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya.

"Sama-sama." Ardan dengan setengah berlari menuju ke pintu mobil sebelahnya.

"Kenapa sih, Kak? Kayak buru-buru banget," tanya Delima.

"Panas banget. Aku udah ngerasa gerah banget. Pengen cepet sampe rumah, mau mandi," sahut Ardan sambil menyeka keringat di pelipisnya.

"Oh gitu. Kirain ada apa," kata Delima lega.

"Tadi udah belanja semua yang kamu perlu?" tanya Ardan sambil menyetir mobil.

"Udah. Tadi, aku juga sekalian beli perlengkapan buat mandi. Soalnya stok sabun cair di kamar mandi mau abis," sahut Delima.

"Bagus kalo gitu. Nanti malam, kayaknya aku bakalan manggil tukang urut. Badan rasanya udah pegel banget. Kamu mau sekalian dipanggilin tukang pijat buat khusus ibu hamil, engga?" tanya Ardan.

"Hmmm ... boleh deh, Kak. Kaki aku masih sering pegel abis dibawa jalan-jalan mulu," balas Delima.

Ardan mengangguk, dia melajukan mobilnya agar lekas sampai ke rumah. Saat komplek perumahannya mulai terlihat, dia pun mengurangi kecepatan mobil.

Perlahan mobil memasuki ke area halaman rumah Ardan. Segera Ardan turun dari mobil, lalu membuka pintu rumah. Dibukakannya pintu mobil untuk Delima, Delima pun langsung masuk ke dalam rumah.

Sedangkan Ardan mengeluarkan belanjaan, juga koper yang dibawa dari rumah mertuanya. Tak lupa, tas bekal makanan, beserta makanan lainnya dibawa masuk pula ke rumah.

Setelah semua barang sudah diletakkan di dekat sofa, segera Ardan merebahkan diri di sofanya yang empuk. Sedangkan Delima rupanya pergi ke dapur untuk membuatkan minum untuk Ardan.

"Kak, ini diminum dulu tehnya. Biar capeknya berkurang," ujar Delima seraya meletakkan nampan berisi segelas teh, juga sepiring biskuit.

"Makasih, Del. Kayaknya baru hari ini deh kerasa capeknya. Kemarin-kemaring engga," keluh Ardan.

"Namanya juga abis selesai liburan. Capeknya pas udah selesai liburan," sahut Delima.

"Yakin besok bisa kerja? Kalo masih capek, mending besok libur dulu. Selasa baru masuk," ujar Delima khawatir.

"Bisa, kok. Kan nanti manggil tukang urut juga," jawab Ardan meyakinkan.

***

Setelah selesai makan malam, Ardan dan Delima pun bersantai di depan tv. Tak lupa Delima menghidangkan pisang goreng dilengkapi dengan sepiring kecil sambal uleg khas buatan sang ibunda.

Tak berapa lama, terdengar suara ketukan dari arah luar. Segera Ardan berdiri untuk menemui orang yang mengetuk pintu rumahnya.

"Eh, Pak Dido, mari masuk, Pak," ujar Ardan sambil mempersilakan tamunya masuk ke rumah.

"Bu Dedah-nya mana?" tanya Ardan lagi.

"Nanti nyusul. Tadi masih ngurut orang di rumah," sahut Pak Dido.

"Siapa, Kak?" tanya Delima saat melihat Ardan membawa masuk tamu ke ruang keluarga.

"Oh, ini Pak Dido. Beliau yang mau ngurut badan aku malam ini. Kalo yang ngurut kamu nanti istri beliau ini. Tapi, datangnya belakangan, masih ada pelanggan yang diurut," ujar Ardan menjelaskan.

Delima mengangguk. Dia pun pergi ke dapur untuk mengambilkan minyak untuk mengurut badan Ardan. Minyak tersebut diletakkannya di piring kecil berwarna biru.

"Ini mau diurut di mana, Nak?" tanya Pak Dido pada Ardan.

"Di sini aja, Pak. Sekalian bisa nonton bola kita," ujar Ardan sambil meletakkan kasur lipat di ruang keluarga, di samping sofa.

Pak Dido dengan sigap langsung mengurut badan Ardan. Tampak Ardan amat menikmati setiap pijatan yang dilakukan Pak Dido. Sesekali terdengar suara sendawa dari Ardan.

"Ini badan kamu banyak banget anginnya. Karena keseringan main malam pasti ini," kelakar Pak Dido.

"Ah, Bapak bisa aja. Namanya juga pengantin baru, Pak," sahut Ardan membalas candaan Pak Dido.

Sedangkan Delima yang mendengar candaan itu, wajahnya langsung tersipu memerah. Candaan orang dewasa ini, pikir Delima.

Delima beranjak meninggalkan dua pria yang saling berbalas canda di ruang keluarga. Dia menuju ke pintu depan, karena ada yang mengetuk pintu.

"Selamat malam, Neng. Anu, saya Bu Dedah, diminta Nak Ardan buat ngurut," kata si ibu.

Delima segera mempersilakan Bu Dedah untuk masuk ke dalam rumah. Dibawanya Bu Dedah untuk ke ruang keluarga, menemui Ardan yang tengah diurut badannya.

"Eh, Bu Dedah udah datang. Ini istri saya mau dipijat. Katanya badannya pegel abis jalan-jalan," kata Ardan.

"Boleh, boleh. Kita pijatnya di kamar, ya," unar Bu Dedah.

Delima mengangguk sambil tersenyum. Lalu, dia pergi mengambil minyak untuk dia dipijat nanti.

"Bu, mijatnya pelan aja, ya. Orangnya lagi isi," ujar Ardan memberitahu.

"Siap, Nak Ardan," sahut Bu Dedah seraya berjalan mengikuti Delima menuju kamarnya.

"Wah, Nak Ardan ini tokcer banget. Udah langsung jadi aja," timpal Pak Dido.

"Namanya juga orang muda, Pak. Masih kenceng gasnya," sahut Ardan sambil tersenyum miris.

Setelah selesai diurut, Ardan dan Pak Dido duduk di sofa untuk menonton bola. Tak lupa Ardan menyuguhkan bolu kepada Pak Dido. Bolu yang dibawa dari rumah sang mertua oleh istrinya, Delima.

"Dimakan, Pak. Ini kue buatan mertua saya. Tadi dibawa buat oleh-oleh," ujar Ardan.

"Enak kuenya," puji Pak Dido.

Tak lama kemudian, Delima dan Bu Dedah keluar dari kamar. Tampak wajah Delima terlihat sumringah, dia merasa badannya jadi lebih ringan setelah dipijat.

"Ayo, Bu, silakan dimakan kuenya. Buatan ibu mertua saya loh, ini," kata Ardan bangga.

"Iya, iya," sahut Bu Dedah, lalu duduk di samping Pak Dido.

Sedangkan Delima pergi ke dapur untuk membuatkan minuman pada para tamunya. Empat gelas teh tampak mengisi nampan yang dibawanya. Segera Ardan menyambut nampan yang dibawa Delima.

"Udah, kamu duduk aja. Nanti kecapekan," ujar Ardan.

Pak Dido dan Bu Dedah yang melihat sikap Ardan pada Delima pun tersenyum. Betapa manis tingkah pasangan baru menikah, pikir mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!