Ardan dan Delima memisahkan oleh-oleh satu persatu. Untuk teman sekantor Ardan dibungkus dengan paper bag biru, sedangkan untuk teman Delima menggunakan paper bag berwarna merah muda.
Satu persatu oleh-oleh diletakkan di pojok ruang keluarga. Agar lebih mudah dibawa nanti ujar Ardan pada Delima.
"Kak, cumi kering buat mama di mana, ya? Aku lupa naruhnya di mana?" tanya Delima panik.
"Ada. Udah aku simpan di dalam tas yang warna item," sahut Ardan.
"Nah, karena urusan oleh-oleh udah selesai, kamu mending siapin barang yang mau kamu bawa, gih. Soalnya kita cuma nginap semalaman, ya. Besok sore harus udah ada di rumah, soalnya hari senin aku udah masuk kerja," ucap Ardan pada Karenina yang masih menyusun oleh-oleh ke sudut rumah.
"Oke, Kak. Kita perginya habis sholat magrib, 'kan?" tanya Delima memastikan.
"Iya. Kita makan malam dulu di rumah, jadi engga perlu cari makan lagi di jalan nanti," sahut Ardan.
Setelah menyelesaikan sholat magrib berjama'ah, Ardan dan Delima pun makan malam bersama. Kali ini, Ardan yang memasak untuk makan malam berupa nasi goreng telur ceplok.
"Wah, nasi goreng buatan Kak Ardan enak. Nasi goreng buatanku kalah," puji Delima sambil menyendok nasi goreng di piring.
"Berkat sering masak sendiri," kata Ardan. "Nanti juga masakanmu lebih enak dari masakanku kalo sering masak."
Delima mengangguk, berjanji akan sering-sering masak nantinya. Tentu dengan bantuan Ardan yang lebih pandai memasak darinya.
Ardan dan Delima segera membawa oleh-oleh untuk orang tua Delima ke dalam mobil. Setelah selesai makan tadi, mereka langsung saja bersiap untuk berangkat.
Setelah semua dirasa sudah dibawa, Ardan dan Delima pun masuk ke dalam mobil. Perlahan, mobil melaju meninggalkan halaman rumah.
"Seatbelt-nya dipake dong, Del," perintah Ardan pada Karenina.
"Oh, iya. Lupa, hehe." Delima pun memasang seatbelt ke badannya.
***
Laju mobil mulai diperlambat saat tiba di area rumah Delima. Segera, Delima turun dari mobil, lalu menekan bel yang ada di dekat gerbang.
Satpam yang ada di pos, berlari tergopoh-gopoh saat tahu Delima yang memencet bel.
"Neng, Adel kok engga kasih kabar kalo mau ke sini? Bapak kaget pas tau kalo Eneng yang mencet bel," ujar Pak Seno—satpam rumah.
"Hehe, iya nih Pak Seno. Ceritanya mau kasih kejutan buat orang rumah," sahut Delima tersenyum, lalu dia masuk kembali ke dalam mobil.
Pak Seno membukakan gerbang untuk mobil masuk. Mobil pun dilajukan masuk ke halaman rumah Delima.
Bu Reni segera keluar rumah saat mendengar suara deru mobil dari arah luar. Dia tampak girang saat melihat Delima turun dari mobil.
"Del, kok ga bilang-bilang kalo mau ke sini?" tanya Bu Reni seraya mengulurkan tangan.
Segera Delima menerima uluran tangan ibunya, lalu mencium tangannya.
"Sengaja, biar kejutan, Ma," sahut Delima sambil tersenyum manis pada ibunya.
"Yaudah, yuk, yuk cepet masuk ke dalam. Nak Ardan, ayo masuk," kata Bu Reni.
"Iya, Ma. Ardan mau nurunin barang-barang dulu," sahut Ardan sopan.
"Suruh Pak Seno aja yang bawain barang bawaanmu. Ayo, pasti kalian capek abis dari jalan jauh," perintah Bu Reni.
Ardan pun akhirnya ikut masuk ke rumah. Membiarkan barang-barang yang ada di dalam mobil diurus oleh Pak Seno.
Mereka pun langsung menuju ke ruang keluarga. Tampak Pak Arya tengah minum teh sambil menonton tv di sana.
"Loh, kapan datangnya?" tanya Pak Arya seraya berdiri menyambut Ardan dan Delima.
"Baru aja, Yah. Delima kangen sama Mama katanya. Sekalian mau pergi ke pameran seni besok," sahut Ardan.
"Bukannya kalian baru pulang dari liburan itu hari ini, ya? Berarti langsung lanjut ke sini abis dari sana?" tanya Bu Reni sambil meletakkan minuman dan camilan ke atas meja.
"Engga kok, Ma. Kami tadi pulangnya lebih awal. Jadi, udah istirahat di rumah. Kebetulan tadi Delima liat ada pameran seni di kota ini, jadi liat-liat besok katanya. Daripada besok, mending sekalian aja nginap di sini," ujar Ardan memberi penjelasan.
Delima mengangguk menyetujui perkataan Ardan. Dia pun segera mengeluarkan oleh-oleh dari dalam tas.
"Nah, ini cumi kering buat Mama," kata Delima seraya menyerahkan bungkusan cumi kering pada ibunya.
"Wah, cuminya bagus ini. Besok mama bikin sambal baby cumi, enak nih," ucap Bu Reni girang.
"Bikin yang banyak, Ma. Biar aku bisa bawa pulang nanti," kata Delima ikut girang mendengar ibunya akan memasak sambal kesukaannya.
"Kalian udah makan malam?" tanya Pak Arya.
"Udah, Yah. Sebelum ke sini, kami udah makan malam di rumah," sahut Ardan cepat.
"Oh, iya. Ini tadi beli pas lagi di jalan." Ardan mengambil martabak dan terang bulan yang ada di dalam plastik hitam.
"Waduh. Sampe repot-repot bawain makanan. Kayak yang mau ngapel aja," kelakar Pak Arya.
Ardan, Delima, dan Bu Reni tertawa mendengar candaan Pak Arya. Radian keluar dari kamar, saat mendengar suara ramai dari arah ruang keluarga.
"Loh, ada Delima. Kapan datangnya?" tanya Radian bingung.
"Baru aja mereka nyampe. Nih, mama dibawain cumi kering. Oleh-oleh pas liburan ke Garena katanya," sahut Bu Reni.
"Buat gue ada engga?" tanya Radian pada Karenina.
"Ada. Tuh, baju kaos " I Love Garena" sama asbak dari kerang," ujar Karenina sambil mencomot martabak yang ada di atas meja.
"Ih pilihan kalian kolot kali. Masa pake kata-kata love love gitu, sih," gerutu Radian.
"Masih mending dibeliin oleh-oleh, ih. Kurang bersyukur emang Kak Radi, nih." Delima mendumal.
"Hih, iya iya. Terima kasih ya, adikku. Makasih, Bro," kata Radian pada Delima dan Ardan.
"Sama-sama," sahut Ardan.
Mereka pun terus berbincang lama. Menceritakan tentang Delima yang ngidam, tambah makan sampai 3 kali, juga tentang bermain banana boat. Sampai akhirnya sang ibu tersadar kalau hari sudah larut.
"Duh, udah jam segini ternyata. Yuk, istirahat semuanya. Besok dilanjut lagi cerita-ceritanya," kata Bu Reni.
"Wah, iya ya. Delima, Ardan, kalian tidur di kamar yang kemarin, ya," kata Pak Arya sambil berdiri dari tempat duduknya.
"Iya, Yah," sahut Delima.
Ardan dan Delima pun berjalan menuju kamar depan. Namun, Ardan menahan langkah Delima.
"Kenapa, Kak?" tanya Delima bingung.
"Kamu pasti kangen kamar tidur kamu, 'kan. Kamu tidur di kamarmu aja," ucap Ardan.
"Tapi ...."
"Engga ada tapi-tapian. Toh, kamu juga masih belum terbiasa tidur sekamar 'kan? Walau kemarin pas liburan emang kita sekamar tidurnya, tapi tetep aja berbeda." Ardan berbicara panjang lebar.
Delima tersenyum dengan ucapan Ardan. Dia merasa Ardan jadi lebih cerewet setelah menikah. Dulu, saat masih berteman biasa, Ardan tak secerewet itu. Bahkan terkesan sedikit cuek.
"Iya, Kak Ardan bawel," sahut Delima sambil menjulurkan lidahnya, lalu lari ke kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments