"Kak, kok kasurnya begini?"
"Begini apanya?" tanya Ardan.
"Ini, loh. Kok kasurnya cuma 1, kirain kasurnya bakal 2," sahut Delima.
"Oh, itu. Kita kehabisan kamar soalnya. Yang kasur 2 udah keduluan orang. Karena lagi viral, jadi rame yang pada ke sini," jelas Ardan.
"Terus, nanti kita tidurnya gimana dong?" Delima gelisah.
"Ya tidurlah. Kasurnya segede gaban gitu. Kalau kamu ga mau, kamu bisa tidur di sofa situ, tuh." Tunjuk Ardan dengan dagunya.
"Ih, Kak Ardan jahat."
"Lagian kita juga engga bakal ngapa-ngapain, kok. Engga usah khawatir berlebihan."
Delima memilih diam, segera dia mengeluarkan beberapa barang bawaan dari koper. Khususnya, baju ganti miliknya.
"Mau istirahat dulu atau langsung jalan-jalan?" tawar Ardan.
Delima tampak berpikir, sebelum berkata, "Langsung aja yuk, Kak. Tapi, aku mau bersihin badan ama ganti baju dulu."
"Oke. Aku rebahan dulu kalo gitu. Kalo udah siap, bangunin, ya."
"Oke, Kak.
Delima pun masuk ke kamar mandi. Membersihkan badan yang terasa gerah karena berjam-jam duduk di dalam mobil.
Guyuran air yang membasahi muka, membuat Delima merasa segar. Segera dia mengganti pakaian dengan selembar baju oversize dan celana jeans.
Tak ingin berlama-lama di kamar mandi, Delima pun segera keluar. Dilihatnya, Ardan terpejam di sisi kasur dekat tembok. Tak tega untuk membangunnya.
Delima pun lebih memilih untuk merias wajahnya sebentar. Tak ingin wajahnya terlihat pucat saat jalan-jalan nanti.
"Kok engga bangunin aku?" tanya Ardan seraya meregangkan tubuh.
"Engga tega. Kayaknya Kak Ardan kecapekan banget," jawab Delima.
"Yaudah, yuk, langsung berangkat kita," ajak Ardan.
Delima pun mengikuti langkah Ardan. Mereka pun memilih untuk berjalan di tepi pantai. Suasana cukup ramai kala itu.
"Padahal udah jam segini, tapi masih rame aja ya, Kak," celetuk Delima.
"Namanya juga tempat wisata. Jam segini emang lagi rame-ramenya. Soalnya biasanya pada tiba pas siang begini," jelas Ardan pada Delima.
"Oh gitu. Eh, Kak, aku mau itu," sela Delima sambil menunjuk penjual air kelapa.
"Bu, pesan kelapa mudanya 2, ya," pinta Ardan.
Ibu penjual kelapa muda segera menyediakan pesanan Ardan. Dua buah kelapa muda langsung diletakkan di hadapan Ardan Delima.
"Mau ditambahin sirup?" tanya si Ibu.
"Engga, Bu. Punya saya udah pas rasanya. Kamu mau pake sirup, Del?"
"Boleh, deh. Tapi, dikit aja ya, Bu." Delima menyodorkan kelapa muda miliknya ke arah si ibu.
"Kelapa muda bagus loh buat kandungan. Bikin bayi dalam perut bersih pas keluar nanti," ucap si Ibu.
Ardan dan Delima berpandangan mendengar ucapan ibu penjual kelapa muda.
"Kok, ibu tahu?" tanya Delima memberanikan diri.
"Saya ini udah berpengalaman. Jadi, sekali lihat langsung tahu kalau adik manis ini lagi berisi," sahut si Ibu.
"Pasti anaknya cakep kaya mama papanya," sambung si Ibu.
Delima tersipu, wajahnya memerah mendengar ucapan penjual kelapa muda. Ardan pun tersenyum melihat reaksi Delima.
Ardan membayar kelapa yang mereka minum. Lalu mengajak Delima ke tempat makan di tepi pantai.
Tiba-tiba, Delima merasakan mual mencium bau masakan di sana. Dia pun pergi mencari toilet. Ardan dengan setia menungguinya yang tengah muntah di salah satu bilik toilet.
"Udah enakan? Kenapa tadi?" tanya Ardan khawatir.
"Aku mendadak mual pas cium masakan di situ. Bau seafood-nya nyengat banget," ungkap Delima.
"Kayaknya penciuman kamu jadi sensitif karena lagi hamil. Kita cari makan di tempat lain kalo gitu. Ada yang kamu mau?" tanya Ardan lagi.
"Apa aja deh, asal bukan seafood," balas Delima.
Ardan pun mengajak Delima untuk makan di warung tenda sederhana. Delima memilih menu nasi dengan ayam tepung asam manis. Sedangkan dia memilih nasi kuning dengan lauk telur.
"Kak, aku mau lagi, makanannya enak."
"Kamu yakin, kamu udah nambah 2 kali, loh. Nanti kekenyangan," sahut Ardan.
"Iya. Satu kali lagi aja. Abis ini off, deh," pinta Delima memelas.
Ardan pun memesankan sekali lagi, menu ayam tepung asam manis untuk Delima. Pemilik warung pun mengantarkan makanan, sambil tersenyum melihat Delima yang makan dengan lahap.
"Maklum, ya, Bu. Orangnya lagi ngidam," kata Ardan.
"Engga papa, Mas. Ibu malah seneng kalau ada yang makannya lahap gini. Apalagi sampai nambah-nambah. Artinya masakan ibu enak," tutur si pemilik warung.
Delima mengangguk, lalu berucap, "Emang enak, Bu. Saya sampai nambah 3 kali."
Ibu pemilik warung tersenyum mendengar sahutan Delima. Segera dia pergi ke dalam, lalu datang dengan membawa sepiring makanan.
"Nah, ini bonus buat kalian. Gratis," kata si Ibu sambil meletakkan piring.
"Wah, apa ini, Bu?" tanya Delima antusias.
"Jamur goreng tepung. Bagus buat kandungan, juga ngatasin sembelit," kata si Ibu menjelaskan.
"Terima kasih, Bu. Nanti kami habiskan," ucap Ardan.
Ibu pemilik warung mengangguk, lalu pergi ke meja lain. Rupanya ada pelanggan yang mau memesan.
"Gimana? Udah puas makannya?" tanya Ardan sambil mencomot jamur goreng tepung yang ada di depan Delima.
"Banget. Makanannya enak, terus dikasih bonus juga. Pokoknya, warung ini bakalan jadi salah satu tempat makan favorit aku," jawab Delima.
Ardan tersenyum, semenjak menikah baru kali ini Delima mau makan banyak. Biasanya hanya makan sepiring, itu pun kadang bersisa banyak.
"Setelah ini, kita ke toko oleh-oleh, ya, Kak. Aku mau cari makanan khas sini," pinta Delima.
"Cari makanan? Kan bisa nyarinya besok, kita kan sampai besok masih di sini," sela Ardan.
"Tapi aku maunya sekarang. Kayak kepengen banget gitu," kelit Delima.
Ardan pun mengalah dan menuruti keinginan Delima. Bisa jadi ini keinginan cabang bayi Delima, pikir Ardan.
***
"Aku mau ini, ini, sama ini." Delima memasukkan beberapa makanan ke dalam troli barang.
Tak henti-hentinya Delima memasukkan makanan yang lainnya. Sekalian oleh-oleh untuk ayah dan mama kata Delima saat ditanya.
"Cukup dulu, ya. Nanti kita cari oleh-oleh yang lain di tempat lain. Kalau beli kebanyakan, nanti mubazir," tegur Ardan.
Segera Ardan membayar belanjaan Delima. Kalau lebih lama di sana, mungkin Delima akan terus mengambil semua makanan yang ada di rak etalase.
"Kak, aku mau itu." Tunjuk Delima ke arah pedagang bakso.
"Bakso? Emang udah lapar lagi? Kan tadi udah makan banyak, nanti perutmu engga enak, loh." Ardan mewanti-wanti.
"Engga tau kenapa, hari ini rasanya aku lapar terus, Kak. Engga bisa liat makanan, pokoknya jadi kepengen makan," jawab Delima.
Semangkuk bakso pun tandas. Delima akhirnya menyerah, dan mengaku kenyang. Dia pun mengajak Ardan untuk pulang ke hotel dan beristirahat.
"Udah, Kak. Kayaknya aku engga sanggup makan lagi. Yuk, kita pulang aja. Aku mau istirahat," ajak Delima.
"Yaudah, ayo." Ardan menyerahkan beberapa lembar uang ke pedagang bakso.
Ardan membawa pulang beberapa bungkus bakso. Jaga-jaga, kalau Delima merasa lapar lagi. Tak berapa lama, mereka pun sampai ke kamar tempat mereka menginap.
"Del, kalo laper lagi, ambil makanan di kulkas mini di pinggir situ, ya. Aku mau keluar bentar," pesan Ardan.
"Iya," sahut Delima yang tengah memejamkan mata di kasur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments