Berkumpul Di Ruang Keluarga

"Heh, apa-apaan. Kecil begini, aku kuat, kok," sanggah Delima.

Ardan dan Radian semakin tertawa mendengar sahutan Delima. Tangan Delima yang tampak kecil, tentu tidak ada yang percaya dengan kekuatan tangannya itu.

"Kamu angkat tabung gas kosong aja kewalahan, ngaku kuat," ledek Radian.

"Ih, Bang Radi. Aku beneran kuat tau!" ketus Delima sambil mencemberutkan wajahnya.

"Iya, iya. Udah, ya," kata Ardan menenangkan Delima.

Setelah itu, Delima pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda. Yaitu memasukkan makanan ke dalam tas bekal makanan.

Bu Reni keluar dari dapur, menuju ke ruang tamu tempat anak-anaknya tengah berkumpul. Dia meletakkan kue bolu yang baru saja diangkat dari oven.

"Wah, enak nih. Masih anget," seru Radian bersemangat.

Bu Reni tersenyum melihat Radian yang begitu antusias dengan kue bolu yang ada di hadapannya. Bu Reni pun kembali ke dapur untuk mengambil minuman pendampingnya.

"Makasih, Ma," kata Ardan sambil menyambut nampan berisi minuman yang dibawa Bu Reni.

"Sama-sama," sahut Bu Reni sambil duduk ke sofa.

"Ayah mana? Pasti udah pulang, 'kan? Kan tadi perginya bareng Kak Radi?" tanya Delima.

"Ada, masih di kamar. Bentar lagi juga ke sini," jawab Bu Reni sambil mengangkat gelas berisi teh hangat, lalu menyesapnya dengan nikmat.

Tak lama kemudian, Pak Arya pun keluar dari kamarnya. Segera dia menggabungkan diri ke ruang keluarga.

"Wah, apa nih?" kata Pak Arya sambil mencomot sepotong kue.

"Kue bolu. Enak, Yah. Baru diangkat dari oven," sahut Radian sambil terus mengunyah kue bolu miliknya.

Pak Arya pun duduk di sebelah Bu Reni. Dia mengambil gelas yang ada di atas nampan. Dihidunya aroma teh yang menguar bersama kepulan asap.

"Jadi, pulangnya jam berapa Nak Ardan?" tanya Pak Arya setelah meminum teh yang berada di tangannya.

"Sekitar jam 2-an, Yah," sahut Ardan.

"Masih lama lah, ya. Kalo gitu, kita bisa santai dulu," kata Pak Arya seraya melihat arloji di tangan sebelah kirinya.

"Besok langsung masuk kerja?"

"Iya, Yah. Engga enak sama temen kerja yang lain kalo kelamaan ambil cuti," tutur Ardan.

"Kamu engga papa ditinggal kerja, Del?" tanya Pak Arya memastikan kondisi anak perempuannya.

"Engga papa, Yah. Udah biasa juga kan aku di rumah sendiri. Kan biasanya Ayah kerja, Mama ke arisan, Kak Radi kerja, terus aku cuma nungguin rumah sendirian," jawab Delima.

"Iya, sih. Tapi, kan masih ada Pak Seno yang jaga di luar," sanggah Pak Arya.

"Udahlah, Yah. Anak kita udah jadi istri orang. Engga perlu dicemasin segitunya," ujar Bu Reni mengingatkan suaminya.

"Hmm ... Iya iya. Soalnya Delima kan belum pernah kita lepas sendiri. Jadi, Ayah agak khawatir. Apalagi dia biasanya selalu serba dilayanin," kata Pak Arya beralasan.

"Delima aman kok, Yah. Tetangga juga banyak di sekitaran rumah. Jadi, kalo ada apa-apa, pasti bakalan bantu," balas Ardan.

"Syukurlah kalau begitu," kata Pak arya.

"Ini masih ada makanan yang mau kamu bawa engga, Del?" tanya Bu Reni pada Delima yang tengah asik mengunyah kue bolu yang ada di tangannya.

"Aku mau pisang goreng dong, Ma. Yang dicocol ke sambel ulek begitu," sahut Delima.

"Oh yang itu, ada ada. Nanti Mama bikinin," kata Bu Reni.

"Pisang goreng? Kan ada pisang keju yang dibeli tadi, Del," ucap Ardan.

"Beda, Kak. Yang pisang keju tuh manis aja. Kalo pisang goreng bikinan Mama tuh manis gurih gitu. Enak banget kalo dicocol ama sambal yang diulek di cobek," kilah Delima.

"Biarin aja, Nak Ardan. Namanya juga bumil. Ada aja yang mau dia makan," bela Bu Reni pada anaknya.

Ardan menghela napas dalam, lalu menghembuskannya kencang. Pasti dia yang akan disuruh untuk menghabiskan semua makanannya nanti, pikir Ardan.

"Kalo gitu, aku mau masukin barang-barang dulu ke bagasi. Biar nanti pas mau berangkat, engga usah sibuk mikirin barang yang mau dibawa. Takut ada yang ketinggalan kalo buru-buru," kata Ardan sambil berdiri dari tempat duduknya.

Delima mengangguk. Dia pun menyerahkan tas bekal yang tadi dibereskannya. Tak lupa, memasukkan beberapa potong kue bolu lagi ke dalam tas bekal tersebut.

Segera Ardan menerima tas bekal yang diberikan Delima. Lalu, dia pergi menuju kamar, mengambil tas berisi baju yang dia bawa semalam.

Setelah meletakkan semua barang ke bagasi. Ardan kembali bergabung dengan Delima di ruang keluarga. Ardan mengambil kue bolu yang masih tersisa di piring, lalu memasukannya ke dala mulut.

"Duh, kue bolunya udah abis aja. Mama ambilin lagi ya di dapur," celetuk Bu Reni.

Segera Bu Reni pergi ke dapur untuk mengambil kue lagi. Dia pun membawa kue bolu beserta pizza menuju ke ruang keluarga.

"Nah, ini tambahannya," kata Bu Reni sambil meletakkan kue ke atas meja.

"Ini kalo di makan semua. Bisa-bisa engga bisa makan siang lagi, nih," sela Radian.

"Alaah, kayak yang biasanya engga gitu aja. Paling nanti juga Kak Radi yang paling pertama nambah makan," sanggah Delima.

"Enak aja. Kamu tuh yang duluan nambah," sahut Radian tak mau kalah.

"Udah, udah. Kue begini kan cuma buat cemilan. Pasti bentaran juga bakalan lapar lagi," lerai Bu Reni.

Ardan mengambil sepotong pizza dengan topping sosis dan mozarella. Tampak keju mozarella meleleh dan molor saat ditarik. Delima yang melihat itu langsung tergiur untuk memakan pizza juga.

"Kak, aku mau juga," pinta Delima pada Ardan.

Ardan pun memberikan pizza yang diambilnya pada Delima. Lalu, mengambil sepotong lagi untuk dirinya.

"Enak banget, Ma," puji Delima sambil menggoyang-goyangkan badannya.

"Padahal kue bolu udah mau abis seloyang dia sendiri. Sekarang malah nambah pizza lagi," ledek Radian.

"Biarin aja. Buat ngasih gizi ke kandungannya," sahut Bu Reni.

Delima menjulurkan lidahnya meledek Radian. Sebab dia tak bisa melanjutkan ledekan pada Delima karena dibela sang ibu.

"Abisin ya kuenya. Mama mau ke dapur dulu," kata sang ibu.

Ardab mengikuti langkah ibu mertuanya. Dia ingin membantu Bu Reni dalam membuat pisang goreng yang diinginkan Delima.

"Loh, kok kamu ikutan ke dapur? Temenin Delima aja sana," kata Bu Reni.

"Saya mau bantuin Mama aja. Biar pas Delima mau makan pisang goreng yang dicocol sambel, bisa langsung bikinin. Engga perlu nunggu ke sini dulu," sahut Ardan.

"Yaudah kalo gitu."

Bu Reni mengeluarkan pisang dari lemari rak bawah. Segera dia mengupasnya dibantu oleh Ardan. Pisang yang dipilih adalah pisang yang belum terlalu matang. Jadi, rasanya manis tapi teksturnya tidak lembek.

"Tolong, kupasin bawangnya ya, Dan," pinta Bu Reni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!