Pulang Ke Rumah

Delima memakai gelang mutiara pemberian Ardan. Terlihat sangat pas di tangannya yang berkulit kuning langsat.

Ardan tersenyum saat melihat gelang pemberiannya langsung dipakai. Begitu mudah menyenangkan perempuan yang ada di hadapannya kini.

"Sekarang udah jam 10, kita istirahat dulu bentaran. Abis itu nanti kita cari oleh-oleh lagi. Pokoknya jam 3, kita udah siap buat pulang," kata Ardan.

"Oke, Kak."

Delima merebahkan diri ke kasur, dia ingin tidur untuk mengembalikan tenaga yang habis karena bermain tadi. Ardan memilih untuk duduk ke sofa dan menonton tv.

Ardan mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Menghidupkan daya ponsel yang sedari pagi dia matikan.

Beberapa pesan dari kawan dan keluarga mulai berdatangan. Segera, Ardan membalas beberapa pesan.

[Gimana liburannya? Delima engga bikin repot, kan?]

Sebuah pesan yang dikirim oleh Bu Reni tengah dibaca Ardan.

[Liburannya menyenangkan, Ma. Delima aman kok, Ma. Cuma ada sedikit mual muntah karena penciumannya jadi sensitif] balas Ardan.

[Syukur kalo baik-baik aja semuanya. Kapan kalian pulang?]

[Hari ini. Delima udah beli oleh-oleh buat orang rumah. Katanya, Mama suka banget ama cumi kering, jadi dia beliin hampir 2 kg.]

Ardan menyimpan ponselnya ke dalam saku, setelah selesai berbalas pesan dengan ibu mertuanya. Untuk pesan teman-temannya, tak dia pedulikan. Toh, akan bertemu juga nanti di kantor.

Rasa kantuk menghampirinya. Segera dia mematikan televisi. Ardan merebahkan diri di samping Delima yang telah tertidur lelap.

Delima terbangun saat jam menunjukkan pukul 11 siang. Dilihatnya sosok Ardan yang tertidur di sampingnya dibatasi sebuah guling. Segera, Delima bangun dan melangkah menuju kamar mandi.

Tak berapa lama, Ardan pun terbangun dari tidurnya. Dilihatnya, tak ada lagi Delima tidur di sampingnya.

Delima yang baru keluar kamar mandi, terkejut melihat Ardan telah bangun.

"Loh, Kak, udah bangun? Tadi aku berisik banget, ya?" tanya Delima.

"Engga, kok. Aku emang engga biasa tidur siang lama," sahut Ardan sambil mengucek mata.

"Mau keluar sekarang?" tanya Ardan.

"Bentar lagi. Aku mau masukkin kaos dulu ke koper," jawab Delima.

"Kita cari oleh-oleh, sekalian cari makan siang?" lanjut Delima.

"Iya. Jadi pas balik nanti, tinggal beres-beres aja," sahut Ardan. Dia beranjak meninggalkan kasur menuju ke kamar mandi.

Ardan keluar dari kamar mandi setelah mencuci muka. Tampak tetesan air jatuh membasahi baju bagian lehernya.

"Ih, Kak Ardan. Kan ada handuk, kenapa engga dipake sih. Jadi basah kan bajunya," omel Delima seraya menyerahkan handuk kecil.

"Lupa, hehe."

"Yaudah yuk keluar. Aku udah selesai ngemasin semua oleh-oleh," ajak Delima.

***

Dering ponsel berbunyi beberapa kali. Akhirnya, Ardan pun mengangkatnya, setelah bosan mendengar ponselnya terus berbunyi.

"Halo, ada apa?" tanya Ardan saat menjawab telepon.

"Woi, kapan balik kerja? Lama banget liburnya." Suara dari balik ponsel terdengar sampai keluar.

"Senin lusa udah balik kerja. Udah jangan ganggu lagi. Gue masih bulan madu," jawab Ardan.

"Yaelah. Padahal kan—."

Sambungan telepon terputus karena Ardan langsung mematikan ponselnya. Delima yang melihat itu merasa bingung.

"Kenapa dimatiin teleponnya?"

"Engga penting juga pembahasannya. Cuma mau ganggu aja dia tuh," sahut Ardan.

Delima hanya mengangguk mendengar jawaban Ardan. Sepertinya, Ardan tak suka diganggu saat sedang berlibur.

"Ini baru jam 2, tapi semua barang udah selesai dikemas kan?" tanya Ardan.

"Udah, Kak. Kenapa? Mau langsung pulang?"

"Kita langsung check out aja. Barang kita masukin bagasi. Jadi, kita pulangnya engga terlalu buru-buru," ujar Ardan.

"Oke, kalo gitu. Tapi, nanti mampir bentar ke warung tenda, ya. Aku mau bawa pulang masakan si ibu," pinta Delima.

"Oke." Ardan menarik koper dan mengangkat tas yang berisi oleh-oleh.

Setelah menyerahkan kunci ke resepsionis hotel. Ardan dan Delima menuju ke parkiran mobil. Segera Ardan memasukkan barang-barang dan koper ke dalam bagasi.

Sebelum pulang, mereka pun menyempatkan untuk membeli makanan di warung tenda. Lagi-lagi, Delima diberi bonus jamur goreng tepung. Tentunya Delima jadi teramat senang.

Ardan melajukan mobil mereka, suasana siang cukup terik di hari itu. Delima yang merasa kepanasan pun menghidupkan AC mobil.

Hembusan angin yang sejuk, membuat Delima merasa ngantuk. Tak berapa lama, dia pun tertidur dengan lelapnya.

Ardan mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang, tak ingin terlalu cepat, agar tak membangunkan Delima yang tengah tidur pulas.

Setelah melaju cukup lama, akhirnya mobil Ardan sampai di halaman rumahnya. Ardan membuka pintu mobil perlahan, lalu dia membuka kunci rumah.

Dibukanya pintu mobil di sebelah kiri depan, lalu mengangkat tubuh Delima dengan hati-hati. Dia merebahkan Delima ke sofa di ruang tamu.

Sebenarnya, Ardan ingin membawa Delima ke kamarnya sendiri. Tetapi kamar Delima terkunci, dan kuncinya disimpan oleh Delima sendiri.

Ardan pun keluar rumah, dia membuka bagasi mobil. Mengeluarkan koper dan tas yang berisi oleh-oleh. Juga, makanan yang dibeli Delima di warung tenda sederhana saat akan pulang tadi.

Setelah membawa masuk semua barang, segera saja dia memasukkan mobil ke garasi. Saat masuk ke rumah, rupanya Delima telah bangun dari tidurnya.

"Kak Ardan kok engga bangunin aku kalo udah sampai?" tanya Delima.

"Engga tega bangunin kamu. Kamunya keliaran pules banget tidurnya," sahut Ardan sambil tersenyum manis.

"Kalau masih ngantuk, pindah ke kamar gih. Koper sama oleh-oleh nanti aja beresinnya," perintah Ardan.

Delima mengangguk. Dia pun mengambil kunci kamar yang ada di dalam tas. Setelah itu, dia kembali merebahkan diri, melanjutkan tidurnya.

"Bumil yang satu ini, habis liburan jadi lebih sering tidur. Kecapekan apa emang bawaan bayi, ya?" batin Ardan sambil menatap Delima yang tidur di kamarnya.

Ardan pun menutup pintu kamar Delima. Setelah itu, dia menyandarkan badan ke sofa. Beberapa jam mengemudikan mobil, membuat badannya cukup pegal.

"Haduh, badan pegel semua. Kalo ada yang mijitin enak kali, ya?" gumam Ardan.

Dia pun merebahkan diri di sofa. Memejamkan mata sejenak, mengistirahatkan badan yang mulai meminta haknya.

Ting!

Sebuah pesan masuk ke ponsel Ardan.

[Jangan lupa oleh-olehnya, ya, Ar.]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!