The Story Of Luteria

The Story Of Luteria

Kehancuran Luteria

Luteria, negeri yang sangat makmur selama berabad-abad. Wilayah Luteria sangat luas dan bermacam-macam mahluk tinggal di sana. Elf yang anggun dengan kemampuan sihir yang tinggi. Centaurus yang mempu melihat masa depan dengan membaca bintang. Kurcaci, penghasil barang-barang mewah dan kuat. Naga yang sangat menyeramkan dan berbahaya. Semua hidup bersama di Luteria dengan damai. Bahkan raksasa besar pun tak pernah mengacaukan kedamaian tersebut. Segala prestasi yang dicapai Luteria itu merupakan keberhasialan Raja Sion yang secara turun-temurun memerintah dengan sangat bijaksana. Dialah manusia pertama yang mampu menyatukan semua bangsa untuk hidup bersama di wilayah Luteria.

Dan kini, Raja Peter, keturunan Raja Sion, memegang tampuk pemerintahan, menggantikan ayahnya, Raja Beldia. Bersama Ratu Sybilina, Raja Peter memiliki seorang putri bernama Arael. Putri mahkota tersebut diramalkan oleh para centaurus, akan mendapat banyak kesulitan dalam perjalanannya menjadi pemimpin sejati. Tapi, Peter tak pernah benar-benar menghiraukan peringatan para centaurus tersebut. Hingga suatu saat, enam tahun sejak kelahiran putri Arael dan adanya ramalan mengenai dirinya, terjadi suatu peristiwa menggemparkan sepanjang sejarah Luteria dan mengubah segala hal baik di tempat itu.

Saat itu seluruh istana sedang merayakan pesta ulang tahun Arael di aula kerajaan yang megah. Elf, centaurus, driad, bahkan kurcaci kecil turut bersenang-senang di sana. Raja dan Ratu sungguh gembira menyaksiakan pertumbuhan putrinya. Semua makhluk dimabukkan oleh kegembiraan yang berlebih. Karena suasana damai yang terlalu lama, tidak ada satupun yang curiga akan terjadi malapetaka hari itu.

Tiba-tiba dan tanpa diduga ratusan orge menyerang istana. Kepanikan menyebar di antara semua orang di tempat itu. Sihir dilancarkan di mana-mana. Pedang berdesing nyaring, dan panah-panah berhamburan di udara. Teman atau lawan sudah tak bisa lagi dibedakan, kecuali orge yang bentuknya paling mencolok. Sayangnya, tanpa persiapan apa pun, istana dapat dikuasai dengan mudah. Meski begitu, Peter tetap memainkan pedangnya dengan lihai sambil melindungi istri dan anaknya. Sybilina memeluk Arael sambil terus melancarkan sihir kepada setiap orc atau penyihir lain yang mencoba menyerangnya. Casandra, peri pelindung Arael, turut menjaganya dengan melancarkan mantra-mantra mematikan. Elf dan driad bertarung dengan anggun, tapi mulai terdesak oleh kekuatan orge yang luar biasa. Centaurus berderap dengan busur di depan dada mereka. Menerjang semua lawannya dengan gagah. Tapi kekuatan orge, tentu saja, empat kali lipat tenaga manusia biasa dan dua kali lipat tenaga elf ataupun centaurus.

Tiba-tiba, Charles, salah seorang pejabat kerajaan dan merupakan salah satu orang kepercayaan raja, menghunus pedangnya dan mengarahkan ke punggung Peter, yang langsung menghindar hingga tersungkur di lantai.

“Masamu sudah lewat, Peter.” bisiknya licik, dengan mata berkilat-kilat penuh kemenangan. Ujung pedangnya kini mencapai tenggorokan Peter, yang kaget luar biasa melihat pemandangan tersebut.

“Charles?” tanyanya bingung. Tapi kemudian ia mampu menguasai diri.

“Ah, seharusnya sudah bisa kutebak. Tapi mataku buta oleh kepercayaanku padamu.” kata Peter pelan, tersenyum pahit.

“Huh! Seperti semua moyangmu yang terlalu percaya. Ketahuilah, kepercayaan hanya akan menghancurkanmu.” Charles terdiam “Dan sekaranglah kehancuranmu,” lanjutnya sambil menyeringai jahat dan semakin menekan ujung pedangnya di leher Peter.

“Silakan bunuh aku, Charles, dan pembalasan akan terjadi pada keturunanmu. Karena hukum alam ini terus berputar. Kau sama saja menghancurkan keturunanmu,” Peter memandang Charles dengan tatapan dingin. Matanya terarah lurus ke mata Charles, tanpa sedikit pun ada ketakutan.

“Dan... kepercayaanmu pada mitos-mitos kuno jugalah yang menghancurkanmu.” kata Charles hati-hati. “Kini, hadapilah kematianmu.” lanjutnya dengan seriangai mengerikan.

Charles mengayunkan pedangnya dan memenggal kepala Peter hingga terlepas dari badannya semudah mematahkan ranting. Sybilina berteriak ngeri memeluk Arael. Charles mendatanginya dan tanpa ampun menusukkan pedangnya ke punggung Sybilina. Dia pun terkulai lemas, lalu jatuh terpuruk meninggalkan Arael yang menatap Charles dengan tatapan polos. Charles balas menatapnya dan kemudian terdiam sejenak. Tiba-tiba tawanya pecah seakan membelah dinding dan langit-langit aula istana tersebut.

“Anak yang menarik. Ia bahkan tidak menangis melihat orangtuanya dibantai.” Ia lalu menimang pedangnya. “Biar kukurung anak ini di penjara bawah tanah. Akan kulihat sampai mana dia bertahan tanpa merasa tersiksa.” lanjutnya lalu memanggil salah satu pelayan orge-nya untuk membawa Arael ke penjara bawah tanah.

Melihat Raja dan Ratunya sudah gugur, pasukan istana pun terpecah belah. Semua berusaha melarikan diri dan sedikit yang tetap berjuang. Di antara itu adalah elf dan centaurus yang setia. Tapi mereka tetap mati di tangan orge yang kejam. Casandra, ibu peri Arael, mengubah dirinya sediri menjadi kucing lalu berlari menjauhi medan perang. Ia berusaha mencari Arael, entah hidup atau mati. Tapi karena tidak menemukan apa pun yang menyerupai Arael, dia melenggang pergi dengan duka yang tak tertahan. Ramalan itu benar. Dan sekarang kejatuhan Luteria sudah di depan mata. Dia tahu, semua makhluk tahu, Luteria tak akan menjadi seindah dulu.

***

Arael berjalan terseret-seret mengikuti orge yang mencengkeram lengannya dengan kasar. Setelah sampai di penjara bawah tanah, orge tersebut mendorong Arael kecil dengan keras hingga lututnya sakit menahan berat tubuh yang ditimpakan tiba-tiba. Orge itu kemudian berjalan memunggungi Arael lalu menutup pintu dan mengunci Arael sendirian di dalam. Masih tanpa emosi, Arael membenahi cara duduknya, lalu meringkuk di pojok ruangan yang tak ada isinya itu. Bau lumut menyebar di mana-mana, dan sepanjang mata memandang hanya terlihat batu, tanpa ada perabot lain. Ruangan persegi itu mungkin hanya selebar dua meter dan semua bagiannya terbuat dari batu. Sebuah jendela kecil bertengger di salah satu dinding yang tingginya hampir dua meter itu. Kecoa berjalan kesana-kemari di ujung ruangan yang lain. Arael memandangnya dengan tatapan tajam. Tatapan seorang anak berusia 6 tahun yang orang tuanya baru saja dibunuh di depan matanya.

Tiba-tiba terdengar bunyi klik dari arah pintu, dan pintu itupun menjeblak terbuka. Mata Arael mengikuti arah datangnya suara. Tertangkap olehnya sosok Charles yang tersenyum puas memandangnya. Dibelakangnya tampak orge bermuka jelek yang tadi menyeretnya ke tempat itu. Orge itu juga menyeringai memamerkan gigi-giginya yang kuning dan mencuat kesana-kemari tidak rata. Dari tubuh orge itu mengoarkan bau busuk seperti kaus kaki dan telur busuk. Tapi bagi Arael kecil, ia tidak tahu bau itu berasal dari tubuh orge atau tubuh Charles.

“Wah, wah... putri kecil kita tampaknya merasa sangat nyaman duduk di tempat ini. Selamat menikmati kenyamanan ini, Putri. Kuharap kau betah di sini, karena kau tidak akan pernah melihat matahari setelah ini. Bahkan dalam mimpi pun tidak.” ejek Charles dengan seringai jahatnya.

Charles mulai tertawa-tawa dan berbalik pergi meninggalkan Arael. Orge jelek tadi menyeringai sekilas, lalu menutup pintu dan menguncinya kembali. Kepergian orge tadi meninggalkan bau busuk luar biasa di ruangangan sempit dan pengap itu. Arael menatap mereka, masih dengan pandangan yang sama. Tdak ada yang tahu apa yang dipikirkan anak sekecil itu setelah melihat pembantaian besar-besaran di depan matanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!