Kos Keramat

Kos Keramat

Bab1

Semua berawal dari kejadian mistis dan mimpi buruk yang menghampiri seorang pria pekerja retail minimarket yang berada di Kota Medan—Sagam Prayuda, lelaki muda berparas tampan berusia 24 tahun.

Setelah tinggal beberapa bulan di sebuah rumah yang beralih menjadi kost-kostan, Sagam selalu dihantui oleh mimpi buruk. sebelum mimpi buruk masuk ke dunia alam bawah sadar, Sagam mengalami kejadian mistis yang aneh.

Sore itu ...

Tepat saat adzan maghrib berkumandang, Sagam baru saja tiba di rumah yang sudah mereka alihkan menjadi kost-kostan.

Awalnya, Sagam bersama tiga sahabatnya, mengontrak sebuah rumah berisi tiga kamar, dilengkapi dengan dua kamar mandi.

Memiliki teras rumah, serta sebuah kolam ikan kecil yang sudah tak terisi air bahkan ditutup dengan rapat dan terlihat tangga kecil di dalam kolam tersebut. Sagam yang memiliki otak bisnis, memiliki ide cemerlang.

Uang sewa rumah untuk satu tahun, telah ia bayarkan bersama teman-temannya pada sang pemilik rumah. Berselang satu minggu, karena rumah berada di sekitar kampus ternama di kota itu, Sagam mengusulkan agar teman-temannya mau memberikan dua kamar untuk mahasiswa dan mahasiswi yang ingin megekost dengan harga murah.

Jiwa bisnis kedua temannya merekah, kedua sahabatnya itupun menyetujui untuk menyewakan dua kamar lain yang tak dipakai oleh mereka bertiga.

"Bro, kita sewakan saja kamar ini. Minta mereka bayar semampunya, uang hasil sewa kamar bisa kita bagi rata lagi, sesuai uang yang kita keluarkan saat menyewa rumah ini," usul Sagam, saat menongkrong di teras rumah.

"Ide bagus tuh! Kabarin kepada temanmu dari mulut ke mulut, jangan membuat pengumuman di rumah ini! Nanti pemilik rumah jadi tahu kalau digunakan sebagai kost-kostan," ujar Manji—sahabat Sagam.

"Aman! Aku punya teman, mahasiswa di kampus depan. Pasti banyak teman-temannya yang akan ikut jika dikasih harga murah!" jelas Sagam, tertawa kegirangan.

"Iya, lumayan loh, kita jadi nggak keluar duit. Uang itu pasti kembali ke kantong kita, jika banyak yang mau!" tambah Pradityo—sahabat Sagam yang satunya.

"Yaudah, besok bakal aku kasih tahu ke temanku!" ujar Sagam, seraya menyesap sepuntung rokok.

****

Berselang satu minggu, Sagam berhasil membawa tujuh orang yang akan mengisi dua kamar lainnya. Diantaranya, empat perempuan akan mengisi satu kamar, dan tiga laki-laki mengisi kamar lainnya.

Dari ketujuh mahasiswa itu, uang Sagam dan kedua sahabatnya benar-benar kembali. Bahkan, mereka jadi tidak mengeluarkan uang sepersen pun untuk biaya sewa satu kamar yang digunakan untuk bertiga.

Selama beberapa bulan menghuni rumah yang sudah beralih menjadi kost-kostan itu, semua terjadi biasa saja. Keramaian di dalam kost tak kunjung hilang.

Hingga pada waktunya, liburan semester tiba, seluruh mahasiswa pulang ke rumah masing-masing selama 12 hari. Tinggal Sagam dan dua sahabatnya yang kebetulan adalah seorang pekerja, sehingga tidak ada libur bagi mereka, tetap bekerja seperti biasanya meski penghuni kost sudah bepergian.

Sore itu, Sagam baru saja pulang bekerja. Sementara dua teman lainnya, dikabarkan baru saja berangkat karena harus masuk shift malam.

Rasa lelah menggeluti tubuh, ingin rasanya cepat-cepat tiba di rumah. Di perjalanan, ia masih biasa saja, bahkan sempat mampir ke sebuah warung nasi untuk membeli makan malam.

Saat di rumah tiba, tepat sekali adzan maghrib berkumandang. Sagam buru-buru memasukman motor ke dalam rumah lantaran rumah sepi tak berpenghuni. Ia tak ingin motor itu dicuri oleh maling karena dirinya ingin segera tidur untuk menghilangkan rasa penat dan lelah.

Saat memasukkan motor ke ruang tamu, hal aneh pun terjadi. Hal yang dianggapnya mistis dan sedikit membuat bulunya meremang. Sagam hendak memarkirkan motor, menurunkan standar motor ke lantai yang masih beralaskan lantai dari semen.

Tiba-tiba, motornya hampir terjatuh saat standar membobol lantai semen tersebut. Saat itu, pikiran Sagam masih positif, ia berpikiran mungkin lantai itu sudah rapuh lantaran usia rumah yang sudah tua.

Lalu, Sagam memajukan motor, menempatkan standar di depan lantai yang sudah hancur. Lagi-lagi, saat standar diturunkan, motor itupun hampir terjatuh, terdengar suara lantai yang pecah, seketika bulu kuduk Sagam meremang.

Ia mengedarkan pandangan, menatap sekeliling ruang tamu. Tidak ada siapapun, hanya kesunyian yang merayap di udara. Akhirnya, Sagam memutar motornya, menghadap pintu utama. Sedikit jauh dari tempat saat dua kali memarkirkan motor tadi.

Dengan hati-hati, ia menurunkan standar motor. Dan kali ini, ia berhasil memarkirkan motor tanpa adanya semen yang pecah karena sanggahan berat motor itu.

Karena merasa tubuh lelah, tanpa mandi, Sagam pun bergegas tidur di ruang tamu untuk memastikan motornya tidak hilang, sebab hanya ia sendiri yang baru pulang ke rumah.

Setelah menyantap makanan yang ia beli, lalu bergegas mengganti seragam karyawan retail minimarket, dengan pakaian rumahan. Kemudian, merebahkan diri di atas karpet yang dibentangkan di ruang tamu.

Sebenarnya, ia masih sibuk bermain ponsel, berseluncur si media sosialnya. Entah mengapa, ia merasakan kantuk yang luar biasa, dan tertidur saat memasuki waktu maghrib.

Alhasil, dalam sekejap ia memejamkan mata. Anehnya, Sagam tertidur bablas hingga dini hari, yang menerjunkan dirinya memasuki dunia mimpi hingga membuatnya tercengang.

Dalam mimpi tersebut, Sagam mengira ia sudah terbangun dari tidur panjang. Bahkan, melihat jam di dinding, menunjukkan jam 5 pagi.

Saat itu, Sagam melihat dua kakak kost perempuan yang sedang asik memasak mie instant di dapur. Dirinya memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya tentang kegiatan pagi itu.

"Kak, lagi ngapain?" tanya Sagam, menatap kedua kakak kost secara bergantian.

Dari kedua perempuan itu tidak ada yang menjawab tapi keduanya menoleh dan menatap tajam. Padahal, satu kakak kost itu orangnya terkenal bersifat ceria dan heboh. Namun, anehnya saat ditanya malah terdiam.

Tak berselang lama, Sagam mendengar suara tetesan air dari satu kamar mandi. Sementara, kamar mandi lainnya terdengar seperti ada suara orang yang sedang mandi.

Jebyar Jebyur ...

Sagam mencoba membuka satu pintu kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. Ia merasa lega setelah melihat keran yang menyala. Namun, dari kamar mandi satunya, masih terdengar suara khas orang mandi.

Lalu, Sagam pun menanyakan kepada dua orang kakak kost yang masih memasak. "Siapa yang mandi, kak?"

Kedua wanita itu hanya menatap tajam tanpa menjawab sepatah kata pun. Lalu, Sagam bernisiatif mengetok pintu kamar mandi. Tak ada sahutan dari dalam meski suara jeburan air terus saja terdengar.

Dengan rasa takut yang menyelimuti, dia mencoba mendobrak kamar mandi tersebut. Anehnya, tidak ada siapapun di dalam, sama seperti di kamar mandi sebelumnya, hanya keran air yang menyala, lalu ia mematikan air dan mengambil handuk yang menggantung di kamar mandi.

Dalam mimpi tersebut, Sagam tersadar, bawah dirinya terjebak dalam sebuah mimpi. Dengan keadaan setengah sadar, ia membenarkan posisi tidur yang sudah sempat berguling sehingga posisinya tidak seperti saat pertama tertidur.

Namun, dirinya mencoba mengembalikan keposisi awal, kaki dan kepala di tempatkan di tumpuan yang sama seperti situasi sebelumnya. Lalu, dirinya memejamkan mata dengan batin yang berbicara meronta-ronta meminta terbangun.

"Bangunlah ... bangun! Ini hanya mimpi!" batin Sagam, dan ternyata akhirnya ia terbangun dari mimpi buruk.

Terpopuler

Comments

Lia

Lia

ikut merinding

2023-05-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!