Sagam pun menghempaskan baju-baju ke atas ranjang dengan kesal tapi seperti ada seseorang yang tengah menoel pundak berkali-kali.
"Ih ... siapa lagi sih!" timpal Sagam, seraya menoleh ke belakang tapi tidak ada siapapun karena ruangan kamar itu sangat kecil dan hanya ruangan yang terisi perabotan-perabotan kecil yang mereka gunakan untuk sehari-hari.
Sagam menghempaskan tubuh di atas ranjang, menatap langit-langit kamar, ia mulai memejamkan mata karena sudah lelah, dari tadi banyak sekali kejadian aneh yang menimpa dirinya.
"Please, ini kos-kosan baru loh tapi banyak saja yang masih menggangguku. Ada apa lagi sih sebenarnya di dalam kos-kosan ini," batin Sagam seraya dengan mata tertutup rapat.
Sagam kembali mengingat kejadian saat menempati kosannya yang pertama kali dan di sana ada tragedi mengerikan yakni seorang anak yang dipasung hingga meninggal karena kedua orang tuanya lalai dan melupakan anak itu, hanya demi untuk berlibur bersama istri dan anaknya yang lain.
"Aku harap kosan yang kedua ini tidaklah kos-kosan keramat seperti kosanku yang pertama. Ih ... mengingatnya saja sangat mengerikan!" lirih Sagam.
Usai meracau sendiri, Sagam akhirnya tertidur pulas. Semakin larut dalam tidurnya. Satu hingga dua jam, ia masih merasa tenang dan tidur dengan nyaman tapu setelah semakin malam, Sagam semakin merasakan keanehan.
Tubuhnya berkeringat, ia berkali-kali mengigau. "Jangan-jangan," rintih Sagam, dengan kepala yang bergeleng-geleng meski ia masih dalam keadaan tidur.
Dan ternyata, ia tengah bermimpi aneh. Seperti melihat sesosok orang yang terbungkus dengan kain putih dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Kain putih itu melilit di tubuhnya. Hanya wajahnya yang terlihat bahkan hidungnya tertutup dengan kapas.
Sesosok itu melotot menatap Sagam dari kejauhan. Sagam yang berdiri entah di mana, seperti di antah berantah, hanya terdiam kaku menatap sosok orang tersebut.
Saat keduanya saling menatap, lalu tiba-tiba saja tali yang berada di pucuk kepala terlepas begitu saja sehingga kainnya pun melonggar dan kepalanya mulai nongol dan terlihat jelas hingga rambutnya pun menyeruak keluar.
"Hantu apalagi sih ini, aku belum pernah melihatnya!" ucap Sagam seraya merutukki orang yang berada di depannya.
Berdasarkan pengamatan Sagam, kalau sesosok hantu itu adalah orang yang sering diceritakan oleh teman-teman yang berbeda agama dengannya. Sagam sendiri tidak pernah menyaksikan orang yang ditutup dengan kain putih yang disebut sebagai kain kafan. Apalagi dengan bagian kepala yang terikat.
Namun, Sagam melihat melihat sosok yang berada di depannya saat ini, sebagai model-mode dalam film horor untuk menakuti orang-orang. Bahkan, dia juga mengingat cerita teman-temannya, yang kerap menyatakan kalau sosok hantu seperti itu disebut sebagai pocong.
Di dalam mimpi, Sagam mulai mengedarkan pandangan, menatap sekitarnya yang seperti sebuah lapangan yang gelap dan hanya ada rerumputan. Lalu, ia melihat pocong itu dengan tajam bahkan ingin mempermainkannya.
Denfan rasa takut akhirnya Sagam lagi-lagi memberanikan diri untuk menghampiri pocong yang berdiam diri dengan jarak yang lumayan jauh dari posisinya.
"Aku nggak takut sama kamu!" celetuk Sagam, sekaligus menantang sosok hantu itu.
Pocong itu melompat ke kanan dan ke kiri sehingga bola mata pria itu bergerak mengikuti lompatannya. Tak hanya itu, kepalanya juga ikut memutar ke kanan dan ke kiri tapi sepertinya ia sengaja sedang diledeki oleh hantu itu.
"Diam kamu di situ, jangan berani bergerak lagi," bentak Sagam, kali ini Sagam yang mendekati dengan berlari ke arah pocong itu.
Anehnya, Sagam kali ini tak merasa takut karena wajah pocong itu tidak seseram yang ia bayangkan. Hanya berwarna putih pucat saja. Aneh tapi nyata, pocong itu pun menuruti perintah Sagam. Dia diam, tak lagi melompat-lompat, lalu ia hanya melirik Sagam yang semakin mendekat padanya.
Seolah-olah tahu isi hati pocong, Sagam menghampiri sang hantu. Kini, mereka berhadapan dan saling tatap muka. Dengan polosnya, Sagam membuang dua kapas yang berada di lubang hidung sang pocong. Kemudian, dia mengikatkan tali di kepala pocong itu dengan simpul yang asal-asalan, hanya mengikuti keinginan batinnya saja.
"Anak baik!" kata Sagam seraya mengelus pucuk kepala sang pocong.
Untung saja, tinggi mereka tidak terlalu berbeda bahkan Sagam lebih tinggi dari pocong tersebut. Padahal mereka sama-sama seorang laki-laki.
Di dalam mimpi, Sagam tertawa-tawa sendiri. Merasa kekeh karena ia sadar kalau saat itu tengah bermimpi. Apalagi, sang pocong sangat penurut, semua apa yang dikatakan oleh Sagam, dia lakukan.
"Aku tahu, sepertinya kamu ingin kepala tali pocongmu diikat kembali, agar tidak terlepas seperti saat ini," beber Sagam, dengan datar.
Anehnya, sang pocong pun menggangguk, sepertinya dia mengerti apa yang dikatakan oleh pria itu. Lalu, Sagam terkekeh geli sendiri karena merasa semakin bingung apakah mimpinya hanya sekedar lelucon belaka.
Sagam menyadari, ia telah masuk ke dunia mimpi. Tapi baru kali ini, Sagam menemukan sosok hantu sangat penurut padanya. "Sudah pergi sana, jangan ganggu aku lagi, Ya!"
Sagam mengusir sang hantu meskipun mulut sang hantu tergagu tak bisa mengeluarkan suara tetapi dia seakan ingin mengatakan sesuatu pada Sagam tetapi berujung tidak jadi.
Ajaibnya, sang pocong menghilang begitu saja, menuruti keinginan Sagam. Saat awal mulai masuk ke dalam dunia mimpi, Sagam memang sempat merintih karena ia hampir tertindih oleh hantu pocong itu saat berpindah tempat dari kamar menjadi sebuah lapangan.
Hantu pocong itu ternyata sudah pergi dan tak lagi memperlihatkan sosoknya kepada Sagam hingga akhirnya Sagam membelalakkan matanya tepat pada pukul 12 malam.
"Huh, kenapa tubuhku berkeringat sekali!" ucap Sagam tapi ia malah terkekeh geli saat mengingat kembali mimpi yang sempat mendera di bawah alam sadarnya.
"Mimpi apa aku tadi, kayaknya lucu deh," jelas Sagam dalam batin.
Kemudian, Sagam meneguk segrlas air mineral, lalu dia segera mendudukkan tubuhnya di atas ranjang. "Oh, iya, aku tadi mimpi pocong tapi kok ane dia nurut sekali," kekeh Sagam, tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya
"Mungkin pocong itu orang yang penurut dulunya waktu masih hidup di dunia ini," tambah Sagam dalam racauannya, ia sengaja bercanda pada diri sendiri agar suasana tidak semakin menegang.
Sagam dengan malas melirik jam yang menempel di dinding, ia akhirnya sadar kalau terbangun tempat jam 12 malam.
"Oalaah, kok aku bisa kebangun jam 12 malam. Udah seharian mengalami kejadian horor, sekarang malah kebangun tepat saat jam malam!" keluh Sagam.
"Ck, ternyata jam 12 malam, apa mungkin tadi itu pertanda akan terjadi sesuatu? Memang lucu sih mimpinya tapi aneh aja," berang Sagam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments