bab7

Sagam duduk menyendiri di teras kos-kosan, sibuk tengah menyesap rokok serta fokus untuk menegak kopi. Namun, dirinya tiba-tiba mendapat gangguan, gelas yang tadi diam dan tak tersentuh tiba-tiba bergerak sendiri.

Padahal, Sagam tak menyentuh sama sekali. Lalu, saat ingin meraih gelas itu, malah gelasnya mundur dan menjauh, membuat Sagam kebingungan sendiri.

Sontak, tubuhnya bergidik ngeri lantaran melihat gelas yang bergerak sendiri seakan menjauhinya sepertinya ada seseorang yang tengah mempermainkannya. Kali ini, ia mencoba menghiraukan gelas dan kembali menyesap rokok.

Kemudian, Sagam juga menatap halaman kosan karena saat ini, dirinya sedang menongkrong di depan kos. Meski sudah sore, entah memgapa kosan sangat sepi karena semua penghuni memang sedang sibuk bekerja termasuk kedua temannya yang berada di dalam suatu kost bersama.

Para pemilik kos tidak ada di rumah, padahal biasanya selalu ada orang yang menunggu kos-kosan bahkan pemilik kos yang menjaga kosan tersebut tidak ada di tempat.

Oleh karena itu, hari ini Sagam benar-benar seorang diri. Usai menyesap rokok hingga tersisa puntungnya, Sagam membuang puntung itu secara sembarangan di depan halaman rumah.

Namun tiba-tiba seperti ada suara jeritan yang terdengar oleh gendang telinga Sagam. Ia mennoleh ke belakang tapi tak ada orang, lalu menatap jalanan yang sunyi.

Setelah memastikan tak ada satupun orang yang berada di sana, bulu kuduknya seketika meremang. Ia kembali melirik sekitarnya, hanya terlihat djalanan yang sepi dan tidak ada orang yang melintas satupun.

Setelah hampir menjelang magrib, Sagam akhirnya memilih untuk kembali ke kamar dan menghiraukan jeritan yang tadi sempat terdengar olehnya. Ia membawa gelas dengan kopi yang telah habis, berjalan menuju dapur dan mencuci gelas di sana. Di kost-kostan itu memang disediakan dapur bersama yang bisa digunakan bersama seluruh penghuni kos-kosan untuk memasak atau sekedar menyeduh minuman.

Saat ia sibuk mencuci sebuah gelas, terlintas seperti ada seseorang yang berlari menyelinap tapi yang terasa hanya terpaan angin saja. Lagi-lagi, tubuh Sagam bergidik ngeri lantaran saat menoleh ke belakang tidak ada satupun orang di sana.

Padahal sudah hampir memasuki malam hari tapi tak ada satupun penghuni yang pulamg ke kos-kosan itu.

"Sial," umpat Sagam.

"Keluar kau!" tantang Sagam karena merasa terusik sejak dari tadi seseorang seperti sengaja mengganggunya.

Tetapi, ia yakin kala yang mengganggu itu bukanlah manusia seperti dirinya, melainkan makhluk halus yang sengaja ingin berada di didekatnya. Racauan Sagam ternyata tak digubris.

*hening

Ruangan itu seolah-olah sangat senyap dan sepi, tak ada lagi gangguan yang mulai dirasakan oleh Sagam. Setelah mencuci sebuah gelas itu, Sagam kembali ke kamar.

Tapi sebelum masuk ke dalam kamar, ia mendengar gemericik air dari dalam kamar mandi. Tempat pemandian itu biasanya digunakan bersama-sama oleh seluruh para penghuni kos-kosan.

Kosan kedua yang ditempati oleh Sagam memang luas, memiliki kamar dengan jumlah hingga 40 kamar. Sedangkan kamar mandi yang tersedia hanyalah 5 saja, sehingga banyak penghuni dyang berebutan untuk mandi lebih dulu terutama kala di pagi hari.

Sebanyak 5 kamar mandi itu berderet tapi hanya satu kamar mandi yang terdengar gemericik air seolah-olah seperti ada yang tengah mandi. Padahal tadi saat Sagam melintas menuju dapur, tak ada sedikitpun suara air yang menetes.

Karena mulai takut, ia tak mau mengecek hingga ke dalam kamar mandi. Sagam malah segera berlari dan masuk ke dalam kamar, ia takut bahwa sosok makhluk halus yang sengaja menakut-nakutinya malah muncul di hadapannya.

Dengan nafas yang terenggal-enggal, akhirnya Sagam duduk menenangkan diri di tepi ranjang. Ranjang yang mereka gunakan memang sengaja menempel ke lantai agar tidak memakan ruang berlebih.

Sagam hanya duduk seolah-olah melamun seorang diri. Saat mulai larut dalam pikirannya, tiba-tiba ia mendengar seperti ada tarikan dan dorongan sebuah pintu hingga berkali-kali.

Sagam hanya menoleh menatap daun pintu kamarnya dengan sengit. Ia mencoba menenangkan diri dan memastikan lagi bahwa memang yang didengarnya adaag suara dorongan pintu.

Ia berjalan ke depan daun pintu kamar, menempelkan telinga pada pintu itu, memastikan kalau pendengarannya memang tidak salah. Dan benar saja, seperti ada dorongan pintu yang semakin terdengar dengan keras.

Dorongan pintu itu bahkan tidak terhenti, seperti ada yang sengaja mendorongnya bolak-balik hingga berkali-kali. Dengan telinga yang masih menempel di depan pintu, Sagam mulai merasa ketakutan, hingga ia menyilangkan tangannya dan mengusap kedua lengannya sendiri.

"Ihhh!" erang Sagam, kemudian berlari dan ia kembali duduk di atas ranjang.

Tubuhnya mulai bergidik ngeri, apalagi saat ini sudah memasuki waktu magrib, di mana waktu yang paling menakutkan sedang ia rasakan.

Yang Sagam tahu, bagi mereka kaum muslimin menganggap bahwa maghrib itu waktu yang sepat bagi para jin dan makhluk halus yang berkeliaran. Itulah yang sering diracaukan teman-teman Sagam yang berbeda agama dengannya.

Sagam mulai merebahkan diri di atas ranjang, menatap langit-langit kamar dan menghiraukan suara dorongan pintu yang tak henti-henti.

Meski dalam batin, ia juga berharap bahwa seseorang harusnya sudah kembali ke dalam ke kos-kosan. Sepertinya tidak mungkin dengan jumlah 40 kamar tapi tidak ada satupun penghuni kos yang pulang setelah memasuki malam hari.

"Aneh, jam segini kok nggak ada satupun penghuni kos yang pulang. Bukannya aku takut sih tapi kayak ngeri aja gitu," gerutu Sagam dengan lirih, berbicara seorang diri.

Drrt ... drt ...

Suara Getaran ponsel membuyarkan lamunannya, Sagam yang tengah larut menggerutu tentang para penghuni kos yang tak kunjung pulang, kini benar-benar tersadar saat ada panggilan masuk.

Ia meraih ponsel itu untuk menjawab sambungan telepon yang menghubunginya. Ternyata salah satu teman kosnya—Pradityo baru saja menghubungi.

"Gam, kamu ada di mana?" tanya Pradityo tanpa basa-basi.

"Aku udah di kos kok, ada apa?" balas Sagam.

"Sorry, aku tadi lupa mengangkat jemuranku di belakang kos-kosan, tolong bantu angkatkan," pinta Pradityo.

"Hah ... gila, sudah malam-malam gini, kamu suruh aku untuk mengangkat jemuranmu?Kamu tahu sendiri di belakang kos-kosan itu ada sebuah sungai yang sangat menyeramkan. Apalagi saat-saat malam gini lebih mengerikan lagi. Arghh!" papar Sagam memberikan penolakan pada sahabatnya.

"Tolonglah, bantu aku karena tadi lupa untuk mengangkat jemuranku, sebelum berangkat kerja padahal tadi siang sangat terik sekali dan semua pakaianku pasti sudah kering," balas Pradityo dengan suara sedikit bergetar agar sahabatnya luluh.

"Nggak-nggak aku nggak berani kalau harus mengangkat jemuranmu di belakang sana, dari tadi aku sudah merasakan keanehan di dalam kos-kosan ini!" kilah Sagam.

"Mana mungkin ada yang aneh di kos-kosan itu, orang penghuninya juga banyak, ada 40 kamar dan semuanya biasa saja tuh," sergah Pradityo.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!