Bu Dewi menyiram air yang berisi kumpulan bunga kantil, melati, dan mawar merah. Mengguyurnya ke kepala Manji dengan perlahan-lahan. Lalu, ia mengelap seluruh kepala Manji yang basah. Bahkan, Manji hanya terdiam, tak ada perlawanan, meski matanya menatap datar wanita tua itu.
Bu Dewi kembali berkomunikasi dengan roh yang merasuki tubuh Sagam, kali ini ia mengatakan penuh lemah lembut dan menanyakan apa kemauan roh tersebut.
"Apa sebenarnya maumu?"
"Bantu aku bertemu pria itu, aku akan meninggalkan tubuh ini, kembali lagi ke jasadku."
"Lalu, kalau kau sudah bertemu dengannya, apa yang akan kau lakukan?" tanya Bu Dewi.
"Aku ingin mendapatkan permintaan maaf darinya secara tulus."
Kemudian, Bu Dewi menatap Manji dengan penasaran. Ia pun melontarkan pertanyaan apa sebenarnya yang terjadi para perempuan itu. "Apa yang terjadi padamu sehingga kau bisa berakhir di dinding kos-kosan itu?"
"Aku bunuh diri di kosan, dia lah yang menguburku di dinding tersebut."
"Kenapa kau bunuh diri?"
"Aku pernah dilecehkan olehnya hingga berkali-kali, karena aku takut mendapat pandangan buruk dari orang-orang, hingga akhirnya aku mengakhiri hidupku. Apalagi aku sudah tidak memiliki orang tua yang berada di sisiku."
"Lalu apalagi keinginanmu? Tapi kau berjanji harus meninggalkan tubuh ini, biarkan dia hidup dengan bebas," sergah Bu Dewi.
"Aku hanya ingin jasadku dikuburkan dengan tenang di tempat yang layak agar ada orang-orang mendoakanku. Aku benar-benar ingin memiliki kehidupan kedua yang sangat tenang!" papar Manji.
"Baiklah, kalau itu keinginanmu, kami akan membawakanmu pada pria itu!" sosor Bu Dewi.
Bu Dewi memberikan kabar pada Pak RT, bahwa mereka harus segera membawakan tubuh Manji ke kantor Polisi untuk menemui pemilik kos. Untung saja, pagi ini mereka sudah mendengar bahwa pemilik kos adalah dalang dari penguburan jasad mayat wanita itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, Pak RT langsung memboyong seluruh pihak yang ada di sana untuk membantu mengamankan Manji, termasuk Bu Dewi juga ikut membawakan Manji ke kantor polisi. Lalu, meminta izin pada pihak kepolisian agar diperbolehkan menemui pemilik kos.
"Pak, tolong bantu kami, kasihan anak ini sudah dirasuki sejak semalam. Keinginannya hanya satu yaitu bertemu dengan pemilik kos," ucap Bu Dewi sebagai sesepuh di sana yang bersuara agar disetujui oleh pihak Kepolisian.
"Baiklah, kalau itu keinginan ibu, kami juga ingin membantu anak ini agar bisa terbebas dari roh halus yang merasukinya walaupun sebenarnya kami tidak percaya bahwa keadaan tersebut benar-benar terjadi," sahut Polisi.
"Percayalah, makhluk lain itu memang ada di dunia ini. Tidak hanya terdiri dari manusia saja tetapi kita didampingi oleh makhluk lain seperti mereka," ungkap Bu Dewi dengan nada lembut.
Polisi itu hanya mengangguk, tak ingin berdebat dengan seorang perempuan itu. Kemudian, polisi membawakan pelaku di sebuah ruangan tertutup yang tadinya digunakan untuk menginterogasi pemilik kos.
Sebelum melakukan pertemuan, Pak RT juga berpesan bahwa tidak perlu ada seorang pengacara yang mendampingi karena ini hanyalah pertemuan biasa untuk mempertemukan pemilik kos dengan roh wanita yang gentayangan.
"Pak, bilang sama pengacaranya tidak perlu ikut jadi kami hanya perlu ketemu sama pemilik kos saja," tutur Pak RT.
"Pak pengacaranya tidak ikut kok. Silakan masuk saja ke dalam untuk orang-orang yang berkepentingan saja," jelas polisi agar di dalam ruangan itu tidak terlalu ramai.
Yang diperbolehkan masuk ke sana adalah Bu Dewi, Pak RT, Sagam dan Manji. Pak RT dan Sagam sengaja memegangi tubuh Manji agar tidak memberontak saat bertemu dengan pemilik kos.
Tak berselang lama, Pak RT dan Sagam memegang kedua tangan Manji dengan erat. Meski tangan Manji tetap diikat ke belakang, netranya langsung menangkap seseorang pria yang sedang duduk di kursi yang langsung menoleh saat kedatangannya ke ruangan itu.
Seketika, pemilik kos kebingungan sebenarnya apa yang terjadi, mengapa ia dihadapkan oleh orang-orang yang merupakan dua diantaranya adalah anak kos. Sementara dua lainnya adalah warga sekitar di kos-kosan itu.
"Ada apa ini, pak RT?" celetuk Pemilik Kos, seraya mengedarkan pandangan menatap keanehan yang terjadi saat itu.
"Ada yang ingin bertemu dengan Bapak," jawab Pak RT dengan lugas.
Pak RT dan Sagam menghadapkan Manji ke depan wajah pemilik kos. Abram nama pemilik kos itu, memang sangat akrab dulunya dengan jasad wanita yang ditemukan di sebuah kamar kos-kosan miliknya.
Tapi, Abram sengaja mendekati wanita itu karena memiliki niat lain, tak lain adalah untuk memuaskan hawa nafsunya. Pertama-tama, Abram merasa sok akrab hingga akhirnya melakukan pelecehan pada masa wanita itu.
"Dia kenapa mau menemui saya?" tanya Abram saat menatap Manji yang melihat dengan tatapan kosong.
"Ya, dia ingin bertemu dengan Bapak. Bicaralah padanya," jawab Pak RT.
kemudian, ia mendudukkan tubuh Manji berhadapan dengan Abram. Sementara, Sagam memegangi dari belakang agar sahabatnya tidak berbuat yang aneh-aneh.
Sagam dan Pak RT berada di belakang memegang erat tangan Manji.
"Kamu Manji, kan? Penghuni kosan saya," tanya pemilik kos, karena ia sering melihat wajah Manji kerap bersama Sagam.
"Bukan, saya Citra, perempuan yang kamu kubur di dalam dinding kosan," imbuh Manji, dengan lirih, menatap tajam pada Abram, lalu menirukan suara perempuan.
Meski suaranya pelan tapi entah mengapa terdengar jelas di telinga Abram. "Citra?" Abram kembali mengingat-ingat nama siapa gerangan yang disebutkan oleh Manji.
Ia sejenak sempat melupakan nama itu tapi setelah mengingat kasus yang menimpanya saat ini, satu nama itu terlintas dipikirannya yakni nama jasad wanita yang dikuburnya di dalam dinding.
"Iya, saya Citra, perempuan yang kamu lecehkan berkali-kali hingga akhirnya memilih untuk bunuh diri."
"Lantas apa maumu? Sekarang bukannya jasadmu sudah ditemukan? Saya juga sudah berada di dalam jeruji tahanan, menjadi seorang tersangka akibat ulahmu, padahal saya tidak membunuhmu!" beber Abram dengan kesal.
"Memang kamu tidak membunuh saya tetapi kamu lah penyebab saya bunuh diri. Gara-gara kamu yang melecehkan saya berkali-kali, saya akhirnya memilih untuk mengakhiri hidup ini. Kelakuanmu sangatlah buruk karena bukannya menguburkan saya di tempat yang layak! Malah mengubur saya di dinding kos-kosan," erang Manji panjang lebar, menirukan suara khas perempuan.
Tubuh Abram bergidik ngeri setelah mendengar kata-kata yang terucap dari mulut Manji sebagai seorang laki-laki tetapi terdengar jelas kata-kata yang terucap seperti dari mulut suara seorang perempuan.
"Jadi apa maumu hingga mendatangiku ke tempat ini?" seloroh Abram, merasa takut tapi akhirnya ia beranikan diri untuk bertanya dan berkomunikasi langsung dengan seorang perempuan yang bernama Citra tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments