Sagam tidak langsung memasukkan roh ke dalam tubuhnya agar jiwanya kembali bersatu. Roh itu malah keluar dari tubuh, mengecek seluruh situasi kos-kosan yang masih sepi dengan suara hening.
Ia menyusuri setiap ruangan, mengecek kamar tidur dan kamar mandi. Bahkan, ia juga mengecek cermin tempat persembuyian seorang tuyul yang menghilang untuk memastikan keberadaan tuyul tersebut.
Namun, tuyul itu benar-benar menghilang, tak keluar lagi dari dalam cermin. Setelah memastikan kondisi rumah aman, Sagam mencoba memasukkan lagi roh ke dalam tubuhnya.
Berkali-kali ia mencoba memasukkan roh itu agar jiwanya kembali menyatu. Namun, tubuhnya seakan-akan terpental, seolah tak bisa kembali ke dalam tubuh itu.
Usaha terus dilakukan, ia mencoba menidurkan posisi roh sesuai seperti posisi tubuhnya saat ini. Dari atas, rohnya memasuki tubuh yang tengah tertidur. Usahanya berhasil, jiwanya kembali memasuki tubuh.
Namun, ada yang mengganjal, ia tak kunjung bisa membuka mata. Entah mengapa ia tak bisa terbangun dari tidur lelapnya, tidur yang menyeramkan dengan mimpi seakan-akan kejadian nyata.
Sagam terus berdoa memohon kepada Tuhan agar matanya bisa terbuka .dengan lebar serta kembali beraktivitas seperti sebelumnya. Sebab, dia tak ingin lagi terperangkap dalam mimpi buruk seperti yang baru dialaminya tadi.
Setelah memanjatkan doa yang panjang, berharap bisa terbangun dari tidur yang mencekam, akhirnya keinginan Sagam pun terwujud. Doanya seakan terjawab oleh Tuhan.
Setelah terbangun, ia membulatkan kedua bola matanya, mengedarkan pandangan menatap sekeliling setiap ruangan yang ada di sekitarnya.
Kesadarannya kembali, lalu ia menatap jam di dinding. Betapa terkejutnya Sagam, saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, yang seharusnya dia sudah berada di minimarket.
Sagam ingin buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Namun, saat terperanjat dari atas karpet, entah mengapa badannya terasa remuk, seluruh tubuhnya terasa sakit seperti habis bertarung di dunia lain.
Ya, benar saja, dia memang bertarung dengan setan yang hampir saja merenggut nyawanya. Anehnya, mimpi itu berpengaruh pada dunia nyata. Ia benar-benar merasakan kejadian itu tampak seperti asli.
Sagam pun bergegas mandi, lalu ,berangkat menuju minimarket tempat di mana ia bekerja. Sagam menceritakan kisah triple dream yang mengacaukan tidur nyenyaknya.
Sayangnya, tak ada satupun teman-temannya yang percaya, bahkan mereka menganggap mimpinya itu lelucon, malah teman-temannya menertawai Sagam terbahak-bahak.
Selama seharian penuh, Sagam bekerja sebagai karyawan retail di minimarket yang cukup terkenal di kotanya. Tiba saat jam pulang, Sagam tak berani untuk pulang sendirian.
Ia mengajak teman-teman lainnya agar ikut pulang bersama dan menginap di kos-kosan tempat ia tinggal. Ketika pukul 05.00 sore, Sagam bersama beberapa teman lainnya sudah berada di dalam kos-kosan.
Ia mencari tahu alasan mengapa semen di lantai kos-kosan itu bisa retak walau hanya ditekan oleh standar motor. Tak hanya itu, Sagam memberanikan diri untuk mengorek lantai yang terpecah-belah.
Sorot mata Sagam hanya berpacu pada lapisan kayu dibawah semen yang sudah hancur. Kayu itu seakan menutupi ruang bawah tanah yang ada di bawahnya. Sagam pun mencari jejak pintu untuk menuju ruangan tersebut.
Tapi tak kunjung ketemu, alhasil ia pasrah saja dan meninggalkan serpihan semen serta lapisan kayu yang tidak menutup dan bisa dilihat dengan kasat mata.
Karena rasa penasaran, Sagam tak henti ingin mencari tahu sebenarnya kos-kosan itu digunakan untuk apa dulunya?
Ia bersama temannya menanyakan kepada tetangga tentang rumah kos-kosan yang ditempati.
"Sore, Bu," sapa Sagam saat bertemu ibu tetangga, seorang tetangga perempuan bertubuh gempal.
"Sore, ada apa dek? Tumben nyamperin Ibu ke sini," jawab Ibu itu lugas, membuat lengkungan tipis dikedua sudut bibirnya.
"Maaf, Bu saya ingin bertanya sebenarnya kos-kosan kami ini, bekas apa, ya? Seperti ada ruang bawah tanah di ruang tamu. Soalnya saya habis ngecek semennya yang pecah dan ternyata ada kayu yang sebagai penutup ruangan lain di bawah tanah." Sagam menatap ibu tetangganya dengan tatapan yang menyelidik.
"Waduh, Ibu nggak tahu tuh. Coba tanya aja sama pemilik kosannya," kilah Ibu tersebut, yang nyatanya ia menutupi rumor miring yang selama ini beredar di kalangan masyarakat sekitar.
"Apa sebelumnya pemilik rumah ini meninggal? Atau pernah kebakaran? Atau ada tragedi lain? Saya penasaran banget, Bu," timpal Sagam, tak kunjung menyerah meski mendapatkan jawaban tak sesuai harapan.
"Waduh, saya nggak tahu, Dek! Saya takut salah ngomong, coba adik tanyakan saja langsung ke pemiliknya." Ibu itu berlalu pergi meninggalkan Sagam dan temannya tanpa berpamitan.
Tak kehabisan akal, Sagam pun mencoba menanyakan kepada tetangganya yang lain. Seorang lelaki paruh baya sedang sibuk memberi pakan ikan piaraannya.
"Lagi sibuk, Bang?" sapa Sagam, setelah menghampiri tetangganya.
"Enggak, Dek lagi ngasih makan ikan aja. Kenapa?" tanya Pria itu.
Sagam pura-pura sok tahu dan asal menyeletuk. Langsung to the point menanyakan tentang orang yang meninggal di kos-kosan.
"Kabarnya ada yang pernah meninggal, ya di rumah kos yang kami tempati," ungkap Sagam asal.
"Tahu dari mana kamu, Dek?" Pria itu menanggapi dengan serius.
"Iya, aku denger-dengar aja gitu, Bang jadi benar ada yang meninggal di sana," cetus Sagam, memastikan.
"Iya, Dek tapi Abang takut mau cerita," tampik Pria itu.
"Kalau abang tutup-tutupi, kami yang jadi takut dan rugi, Bang! Soalnya kami terus-terusan dihantui," sosor Sagam, ingin segera mendapatkan jawaban pasti.
"Dihantu bagaimana?" Pria itu menatap penuh selidik.
"Ada yang terus mendatangiku, Bang walau hanya melalui mimpi! Tolonglah ceritakan apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu," sambung Sagam.
"Abang kasih tahu tapi jangan bilang kalau kabar Ini dari Abang, ya!" pesan Pria itu.
"Tenang aja, kami nggak bakal bilang sama yang punya kos kok. Kami nggak bakal ngadu kalau misalnya nanti kami mau pindah. Lagian kontrak kami sudah mau hampir habis, tinggal sebulan lagi. Cuma saya penasaran aja sebenarnya apa yang terjadi di rumah itu," seloroh Sagam, seraya menepuk pundak temannya.
"Emang apa yang terjadi sama kamu sampai bisa mengetahui di rumah itu ada sesuatu?" tanya pria itu semakin penasaran.
"Banyak kejadian aneh lah, Bang aku mimpi dihantui. Terus semennya retak padahal cuman nyimpan motor di ruang tamu, saya pun akhirnya nemu kayak ada ruang bawah tanah gitu di bawah ruang tamu itu," beber Sagam panjang lebar.
"Oh ... itu ruang bawah tanah dulunya digunakan untuk menyembunyikan anak pemilik kos, Dek." Pria itu menyimpan pakan ikannya, lalu sibuk mengobrol dengan Sagam.
"Menyembunyikan anaknya? Kenapa, Bang terus gimana nasib anaknya?" racau Sagam, setelah dirinya terkejut mengenai kejadian sesungguhnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments