Pradityo yang akrab disapa Adit itupun melipat satu persatu baju yang berserakan di atas ranjang. Sagam pun tak mau tahu apalagi membantu melipat baju setelah kejadian yang menimpanya.
"Gara-gara bajumu, aku sampai di teror tadi," desah Sagam dengan suara baritonnya.
"Siapa yang berani mengganggumu? Berani dia menantangmu, apa di dalam kos nggak ada satupun penghuni yang sudah pulang?" cecar Adit.
"Entahlah, kenapa semua tiba-tiba belum pulang ke kos-kosan, cuma sendiri di dalam kosan luas yang berisi 40 kamar ini," papar Sagam.
"Lagi sial aja kali kamu," sambung Adit.
"Sial-sial kepalamu, memang gara-gara jemuranmu tuh, aku jadi sial," ketus Sagam.
"Yeee, baru dimintain tolong sekali aja ngamuk," protes Adit.
Tanpa menghiraukan omelan Adit, Sagam mulai memejamkan mata lagi, ia membiarkan Adit bergelut dengan lipatan bajunya.
"Eh, kamu mau tidur? Mending makan martabak yang kubawa, tadi sempat beli di pingir jalan," titah Adit.
Sagam menolak untuk memakan martabak pemberian temannya karena sudah terlalu larut malam dan kebetulan besok dia harus masuk pagi jadi harus segera melanjutkan tidurnya
Semenjak kejadian itu, tidak ada lagi yang pernah terjadi pada Sagam hingga beberapa bulan berlalu berlalu dan mereka merasa nyaman di dalam kos-kosan itu.
11 bulan berlalu ...
Hampir satu tahun bahkan Sagam sudah sangat merasa nyaman di kos-kosan itu. Bahkan dia menganggap bahwa yang pernah terjadi padanya hanyalah halusinasi belaka.
Tak hanya itu, Sagam juga kerap membawa teman-teman satu kerjanya, untuk nongkrong di kos-kosan yang luas. Ia juga merekomendasikan kos-kosan itu untuk teman-teman yang sedang mencari tempat tinggal baru.
Bahkan kedua teman Sagam menanyakan, meminta pendapatnya apakah akan melanjutkan kos-kosan ini untuk tahun selanjutnya atau tidak. Sebab, Manjindan Pradityo tidak pernah merasa diganggu oleh para penghuni makhluk halus dari kosan tersebut.
Hanya Sagam yang memiliki indra keenam sering mendapat gangguan dari orang-orang sekitarnya yang tidak sama seperti mereka. Setelah meyakini di kosan itu memang aman, akhirnya Sagam ingin melanjutkan masa sewa kos-kosan bersama kedua teman lainnya.
Mereka berkompromi untuk mengumpulkan uang agar memberikan uang sewa selama 1 tahun kedepan.
"Beneran kan kita bakal lanjut nyewa di kosan ini?" tanya Adit, kembali memastikan.
"Iyalah, kan sudah nyaman tinggal di sini," jawab Sagam.
"Yaudah, minggu depan kita bilang aja ke bapak kosnya kalau kita mau lanjutin ngekos di sini," tambah Manji.
"Iya, okelah ntar lagi kita bakal kumpulin dulu uangnya tapi kalau uang dariku, besok ya!" sambung Adit.
"Kita kebetulan hari ini liburnya barengan nih, gimana kalau kita kumpul-kumpul ngajak teman-teman yang lain," usul Manji.
"Boleh juga tuh, kabarilah mereka supaya datang ke kos-kosan kita," sahut Sagam.
Kemudian, Manji mengabari teman-temannya yang lain dan mengundang mereka untuk menongkrong di kos-kosansebagai perayaan kelanjutan masa sewa kos di tempat itu selama 1 tahun ke depan.
Memang mereka kebetulan hari ini libur, ini adalah momen yang langka, sebab biasanya walaupun mereka libur tapi tidak pernah di hari yang sama. Sagam bersama Manji dan Pradityo memiliki pekerjaan yang sama-sama di bidang retail tapi mereka berbeda perusahaan.
Karena saat ini mereka sedang menikmati masa libur, akhirnya Sagam sama teman-temannya mulai merencanakan pesta malam ini, mereka juga akan pergi ke minimarket untuk membeli beberapa makanan kecil untuk dimakan sebagai cemilan nanti.
Tak lupa, minuman andalan para pria yakni soda harus selalu ada di dalam belanjaan mereka, Sagam bersama Manji pergi berdua menggunakan motor ke minimarket terdekat yang tidak jauh dari kos-kosan.
Lalu, ia bergegas membeli banyak cemilan ringan dan minuman dingin serta minuman soda untuk perkumpulan malam ini.
Berapa jam berlalu, akhirnya tepat saat malam jam 07.00 malam, semua sudah berkumpul di kosan.
Namun, karena berada di dalam sebuah kamar akhirnya mereka berubah haluan pindah ke ruang tamu yang sudah disediakan oleh pemilik kos, di mana ada sofa yang banyak untuk para penghuni kos saat nongkrong.
"Pindah aja ke ruang tamu, biar lebih bebas kalau di sini terlalu sempit," ujar Sagam.
Semuanya sekitar 10 orang akhirnya pindah ke ruang tamu dan mereka mulai merasa nyaman untuk berbincang-bincang seraya sibuk menghabiskan cemilan yang disiapkan oleh penghuni kos.
Selain itu, Sagam juta menawarkan untuk memasak mie instan untuk para teman-temannya sebagai makan malam mereka dan semua sangat setuju untuk menyantap instan sebagai makan malam ini.
"Kalian mau makan mie instan nggak? Selain hemat murah dan mengenyangkan pula," tawar Sagam.
"Ah, iya lebih enak mie instan sih daripada makanan kaki lima kayak nasi goreng gitu," sahut teman Sagam.
"Oke juga tuh, aku udah lama nggak pernah makan mie instan," jawab teman lainnya.
Sebagai tuan rumah, akhirnya Sagam bersama Manji dan Pradityo memasak 10 bungkus mie instan sekaligus untuk makan malam mereka di dapur bersama yang sudah disediakan.
Hanya membutuhkan waktu 10 menit makanan sudah jadi, Sagam bak seorang chef yang sangat lihai memasak mie instan dengan bumbu andalan yang ditambahkan seperti saus cabai, saus tiram, cabe potong serta bawang goreng.
Aroma mie instan itu juga merebak ke seluruh ruangan sehingga penghuni yang lain berkeluaran, melihat orang yang memasak mie instant tersebut.
Namun, karena melihat bersama teman-teman yang lain, akhirnya para penghuni kos yang merasa penasaran kembali lagi ke kamar. Padahal, penghuni itu berniat untuk meminta makanan yang dimasak oleh Sagam.
Setelah usai memasak makanan, Sagam membawa tiga piring sekaligus ke 7 orang temannya, mereka menyantap mie instannya masing-masing yang sudah tersaji di dalam piring bersama-sama. Sehingga meningkatkan gairah dan selera makan mereka.
"Gila nih aromanya aja udah wangi banget," ujar teman Sagam yang lain.
"Si Sagam tuh yang masak," sahut Manji
"Iya, kami hanya bantu aja kok," jawab Pradityo.
Sebanyak 10 orang itu, larut dalam menikmati santapan malamnya. Lalu setelah memakan semua makanan, mereka lagi-lagi sibuk berbincang hingga lupa waktu dan sudah memasuki pukul 12 malam.
Semua penghuni kos yang lain sudah masuk ke dalam kamar masing-masing hanya tinggal Sagam, Manji dan Pradityo dan ketujuh temannya masih saja menongkrong, tertawa terbahak-bahak dan mengganggu ketenangan di dalam kos-kosan.
Tiba-tiba keanehan terjadi pada Manji yang sedang tenang duduk melamun dan sibuk memainkan ponsel. Dalam waktu cepat, Manji membuang ponsel itu hingga ponsel itu pun pecah, semua orang jadi menoleh padanya.
Raut wajah Manji pun berubah menjadi datar, tatapannya kosong, mulutnya kelu tak membuka sama sekali.
"Kamu kenapa?" ucap Sagam, ingin membuyarkan lamunan Manji tapi pria itu tak menoleh hanya menatap lurus dengan tatapan yang kosong.
"Eh, si Manji Kenapa itu, kok diam aja?" tanya teman Sagam yang lain.
Tiba-tiba, Manji menyorot dengan tajam pada orang yang mengucapkan namanya, lalu ia membanting tubuhnya sendiri ke lantai.
"Manji, sadarlah!" erang Pradityo.
Kemudian, tiba-tiba Sagam mendekati Manji lalu menampar wajah manji berkali-kali agar pria itu benar-benar tersadar.
Plak ... plak ...
Namun keanehan dirasakan oleh Sagam karena saat ia menyentuh kulit Manji terasa sangat dingin, tidak seperti biasanya.
Pradityo yang melihat keanehan pada sikap Manji akhirnya mengambil sebuah botol mineral dan menyipratkan air itu ke wajah Manji. Namun manji langsung berjingkat dan menghampiri Pradityo
Matanya Manji mulai memerah, tiba-tiba Manji mencekik leher Pradityo dengan kencang hingga menghempaskan ke dinding.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments