Bab20

Sagam bersama Manji menelusuri berbagai tempat sebagai target untuk mencari kosan-kosan baru, terutama berada di pusat Kota Medan. Kualifikasi untuk mencari kosan, yakni tidak jauh dari tempat kerja mereka sehingga tak perlu mengeluarkan biaya operasional yang besar.

Ada beberapa target yang sudah mereka siapkan, yang pertama berada di dekat tempat kerja Adit. Namun, kos-kosan yang berada di sana terlalu mewah, memiliki harga yang cukup tinggi sehingga sangat sulit bagi karyawan seperti mereka untuk menempatinya, apalagi diharuskan menyisihkan uang untuk memberikan pada keluarga.

Kosan yang berada di sekitar tempat kerja Adit pun sudah dikeluarkan dari list yang akan ditempati. Lalu, keduanya kembali berkelana mencari kos-kosan yang kini berada di dekat kerja Sagam.

Namun, sekitaran sana terlalu kumuh, sehingga tak cocok bagi mereka bertiga. Akhirnya, area tempat kerja Sagam pun dicoret dari list.

Terakhir, mereka berkeliling mencari kos-kosan di dekat tempat kerja Manji. Namun, Sagam tiba-tiba mengingat kalau Manji belum meminta izin kepada perusahaan untuk hari ini tidak masuk kerja.

"Ji, aku baru ingat, apa kamu sudah meminta izin pada managermu, kalau kamu hari ini tidak masuk kerja? Sebab bukannya kemarin kamu sudah ambil libur?" tanya Sagam, mengernyitkan alis.

Seketika, ketika mereka berada di kawasan itu, Manji juga teringat pada pekerjaanya. "Bagaimana ini, gara-gara kerasukan setan, aku jadi lupa melakukan segala hal. Bisa-bisa aku dapat SP kalau sehari tidak masuk kerja saja," ungkap Manji.

"Masa langsung dapat SP sih? Padahal cuma sehari tidak masuk kerja?" sahut Sagam.

"Haha! Ibaratnya, aku yang terlalu melebih-lebihkan!" balas Manji seraya terkekeh

"Oh, aku kira benar-benar bakal dapat SP!" timpal Sagam.

"Enggak lah, paling kena tegur aja sama manajer karena nggak masuk hari ini apalagi tanpa alasan yang jelas. Masa aku beralasan kerasukan," sindir Manji.

"Kan memang itu kenyataannya," sela Sagam.

"Bisa menjadi bahan tertawaan mereka dong aku, mungkin aku harus memikirkan alasan lain." Manji tampak berpikir sejenak.

"Jadi gimana, nggak papa nih kalau kita menyusuri area di sekitar tempat pekerjaanmu?" sergah Sagam.

"Nggak apa-apa, mudah-mudahan aku tidak ketemu sama teman-teman yang sedang bekerja. Lagian aku akan menutupi wajahku dengan helm ini," jelas Manji.

Keduanya kembali menyusuri area di sekitar tempat pekerjaan Manji, lalu mereka menemukan satu kos-kosan yang cukup ramai penghuninya.

Kos-kosannya menyampur antara pria dan wanita membuat Sagam tertarik. Apalagi dengan statusnya yang jomblo, berharap bisa mendapatkan seorang pacar saat tinggal di kos-kosan tersebut.

"Kita tanya dulu kos-kosan ini, sepertinya harganya standar dan lumayan banyak cewek-cewek di sini," kilah Sagam.

"Boleh juga, siapa yang nggak mau kenalan dengan perempuan," sosor Manji.

Keduanya langsung menanyakan kepada pemilik kos, untuk harga, fasilitas hingga kondisi kos-kosan tersebut. Manji juga ingat pesan dari Pradityo agar mengecek kos-kosan itu dari warga sekitar.

"Selamat siang, Bu bisa bertemu dengan pemilik kos?" sambar Sagam pada seorang perempuan paruh baya yang tengah berdiri di halaman kos-kosan

"Ya, saya sendiri, ada apa?" tanya Ibu Kos dengan suara yang lembut

Perempuan paruh baya Itu tampak seksi, memiliki dada yang montok, hingga tubuh yang ramping. Sontak saja mata Sagam dan Manji sempat tak berkedip saat melihat kedua gunung kembar yang menonjol dengan sempurna.

"Kalau ibu kosnya seperti ini sih, aku tertarik, Gam," kata manji dengan berbisik di telinga Sagam.

Keduanya pun terkekeh kecil menertawai ibu-ibu kos tersebut, membuat ibu kos itu menatap dengan mata memicing.

"Kenapa kalian tertawa tertawa seperti itu! Apa kalian lagi membicarakanku?" serang ibu kos dengan nada suara yang ketus.

"Engga, Bu kami lagi mempersiapkan pertanyaan yang akan dilontarkan pada ibu," kilah Sagam dengan santun sembari menyematkan senyum tipis di wajah.

"Oh, saya kira kamu habis menertawai saya," sanggah ibu kos.

"Ada kamar kosong di sini, Bu?" timpal Manji.

"Masih ada 3 kamar yang kosong," sahut ibu kos.

"Kami mencari satu kamar saja kok, Bu. Apakah boleh satu kamar ditempati oleh 3 orang?" tampik Sagam.

"Boleh saja, tapi harganya berbeda," jawab ibu kos dengan datar.

Keduanya saling berbisik. "Bagaimana, Ji?"

"Bagaimana fasilitasnya, Bu?" tambah Manji tanpa menjawab pertanyaan Sagam.

"Fasilitas yang tersedia apa saja, Bu?" sambung Sagam, pada ibu kos tapi matanya tak bisa beralih pada dari pandangan sepasang gunung kembar yang sangat memikat.

"Tersedia kasur, lemari dan kamar mandi di dalam, untuk biaya sewanya satu bulan sebesar 800 ribu," jelas ibu kos

"Wah, mahal juga, Ji!" bisik Sagam.

"Iya, kompromi dulu deh dengan si Adit mau nggak dia 800 ribu bagi tiga," hardik Manji.

"Sudah paling murah itu, kalian mau mencari kosan paling murah segimana lagi? Kalau di area sini tidak akan ada yang dapat harga seperti itu," ketus ibu kos.

"Hehe ... iya, bu tapi budget kami masih kurang," tandas Sagam dengan santun.

Namun, kegantengan Sagam mampu memikat hati ibu kos, sepertinya ia ingin menurunkan harga kos-kosan dan bernegosiasi dengan kedua pria itu.

"Baiklah saya turunkan harganya jadi 700 ribu saja untuk kalian bertiga tapi ada syaratnya."

"Syarat apa, Bu?" Sagam dan Manji saling menatap.

"Setiap malam minggu kalian tidak boleh kemana-mana, harus di kosan!" jawab ibu kos dengan jutek.

"Kok syaratnya aneh banget sih, Gam?" Manji menggaruk-garuk tengkuknya karena merasa keanehan pada ibu kos.

"Halah. mungkin dia melarang kita untuk berpacaran kali," jawab Sagam.

"Memang benar tidak boleh ada yang berpacaran di sini. Apalagi dengan teman kamar satu kos," sanggah ibu kos karena ia sempat mendengar bisikan Sagam pada Manji.

"Baiklah kalau begitu, Bu nanti saya akan kompromi dan balik lagi ke sini sekitar setengah jam lagi," kata Sagam.

Anji bergegas menghubungi Pradityo untuk menanyakan bagaimana persetujuan menempati kos-kosan yang mereka pilih. Sedangkan Sagam menanyakan kepada warga sekitar tentang kos-kosan itu.

"Permisi, Bu apa pernah dengar sesuatu yang aneh tentang kos-kosan ini?" tanya Sagam, pada seorang ibu-ibu yang tengah menyiram tanaman di depan halaman.

"Nggak pernah tuh, Dek kosannya selalu ramai, tidak pernah sepi," jelas ibu tersebut.

"Apa ada hal mistis yang pernah terjadi di sana?" tanya Sagam lagi.

"Nggak ada, Dek aman-aman saja."

"Kalau begitu terima kasih banyak, Bu silahkan dilanjutkan kembali aktivitasnya!" Sagam pergi pamit meninggalkan halaman tetangga pemilik kos.

Kemudian, Sagam menghampiri Manji, lalu Ia menyampaikan hasil interogasinya pada warga sekitar. Mereka semakin yakin untuk menepati kos-kosan tersebut, apalagi memiliki ibu kos yang cantik dengan tubuh bak gitar Spanyol, membuat mereka terasa nyaman berada di kos-kosan tersebut.

"Ji, gimana jawaban Adit?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!