Bab3

Hahahhahaha!

Pekikan tawa itu hampir memecahkan telinga Sagam. Terasa sakit saat masuk ke gendang telinga.

Seorang tuyul berkepala putih melompat ke perut Sagam. Menindih dengan erat, Sagam memekik kesakitan, rasanya seperti tertindih sebuah batu besar. Terasa sakit dan sesak.

Namun, ia tidak bergerak hanya mata dan leher yang dapat bergerak sesuai perintah pikirannya. Hingga tuyul berkepala putih itu melompat-lompat di atas perutnya.

Setelah mengontrol emosi, Sagam akhirnya tersadar kalau ia lagi-lagi masih terjebak dalam mimpi buruk. Lantaran merasa geram, Sagam mengucap kata-kata kotor memaki kedua tuyul yang mempermainkannya.

"Dasar tuyul sialan! Anj*** perutku sakit, mati kau tuyul bangsat!" umpat Sagam menggebu-gebu dalam batin.

Karena tersadar kalau itu hanyalah sebuah mimpi, Sagam mencoba menggerakkan tangan kanan. Usahanya berhasil, tangan itu mencengkram leher tuyul kecil yang masih berdiri di atas perutnya.

Sementara tuyul lain yang berkepala hitam hanya menonton apa yang Sagam lakukan pada saudaranya. Ia bahkan ketakutan saat menyaksikan kekejaman Sagam yang berusaha membunuh tuyul kecil itu.

Aneh tapi nyata, Sagam bisa memegang leher tuyul berkepala putih yang berada di atas perutnya. Ia mencengkram leher itu semakin kuat, hingga sang tuyul memekik kesakitan.

"Argg ... argh ... " erang tuyul, mengaitkan tangannya pada tangan Sagam agar lilitan itu terlepas dari lehernya.

Namun, tenaga Sagam terlalu kuat, ia mencekek leher sang tuyul dengan sekuat tenaga karena emosi yang memuncak. Tiba-tiba, tuyul itu menjadi kepulan asap, lalu menghilang begitu saja.

Saat menyaksikan adegan itu, tuyul yang satunya berlari ketakutan. Berlari sekencang-kencangnya, masuk ke dalam cermin yang masih menggantung di dinding.

Tubuh Sagam masih tak bisa bergerak. Seolah lumpuh tak berdaya, termasuk tangannya kembali tak bisa digerakkan pasca menghilangnya tuyul yang ia lawan dengan susah payah.

Tubuhnya bak seperti orang mati. Ia hanya mendelik, menatap, melirik, hingga kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri.

Brakk!!!

Tiba-tiba sebuah pintu besar terhempas ke wajah Sagam dari samping. Entah dari mana asal pintu itu bisa terbang hampir mengenai wajahnya. Terasa sakit dan pedih saat angin yang membawa pintu terbang seakan-akan menabrak wajah tampannya.

Tak hanya itu, leher Sagam menjadi berat, tak bisa lagi digerakkan. Ia hanya bisa melihat ke arah kanan.

Pria itu berusaha untuk meluruskan kepala tapi wajah dan mulutnya malah sudah dipenuhi rambut yang panjang. Sagam terus berusaha meluruskan kepalanya. Saat ia berhasil, ia ingin menatap ingin menatap langit-langit.

Netranya malah menangkap seorang perempuan menyeramkan berambut panjang. Berada di atas tubuhnya, keduanya saling menatap. Sang hantu seakan terbang di atas tubuh Sagam dengan rambut bergoyang-goyang, menutupi seluruh tubuh dan mulutnya.

Sagam semakin ketakutan, apalagi saat melihat wajah perempuan itu. Tubuhnya bergetar. Paras wanita itu tak jelas bagaimana bentuknya.

Pekerja retail itu menelisik, seperti apa rupa perempuan yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Perempuan itu bertubuh besar, rupanya sangat aneh, memiliki mata yang melotot, tidak memiliki hidung dan bibir.

Lalu, di bawah mata, menjurus ke arah pipi, terlihat bekas luka yang mendalam, daging seakan keluar, seperti seseorang yang habis mengalami kecelakaan, dan wajahnya terkoyak-koyak akibat sayatan benda asing.

Hantu perempuan itu menoleh, Sagam masih menyaksikan pergerakan wanita dengan wajah menyeramkan. Ia melihat, wanita itu menatap seorang tuyul berkepala hitam yang kembali muncul di samping Sagam.

Ajaibnya, setelah menatap tuyul, wajah perempuan itu muncul. Mulut dan hidung tiba-tiba ada di posisi wajahnya. Wajahnya pucat dan mulutnya semakin melebar lantaran tertawa sangat kencang dan melengking.

"Hihihihi!" teriak wanita itu, memekakkan gendang telinga Sagam.

Karena perempuan tersebut tertawa kencang, bocah tuyul pun ikut tertawa-tawa dengan suara lengkingan saling beradu.

Ibu dan anak tertawa bersama-sama. Lalu, perempuan yang berparas menakutkan itu mengucapkan sesuatu pada Sagam.

"Kau telah membunuh anakku!"

Sagam tiba-tiba mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya. Mengapa perempuan itu menuduhnya membunuh anaknya.

Lalu, Sagam teringat lagi, bahwa ia sudah menghilangkan seorang bocah tuyul berkepala putih akibat mencekek lehernya dengan sekuat tenaga.

Tuyul yang lenyap dan menghilang itu ternyata adalah anak perempuan yang menyeramkan. Sagam ingin menjawab pertanyaan perempuan itu tapi mulutnya terasa kelu dan berat.

Ia tak bisa mengucapkan apapun. Hanya bisa pasrah menatap perempuan yang malah menduduki kakinya dengan rambut panjang yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Sagam, sadarlah! Ini hanya sebuah mimpi! Hanya mimpi!" teriak Sagam, berusaha membangkitkan dirinya.

Namun, perempuan itu semakin tak sabaran. Ia mengelurkan tangan dengan kuku panjang yang runcing. Merengkuh leher Sagam yang berada di depannya.

Perempuan itu semakin mencengkram leher Sagam, lalu mencekiknya dengan kuat. Sama seperti yang Sagam lakukan pada seorang tuyul yang lenyap.

Saat lehernya dicekek dengan sakit hingga membuat semakin tak bisa bernafas. Bahkan, rasanya ia hampir merasakan sakaratul mau dipenghujung hidupnya.

Laki-laki yang menyembah Tuhannya disetiap hari minggu itu mengucapkan kata-kata spritual untuk mengusir hantu wanita yang masih mencekek dengan cengkraman yang sangat kuat.

Tuhanlah penolongku ...

tangan kanannya yang menopangku ...

tangan kirinya menghancurkan lawanku ...

berkatnya selalu bersamaku ...

tiada yang bisa menggangguku ...

sebab lawanmu adalah Tuhanku ...

Kata-kata itu diteriakkan oleh Sagam walau hanya sekedar di dalam batin. Seakan doanya terjawab, Sagam berhasil menggerakkan tangan.

Ia meraih kepala dan rambut perempuan bertubuh besar yang menakut-nakuti dirinya. Dengan sekuat tenaga, Sagam menjambak rambut wanita itu, melemparkannya ke lantai, membenturkan kepalanya hingga berkali-kali.

Bahkan, tubuh Sagam tiba-tiba bisa bergerak, ia sampai terduduk melawan hantu wanita memiliki wajah yang sangat menyeramkan itu.

Bugh! Bugh! Bugh!

Sagam terus melemparkan kepala wanita itu ke lantai, membenturkan dengan sekeras-kerasnya hingga kepala itu hancur. Dengan nafas terengah-engah, setengah badan Sagam pun sudah terduduk, Sagam menatap tuyul yang menjerit dengan tangisannya, melihat sang ibu hancur di depan mata.

Bahkan, tuyul itu berlari ketakutan, ia masuk lagi ke dalam sebuah cermin yang menggantung di dinding ruang tamu.

Hantu wanita itu masih mencoba perlawanan, ia menggerakkan tangannya untuk meraih leher Sagam. Namun, usahanya sia-sia, lantaran Sagam sudah menangkis tangan wanita itu, lalu mematahkannya dengan sekuat tenaga.

Krek ...

Bunyi seolah-olah tulang patah pun terdengar hingga ke gendang telinga Sagam. Seketika, hantu perempuan itu menjadi asap putih yang mengepul, menghilang dan lenyap begitu saja.

"Shittt!" umpat Sagam, dengan nafas yang terenggal-enggal, bahkan lehernya terasa sakit seperti habis berperang.

Sagam mencoba melihat ke belakang tubuhnya. Aneh sekali, ia justru melihat kepalanya dengan mata terpejam sedang tertidur pulas. Padahal, posisi tubuhnya saat ini tengah terduduk, usai melawan hantu jahat yang ingin membunuhnya.

Sagam kembali memastikan, benar saja kalau dirinya yang sedang terduduk itu adalah roh yang keluar dari tubuh aslinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!