Semua berawal dari kejadian mistis dan mimpi buruk yang menghampiri seorang pria pekerja retail minimarket yang berada di Kota Medan—Sagam Prayuda, lelaki muda berparas tampan berusia 24 tahun.
Setelah tinggal beberapa bulan di sebuah rumah yang beralih menjadi kost-kostan, Sagam selalu dihantui oleh mimpi buruk. sebelum mimpi buruk masuk ke dunia alam bawah sadar, Sagam mengalami kejadian mistis yang aneh.
Sore itu ...
Tepat saat adzan maghrib berkumandang, Sagam baru saja tiba di rumah yang sudah mereka alihkan menjadi kost-kostan.
Awalnya, Sagam bersama tiga sahabatnya, mengontrak sebuah rumah berisi tiga kamar, dilengkapi dengan dua kamar mandi.
Memiliki teras rumah, serta sebuah kolam ikan kecil yang sudah tak terisi air bahkan ditutup dengan rapat dan terlihat tangga kecil di dalam kolam tersebut. Sagam yang memiliki otak bisnis, memiliki ide cemerlang.
Uang sewa rumah untuk satu tahun, telah ia bayarkan bersama teman-temannya pada sang pemilik rumah. Berselang satu minggu, karena rumah berada di sekitar kampus ternama di kota itu, Sagam mengusulkan agar teman-temannya mau memberikan dua kamar untuk mahasiswa dan mahasiswi yang ingin megekost dengan harga murah.
Jiwa bisnis kedua temannya merekah, kedua sahabatnya itupun menyetujui untuk menyewakan dua kamar lain yang tak dipakai oleh mereka bertiga.
"Bro, kita sewakan saja kamar ini. Minta mereka bayar semampunya, uang hasil sewa kamar bisa kita bagi rata lagi, sesuai uang yang kita keluarkan saat menyewa rumah ini," usul Sagam, saat menongkrong di teras rumah.
"Ide bagus tuh! Kabarin kepada temanmu dari mulut ke mulut, jangan membuat pengumuman di rumah ini! Nanti pemilik rumah jadi tahu kalau digunakan sebagai kost-kostan," ujar Manji—sahabat Sagam.
"Aman! Aku punya teman, mahasiswa di kampus depan. Pasti banyak teman-temannya yang akan ikut jika dikasih harga murah!" jelas Sagam, tertawa kegirangan.
"Iya, lumayan loh, kita jadi nggak keluar duit. Uang itu pasti kembali ke kantong kita, jika banyak yang mau!" tambah Pradityo—sahabat Sagam yang satunya.
"Yaudah, besok bakal aku kasih tahu ke temanku!" ujar Sagam, seraya menyesap sepuntung rokok.
****
Berselang satu minggu, Sagam berhasil membawa tujuh orang yang akan mengisi dua kamar lainnya. Diantaranya, empat perempuan akan mengisi satu kamar, dan tiga laki-laki mengisi kamar lainnya.
Dari ketujuh mahasiswa itu, uang Sagam dan kedua sahabatnya benar-benar kembali. Bahkan, mereka jadi tidak mengeluarkan uang sepersen pun untuk biaya sewa satu kamar yang digunakan untuk bertiga.
Selama beberapa bulan menghuni rumah yang sudah beralih menjadi kost-kostan itu, semua terjadi biasa saja. Keramaian di dalam kost tak kunjung hilang.
Hingga pada waktunya, liburan semester tiba, seluruh mahasiswa pulang ke rumah masing-masing selama 12 hari. Tinggal Sagam dan dua sahabatnya yang kebetulan adalah seorang pekerja, sehingga tidak ada libur bagi mereka, tetap bekerja seperti biasanya meski penghuni kost sudah bepergian.
Sore itu, Sagam baru saja pulang bekerja. Sementara dua teman lainnya, dikabarkan baru saja berangkat karena harus masuk shift malam.
Rasa lelah menggeluti tubuh, ingin rasanya cepat-cepat tiba di rumah. Di perjalanan, ia masih biasa saja, bahkan sempat mampir ke sebuah warung nasi untuk membeli makan malam.
Saat di rumah tiba, tepat sekali adzan maghrib berkumandang. Sagam buru-buru memasukman motor ke dalam rumah lantaran rumah sepi tak berpenghuni. Ia tak ingin motor itu dicuri oleh maling karena dirinya ingin segera tidur untuk menghilangkan rasa penat dan lelah.
Saat memasukkan motor ke ruang tamu, hal aneh pun terjadi. Hal yang dianggapnya mistis dan sedikit membuat bulunya meremang. Sagam hendak memarkirkan motor, menurunkan standar motor ke lantai yang masih beralaskan lantai dari semen.
Tiba-tiba, motornya hampir terjatuh saat standar membobol lantai semen tersebut. Saat itu, pikiran Sagam masih positif, ia berpikiran mungkin lantai itu sudah rapuh lantaran usia rumah yang sudah tua.
Lalu, Sagam memajukan motor, menempatkan standar di depan lantai yang sudah hancur. Lagi-lagi, saat standar diturunkan, motor itupun hampir terjatuh, terdengar suara lantai yang pecah, seketika bulu kuduk Sagam meremang.
Ia mengedarkan pandangan, menatap sekeliling ruang tamu. Tidak ada siapapun, hanya kesunyian yang merayap di udara. Akhirnya, Sagam memutar motornya, menghadap pintu utama. Sedikit jauh dari tempat saat dua kali memarkirkan motor tadi.
Dengan hati-hati, ia menurunkan standar motor. Dan kali ini, ia berhasil memarkirkan motor tanpa adanya semen yang pecah karena sanggahan berat motor itu.
Karena merasa tubuh lelah, tanpa mandi, Sagam pun bergegas tidur di ruang tamu untuk memastikan motornya tidak hilang, sebab hanya ia sendiri yang baru pulang ke rumah.
Setelah menyantap makanan yang ia beli, lalu bergegas mengganti seragam karyawan retail minimarket, dengan pakaian rumahan. Kemudian, merebahkan diri di atas karpet yang dibentangkan di ruang tamu.
Sebenarnya, ia masih sibuk bermain ponsel, berseluncur si media sosialnya. Entah mengapa, ia merasakan kantuk yang luar biasa, dan tertidur saat memasuki waktu maghrib.
Alhasil, dalam sekejap ia memejamkan mata. Anehnya, Sagam tertidur bablas hingga dini hari, yang menerjunkan dirinya memasuki dunia mimpi hingga membuatnya tercengang.
Dalam mimpi tersebut, Sagam mengira ia sudah terbangun dari tidur panjang. Bahkan, melihat jam di dinding, menunjukkan jam 5 pagi.
Saat itu, Sagam melihat dua kakak kost perempuan yang sedang asik memasak mie instant di dapur. Dirinya memberanikan diri untuk menyapa dan bertanya tentang kegiatan pagi itu.
"Kak, lagi ngapain?" tanya Sagam, menatap kedua kakak kost secara bergantian.
Dari kedua perempuan itu tidak ada yang menjawab tapi keduanya menoleh dan menatap tajam. Padahal, satu kakak kost itu orangnya terkenal bersifat ceria dan heboh. Namun, anehnya saat ditanya malah terdiam.
Tak berselang lama, Sagam mendengar suara tetesan air dari satu kamar mandi. Sementara, kamar mandi lainnya terdengar seperti ada suara orang yang sedang mandi.
Jebyar Jebyur ...
Sagam mencoba membuka satu pintu kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. Ia merasa lega setelah melihat keran yang menyala. Namun, dari kamar mandi satunya, masih terdengar suara khas orang mandi.
Lalu, Sagam pun menanyakan kepada dua orang kakak kost yang masih memasak. "Siapa yang mandi, kak?"
Kedua wanita itu hanya menatap tajam tanpa menjawab sepatah kata pun. Lalu, Sagam bernisiatif mengetok pintu kamar mandi. Tak ada sahutan dari dalam meski suara jeburan air terus saja terdengar.
Dengan rasa takut yang menyelimuti, dia mencoba mendobrak kamar mandi tersebut. Anehnya, tidak ada siapapun di dalam, sama seperti di kamar mandi sebelumnya, hanya keran air yang menyala, lalu ia mematikan air dan mengambil handuk yang menggantung di kamar mandi.
Dalam mimpi tersebut, Sagam tersadar, bawah dirinya terjebak dalam sebuah mimpi. Dengan keadaan setengah sadar, ia membenarkan posisi tidur yang sudah sempat berguling sehingga posisinya tidak seperti saat pertama tertidur.
Namun, dirinya mencoba mengembalikan keposisi awal, kaki dan kepala di tempatkan di tumpuan yang sama seperti situasi sebelumnya. Lalu, dirinya memejamkan mata dengan batin yang berbicara meronta-ronta meminta terbangun.
"Bangunlah ... bangun! Ini hanya mimpi!" batin Sagam, dan ternyata akhirnya ia terbangun dari mimpi buruk.
Saat Sagam terbangun, ia mencoba membuka pintu kost tapi ternyata tidak ada orang. Namun, saat dirinya menutup pintu utama, sekitar jam 6 pagi, tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
Sagam memberanikan diri membuka pintu sembari bertanya-tanya siapakah yang bertamu pagi-pagi begini. Sontak saja, Sagam terkejut melihat 7 orang anak kost pulang, berada di depan pintu menatapnya dengan tajam.
"Halo, bang!" sapa seorang anak kost.
Sagam pun hanya tersenyum. Beberapa diantaranya ada yang mengobrol tapi anehnya satu orang mahasiswi perempuan tiba-tiba meraung.
Beberapa mahasiswa ada yang masuk ke kamar tanpa memperdulikan keadaan, sibuk bermain laptop di dalam kamar. Namun, mahasiswa perempuan itu terus saja meraung histeris seperti orang kesurupan, membuat Sagam ketakutan.
"Kenapa kamu, kak? Kenapa cepat pulangnya?" ucap Sagam, menayakan kepada mahasiswi perempuan tersebut.
Namun, tidak ada jawaban, perempuan itu tetap saja meraung. Lalu, perempuan itu pergi ke belakang. Dan Sagam mencegahnya, mempertanyakan ke mana perempuan itu akan pergi.
"Mau kemana, kak? Ke kamar mandi bukan? Kalau ke sana, tunggu dulu, aku mau mandi!" cegah Sagam.
Namun, perempuan itu cuek saja, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sagam mengekorinya, pintu kamar mandi tak terkunci, ia mencoba mendorong pintu memastikan perempuan itu berada di dalam.
Brak!!
Suara dorongan pintu yang keras, Sagam mengedarkan pandangan mencari sosok mahasiswi perempuan bernama—Priska. Perempuan itu menghilang, tak tahu ke mana perginya.
Suara bising di ruang tamu terus memekakkan telinga Sagam. Dirinya semakin histeris saat tak menemukan jejak Priska yang menghilang begitu saja.
Teman-teman satu kostnya yang masih berkumpul di ruang tamu hanya ribut-ribut tak menanggapi teriakannya.
"Guys, kak Priska hilang? Gimana nih, ada yang tahu dia di mana?" celetuk Sagam, berteriak agar teman-teman satu kostnya merespon.
Usahanya sia-sia, tidak ada satupun yang menggubris pertanyaannya. Sementara, karena merasa dicueki, Sagam meminta pertolongan pada teman yang berada di dalam kamar.
"Tolong, Kak Priska hilang," teriak Sagam, di ambang batas pintu.
Aneh tapi nyata, temannya itu malah sibuk bermain laptop tak memperdulikan ucapannya. Akhirnya, Sagam ke ruang tamu, berteriak-teriak histeris dan marah-marah pada seluruh anak kost yang tersisa 6 orang.
"Kalian ini siapa sebenarnya? Nggak ada yang bicara maupun bantu aku! Kalian jangan berisik, kalian itu bukan teman satu kostanku!" sergah Sagam, berteriak bak orang gila memarahi keenam teman kostnya.
Semua hanya menatap tajam ke arahnya. Tiba-tiba muncul asap putih di depan wajah Sagam yang berdiri mematung di tengah ruang tamu sembari menatap tajam ke lima temannya yang berdiri di ruang tamu.
Asap putih itu seperti kilat, hampir mau menyambar tubuhnya. Namun, ia berhasil mengelak dan lolos dari semburan kilat. Kilat itu tiba-tiba masuk menyusup cermin yang terpajang di ruang tamu.
"Sepertinya ini masih mimpi," batin Sagam, saat ia tersadar masih terjebak dalam mimpi kedua lantaran teman-teman kostnya tidak ada yang menanggapi.
Lalu, Sagam memberanikan diri menegur keenam orang teman kost yang ia anggap nyata berada di kost-kostan tersebut. "Diam kalian semua! Kalian bukan teman kostku!" geram Sagam, menatap sengit kepada teman kost yang berdiri mematung.
Anehnya, enam orang mahasiswa tersebut menghilang tanpa meninggalkan jejak. Sagam kembali sendiri di dalam rumah. Ia masih sadar kalau masih terjebak dalam sebuah mimpi.
Tak berselang lama dari kepergian keenam orang penghuni kost, lalu muncul seorang anak kecil yang berlari-lari sambil tertawa.
"Hahhahaha," kekeh anak kecil tersebut sembari berlari-lari di ruang tamu.
Sagam makin merasa jengkel seolah-olah dipermainkan. Penampilan anak tersebut sangat aneh, hanya memakai popok dan bertelanjang badan tanpa memakai baju.
Ia berlarian ke sana ke mari, kepalanya botak dengan kulit kepala berwarna hitam pekat. Ia terus saja berlari tanpa henti sembari tertawa-tawa dengan suara yang memekkan gendang telinga.
Kemudian, anak kecil itu hendak menyambar Sagam. Tubuh Sagam bergetar ketika melihat anak kecil itu ingin menghampirinya, ia sudah ketakutan, bulunya berdesir meremang.
Namun, ketika hampir mendekat, bocah kecil itu malah melintasi tubuhnya, lalu masuk ke dalam sebuah cermin yang terpajang di ruang tamu.
Sagam pun mengekori ke tempat menghilangnya bocah kecil itu. Ia menatap cermin cukup lama hingga menemukan wajah bocah kecil di hadapannya.
Sayang, Sagam malah ditertawai oleh bocah kecil itu. Akhirnya, Sagam tersadar kalau ini memang hanyalah sebuah mimpi.
"Sana kalian pergi semua! Kalian itu bukan siapa-siapa, aku sebenarnya sendirian di kost ini!" teriak Sagam, membuyarkan alam bawah sadarnya.
Saat itu juga, Sagam seolah tersadar. Melihat tubuhnya yang tertidur dengan posisi yang berantakan. Ia kembali mengingat posisi tubuhnya seperti memulai tidur awal, ruhnya seakan terpisah dari tubuh itu.
Sagam mencoba memasukkan ruhnya, ia seakan tersadar kalau dirinya melihat diri sendiri yang tertidur pulas. Lalu, menggerakkan tubuhnya sesuai dengan posisi awal saat mulai tertidur lagi. Kepala dan kaki di tempatkan seperti posisi semula.
Ruhnya disesuaikan dengan lekukan tubuh dirinya yang tertidur pulas. Dan ia berhasil masuk, mengerakkan tubuh itu sesuai kemauannya. Aneh tapi nyata, kejadian pertama pun terulang.
Sagam berhasil menempatkan posisinya seperti posisi tidur awal, dengan ruh yang sudah kembali ke tubuh.
"Aneh kenapa roh dan tubuhku seolah-olah terpisah? Bahkan rohku saat ini terlihat tembus pandang! Sampai aku bisa melihat tubuhku bergerak sendiri," gerutu Sagam membatin, mencoba larut dalam pikirannya sendiri.
Sagam mengontrol pikirannya. Ia meminta agar matanya terbelalak lebar. Menyadarkan diri dan bangkit dari mimpi buruk yang menerka.
"Aku harus bangun! Aku harus bisa bangun! Ini semua hanya mimpi!" titah Sagam, menata pikiran sendiri.
Dalam sekejap, mata Sagam terbuka lebar. Sayangnya, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya sesuai kemauan. Bola mata itu hanya bisa memutar, menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sagam mencoba menggerakkan tubuh tapi tak berhasil. Ia menatap jam di dinding serta kipas yang bergerak. Dan akhirnya memilih berdiam diri.
Kali ini, Sagam dikejutkan dengan kehadiran dua bocah kecil yang kerap dibilang orang-orang adalah hantu sejenis tuyul. Dua bocah itu berlarian, muncul dari cermin yang menempel di dinding, berlari ke arah kamar mandi yang tidak jauh dari tempat tidur Sagam yang berada di ruang tamu.
Suara cekikikan ketawa pun memecahkan keheningan saat itu. Sagam histeris ketakutan tapi mulutnya terasa kelu tak bisa bergerak.
Jangankan mulut, tubuhnya saja masih tak bisa bergerak sesuai kemauan. Dua tuyul berpenampilan tanpa memakai baju, hanya mengenakan popok untuk menutupi area keintimamnya.
Satu tuyul, memiliki warna kepala putih, sedangkan tuyul lain, kepalanya berwarna hitam pekat seperti awal pertama yang Sagam lihat di dalam mimpi.
Kedua tuyul itu berlari ke depan kaki Sagam, lalu tertawa dengan suara yang melengking.
Hahahhahaha!
Pekikan tawa itu hampir memecahkan telinga Sagam. Terasa sakit saat masuk ke gendang telinga.
Seorang tuyul berkepala putih melompat ke perut Sagam. Menindih dengan erat, Sagam memekik kesakitan, rasanya seperti tertindih sebuah batu besar. Terasa sakit dan sesak.
Namun, ia tidak bergerak hanya mata dan leher yang dapat bergerak sesuai perintah pikirannya. Hingga tuyul berkepala putih itu melompat-lompat di atas perutnya.
Setelah mengontrol emosi, Sagam akhirnya tersadar kalau ia lagi-lagi masih terjebak dalam mimpi buruk. Lantaran merasa geram, Sagam mengucap kata-kata kotor memaki kedua tuyul yang mempermainkannya.
"Dasar tuyul sialan! Anj*** perutku sakit, mati kau tuyul bangsat!" umpat Sagam menggebu-gebu dalam batin.
Karena tersadar kalau itu hanyalah sebuah mimpi, Sagam mencoba menggerakkan tangan kanan. Usahanya berhasil, tangan itu mencengkram leher tuyul kecil yang masih berdiri di atas perutnya.
Sementara tuyul lain yang berkepala hitam hanya menonton apa yang Sagam lakukan pada saudaranya. Ia bahkan ketakutan saat menyaksikan kekejaman Sagam yang berusaha membunuh tuyul kecil itu.
Aneh tapi nyata, Sagam bisa memegang leher tuyul berkepala putih yang berada di atas perutnya. Ia mencengkram leher itu semakin kuat, hingga sang tuyul memekik kesakitan.
"Argg ... argh ... " erang tuyul, mengaitkan tangannya pada tangan Sagam agar lilitan itu terlepas dari lehernya.
Namun, tenaga Sagam terlalu kuat, ia mencekek leher sang tuyul dengan sekuat tenaga karena emosi yang memuncak. Tiba-tiba, tuyul itu menjadi kepulan asap, lalu menghilang begitu saja.
Saat menyaksikan adegan itu, tuyul yang satunya berlari ketakutan. Berlari sekencang-kencangnya, masuk ke dalam cermin yang masih menggantung di dinding.
Tubuh Sagam masih tak bisa bergerak. Seolah lumpuh tak berdaya, termasuk tangannya kembali tak bisa digerakkan pasca menghilangnya tuyul yang ia lawan dengan susah payah.
Tubuhnya bak seperti orang mati. Ia hanya mendelik, menatap, melirik, hingga kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri.
Brakk!!!
Tiba-tiba sebuah pintu besar terhempas ke wajah Sagam dari samping. Entah dari mana asal pintu itu bisa terbang hampir mengenai wajahnya. Terasa sakit dan pedih saat angin yang membawa pintu terbang seakan-akan menabrak wajah tampannya.
Tak hanya itu, leher Sagam menjadi berat, tak bisa lagi digerakkan. Ia hanya bisa melihat ke arah kanan.
Pria itu berusaha untuk meluruskan kepala tapi wajah dan mulutnya malah sudah dipenuhi rambut yang panjang. Sagam terus berusaha meluruskan kepalanya. Saat ia berhasil, ia ingin menatap ingin menatap langit-langit.
Netranya malah menangkap seorang perempuan menyeramkan berambut panjang. Berada di atas tubuhnya, keduanya saling menatap. Sang hantu seakan terbang di atas tubuh Sagam dengan rambut bergoyang-goyang, menutupi seluruh tubuh dan mulutnya.
Sagam semakin ketakutan, apalagi saat melihat wajah perempuan itu. Tubuhnya bergetar. Paras wanita itu tak jelas bagaimana bentuknya.
Pekerja retail itu menelisik, seperti apa rupa perempuan yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Perempuan itu bertubuh besar, rupanya sangat aneh, memiliki mata yang melotot, tidak memiliki hidung dan bibir.
Lalu, di bawah mata, menjurus ke arah pipi, terlihat bekas luka yang mendalam, daging seakan keluar, seperti seseorang yang habis mengalami kecelakaan, dan wajahnya terkoyak-koyak akibat sayatan benda asing.
Hantu perempuan itu menoleh, Sagam masih menyaksikan pergerakan wanita dengan wajah menyeramkan. Ia melihat, wanita itu menatap seorang tuyul berkepala hitam yang kembali muncul di samping Sagam.
Ajaibnya, setelah menatap tuyul, wajah perempuan itu muncul. Mulut dan hidung tiba-tiba ada di posisi wajahnya. Wajahnya pucat dan mulutnya semakin melebar lantaran tertawa sangat kencang dan melengking.
"Hihihihi!" teriak wanita itu, memekakkan gendang telinga Sagam.
Karena perempuan tersebut tertawa kencang, bocah tuyul pun ikut tertawa-tawa dengan suara lengkingan saling beradu.
Ibu dan anak tertawa bersama-sama. Lalu, perempuan yang berparas menakutkan itu mengucapkan sesuatu pada Sagam.
"Kau telah membunuh anakku!"
Sagam tiba-tiba mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya. Mengapa perempuan itu menuduhnya membunuh anaknya.
Lalu, Sagam teringat lagi, bahwa ia sudah menghilangkan seorang bocah tuyul berkepala putih akibat mencekek lehernya dengan sekuat tenaga.
Tuyul yang lenyap dan menghilang itu ternyata adalah anak perempuan yang menyeramkan. Sagam ingin menjawab pertanyaan perempuan itu tapi mulutnya terasa kelu dan berat.
Ia tak bisa mengucapkan apapun. Hanya bisa pasrah menatap perempuan yang malah menduduki kakinya dengan rambut panjang yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Sagam, sadarlah! Ini hanya sebuah mimpi! Hanya mimpi!" teriak Sagam, berusaha membangkitkan dirinya.
Namun, perempuan itu semakin tak sabaran. Ia mengelurkan tangan dengan kuku panjang yang runcing. Merengkuh leher Sagam yang berada di depannya.
Perempuan itu semakin mencengkram leher Sagam, lalu mencekiknya dengan kuat. Sama seperti yang Sagam lakukan pada seorang tuyul yang lenyap.
Saat lehernya dicekek dengan sakit hingga membuat semakin tak bisa bernafas. Bahkan, rasanya ia hampir merasakan sakaratul mau dipenghujung hidupnya.
Laki-laki yang menyembah Tuhannya disetiap hari minggu itu mengucapkan kata-kata spritual untuk mengusir hantu wanita yang masih mencekek dengan cengkraman yang sangat kuat.
Tuhanlah penolongku ...
tangan kanannya yang menopangku ...
tangan kirinya menghancurkan lawanku ...
berkatnya selalu bersamaku ...
tiada yang bisa menggangguku ...
sebab lawanmu adalah Tuhanku ...
Kata-kata itu diteriakkan oleh Sagam walau hanya sekedar di dalam batin. Seakan doanya terjawab, Sagam berhasil menggerakkan tangan.
Ia meraih kepala dan rambut perempuan bertubuh besar yang menakut-nakuti dirinya. Dengan sekuat tenaga, Sagam menjambak rambut wanita itu, melemparkannya ke lantai, membenturkan kepalanya hingga berkali-kali.
Bahkan, tubuh Sagam tiba-tiba bisa bergerak, ia sampai terduduk melawan hantu wanita memiliki wajah yang sangat menyeramkan itu.
Bugh! Bugh! Bugh!
Sagam terus melemparkan kepala wanita itu ke lantai, membenturkan dengan sekeras-kerasnya hingga kepala itu hancur. Dengan nafas terengah-engah, setengah badan Sagam pun sudah terduduk, Sagam menatap tuyul yang menjerit dengan tangisannya, melihat sang ibu hancur di depan mata.
Bahkan, tuyul itu berlari ketakutan, ia masuk lagi ke dalam sebuah cermin yang menggantung di dinding ruang tamu.
Hantu wanita itu masih mencoba perlawanan, ia menggerakkan tangannya untuk meraih leher Sagam. Namun, usahanya sia-sia, lantaran Sagam sudah menangkis tangan wanita itu, lalu mematahkannya dengan sekuat tenaga.
Krek ...
Bunyi seolah-olah tulang patah pun terdengar hingga ke gendang telinga Sagam. Seketika, hantu perempuan itu menjadi asap putih yang mengepul, menghilang dan lenyap begitu saja.
"Shittt!" umpat Sagam, dengan nafas yang terenggal-enggal, bahkan lehernya terasa sakit seperti habis berperang.
Sagam mencoba melihat ke belakang tubuhnya. Aneh sekali, ia justru melihat kepalanya dengan mata terpejam sedang tertidur pulas. Padahal, posisi tubuhnya saat ini tengah terduduk, usai melawan hantu jahat yang ingin membunuhnya.
Sagam kembali memastikan, benar saja kalau dirinya yang sedang terduduk itu adalah roh yang keluar dari tubuh aslinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!