Saat Sagam terbangun, ia mencoba membuka pintu kost tapi ternyata tidak ada orang. Namun, saat dirinya menutup pintu utama, sekitar jam 6 pagi, tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
Sagam memberanikan diri membuka pintu sembari bertanya-tanya siapakah yang bertamu pagi-pagi begini. Sontak saja, Sagam terkejut melihat 7 orang anak kost pulang, berada di depan pintu menatapnya dengan tajam.
"Halo, bang!" sapa seorang anak kost.
Sagam pun hanya tersenyum. Beberapa diantaranya ada yang mengobrol tapi anehnya satu orang mahasiswi perempuan tiba-tiba meraung.
Beberapa mahasiswa ada yang masuk ke kamar tanpa memperdulikan keadaan, sibuk bermain laptop di dalam kamar. Namun, mahasiswa perempuan itu terus saja meraung histeris seperti orang kesurupan, membuat Sagam ketakutan.
"Kenapa kamu, kak? Kenapa cepat pulangnya?" ucap Sagam, menayakan kepada mahasiswi perempuan tersebut.
Namun, tidak ada jawaban, perempuan itu tetap saja meraung. Lalu, perempuan itu pergi ke belakang. Dan Sagam mencegahnya, mempertanyakan ke mana perempuan itu akan pergi.
"Mau kemana, kak? Ke kamar mandi bukan? Kalau ke sana, tunggu dulu, aku mau mandi!" cegah Sagam.
Namun, perempuan itu cuek saja, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sagam mengekorinya, pintu kamar mandi tak terkunci, ia mencoba mendorong pintu memastikan perempuan itu berada di dalam.
Brak!!
Suara dorongan pintu yang keras, Sagam mengedarkan pandangan mencari sosok mahasiswi perempuan bernama—Priska. Perempuan itu menghilang, tak tahu ke mana perginya.
Suara bising di ruang tamu terus memekakkan telinga Sagam. Dirinya semakin histeris saat tak menemukan jejak Priska yang menghilang begitu saja.
Teman-teman satu kostnya yang masih berkumpul di ruang tamu hanya ribut-ribut tak menanggapi teriakannya.
"Guys, kak Priska hilang? Gimana nih, ada yang tahu dia di mana?" celetuk Sagam, berteriak agar teman-teman satu kostnya merespon.
Usahanya sia-sia, tidak ada satupun yang menggubris pertanyaannya. Sementara, karena merasa dicueki, Sagam meminta pertolongan pada teman yang berada di dalam kamar.
"Tolong, Kak Priska hilang," teriak Sagam, di ambang batas pintu.
Aneh tapi nyata, temannya itu malah sibuk bermain laptop tak memperdulikan ucapannya. Akhirnya, Sagam ke ruang tamu, berteriak-teriak histeris dan marah-marah pada seluruh anak kost yang tersisa 6 orang.
"Kalian ini siapa sebenarnya? Nggak ada yang bicara maupun bantu aku! Kalian jangan berisik, kalian itu bukan teman satu kostanku!" sergah Sagam, berteriak bak orang gila memarahi keenam teman kostnya.
Semua hanya menatap tajam ke arahnya. Tiba-tiba muncul asap putih di depan wajah Sagam yang berdiri mematung di tengah ruang tamu sembari menatap tajam ke lima temannya yang berdiri di ruang tamu.
Asap putih itu seperti kilat, hampir mau menyambar tubuhnya. Namun, ia berhasil mengelak dan lolos dari semburan kilat. Kilat itu tiba-tiba masuk menyusup cermin yang terpajang di ruang tamu.
"Sepertinya ini masih mimpi," batin Sagam, saat ia tersadar masih terjebak dalam mimpi kedua lantaran teman-teman kostnya tidak ada yang menanggapi.
Lalu, Sagam memberanikan diri menegur keenam orang teman kost yang ia anggap nyata berada di kost-kostan tersebut. "Diam kalian semua! Kalian bukan teman kostku!" geram Sagam, menatap sengit kepada teman kost yang berdiri mematung.
Anehnya, enam orang mahasiswa tersebut menghilang tanpa meninggalkan jejak. Sagam kembali sendiri di dalam rumah. Ia masih sadar kalau masih terjebak dalam sebuah mimpi.
Tak berselang lama dari kepergian keenam orang penghuni kost, lalu muncul seorang anak kecil yang berlari-lari sambil tertawa.
"Hahhahaha," kekeh anak kecil tersebut sembari berlari-lari di ruang tamu.
Sagam makin merasa jengkel seolah-olah dipermainkan. Penampilan anak tersebut sangat aneh, hanya memakai popok dan bertelanjang badan tanpa memakai baju.
Ia berlarian ke sana ke mari, kepalanya botak dengan kulit kepala berwarna hitam pekat. Ia terus saja berlari tanpa henti sembari tertawa-tawa dengan suara yang memekkan gendang telinga.
Kemudian, anak kecil itu hendak menyambar Sagam. Tubuh Sagam bergetar ketika melihat anak kecil itu ingin menghampirinya, ia sudah ketakutan, bulunya berdesir meremang.
Namun, ketika hampir mendekat, bocah kecil itu malah melintasi tubuhnya, lalu masuk ke dalam sebuah cermin yang terpajang di ruang tamu.
Sagam pun mengekori ke tempat menghilangnya bocah kecil itu. Ia menatap cermin cukup lama hingga menemukan wajah bocah kecil di hadapannya.
Sayang, Sagam malah ditertawai oleh bocah kecil itu. Akhirnya, Sagam tersadar kalau ini memang hanyalah sebuah mimpi.
"Sana kalian pergi semua! Kalian itu bukan siapa-siapa, aku sebenarnya sendirian di kost ini!" teriak Sagam, membuyarkan alam bawah sadarnya.
Saat itu juga, Sagam seolah tersadar. Melihat tubuhnya yang tertidur dengan posisi yang berantakan. Ia kembali mengingat posisi tubuhnya seperti memulai tidur awal, ruhnya seakan terpisah dari tubuh itu.
Sagam mencoba memasukkan ruhnya, ia seakan tersadar kalau dirinya melihat diri sendiri yang tertidur pulas. Lalu, menggerakkan tubuhnya sesuai dengan posisi awal saat mulai tertidur lagi. Kepala dan kaki di tempatkan seperti posisi semula.
Ruhnya disesuaikan dengan lekukan tubuh dirinya yang tertidur pulas. Dan ia berhasil masuk, mengerakkan tubuh itu sesuai kemauannya. Aneh tapi nyata, kejadian pertama pun terulang.
Sagam berhasil menempatkan posisinya seperti posisi tidur awal, dengan ruh yang sudah kembali ke tubuh.
"Aneh kenapa roh dan tubuhku seolah-olah terpisah? Bahkan rohku saat ini terlihat tembus pandang! Sampai aku bisa melihat tubuhku bergerak sendiri," gerutu Sagam membatin, mencoba larut dalam pikirannya sendiri.
Sagam mengontrol pikirannya. Ia meminta agar matanya terbelalak lebar. Menyadarkan diri dan bangkit dari mimpi buruk yang menerka.
"Aku harus bangun! Aku harus bisa bangun! Ini semua hanya mimpi!" titah Sagam, menata pikiran sendiri.
Dalam sekejap, mata Sagam terbuka lebar. Sayangnya, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya sesuai kemauan. Bola mata itu hanya bisa memutar, menoleh ke kanan dan ke kiri.
Sagam mencoba menggerakkan tubuh tapi tak berhasil. Ia menatap jam di dinding serta kipas yang bergerak. Dan akhirnya memilih berdiam diri.
Kali ini, Sagam dikejutkan dengan kehadiran dua bocah kecil yang kerap dibilang orang-orang adalah hantu sejenis tuyul. Dua bocah itu berlarian, muncul dari cermin yang menempel di dinding, berlari ke arah kamar mandi yang tidak jauh dari tempat tidur Sagam yang berada di ruang tamu.
Suara cekikikan ketawa pun memecahkan keheningan saat itu. Sagam histeris ketakutan tapi mulutnya terasa kelu tak bisa bergerak.
Jangankan mulut, tubuhnya saja masih tak bisa bergerak sesuai kemauan. Dua tuyul berpenampilan tanpa memakai baju, hanya mengenakan popok untuk menutupi area keintimamnya.
Satu tuyul, memiliki warna kepala putih, sedangkan tuyul lain, kepalanya berwarna hitam pekat seperti awal pertama yang Sagam lihat di dalam mimpi.
Kedua tuyul itu berlari ke depan kaki Sagam, lalu tertawa dengan suara yang melengking.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments