bab19

Sagam berterima kasih pada Bu Dewi dan Pak RT. Sebagai bentuk rasa terima kasih, ia memberikan sebuah amplop untuk Bu Dewi dan Pak RT karena sudah membantu temannya hingga akhirnya sadarkan diri.

Sagam dan Manji berpamitan kepada dua orang tersebut, mereka berpisah karena harus melanjutkan pencarian kos-kosan baru. Untung saja, motor Manji sudah diamankan oleh Adit sebelum berangkat ke tempat kerjanya, sahabatnya itu sudah membawa motor Manji ke minimarket untuk diamankan.

"Kalau begitu terima kasih Bu Dewi dan Pak RT, berkat bantuan kalian Manji sekarang sudah tersadar, mudah-mudahan dia tidak akan dirasuki oleh makhluk asing lagi seperti kemarin." Sagam menjabat tangan Pak RT dan Bu Dewi secara bergantian.

"Sama-sama, Dek lain kali hati-hati, jangan berucap sembarangan, aplagi jangan bertingkah yang aneh-aneh karena makhluk halus sangat menyukai hal-hal yang seperti itu. Mungkin Dek Manji dulu sempat berbuat aneh makanya dirasuki oleh hantu tersebut," ucap Bu Dewi.

"Maaf ya, Pak, Bu sudah membuat kalian kesulitan, saya sendiri memang tidak ingat apa yang terjadi pada diri saya tetapi saya minta maaf karena sudah membuat kegaduhan hingga menyulitkan Bapak dan Ibu," tutur Manji.

"Lain kali hati-hati, jangan lupa berdoa. Dan bersihkan dulu tubuhmu, supaya terhindar dari hal buruk," pesan Bu Dewi.

Kemudian, keduanya berlalu pergi dari kantor Kepolisian. Setelah itu, Sagam membawa Manji kesebuah warteg untuk mengisi perut agar mereka memiliki sedikit tenaga.

"Jadi begini, Ji setelah nanti kita mengenyangkan perut, kita harus mulai mengembara lagi untuk mencari kos-kosan baru." Sagam menatap lekat mata elang Manji.

Setelah menghuni dua kos-kosan yang memiliki misteri, kini mereka harus berhati-hati untuk mencari kos-kosan baru. Kosan pertama, misteri yang diungkap adanya seorang anak pemilik rumah yang meninggal diruang bawah tanah.

Kini, kosan kedua ternyata memiliki sebuah misteri di dalamnya yaitu sebuah seorang gadis gantung diri berada di dalam kamar yang mefeka tempati. Sagam menceritakan misteri kedua yang akhirnya diketahui oleh Manji. Hingga membuat pria itu terkejut.

"Di kosan terakhir, misteri yang diungkap adalah penghuni kamar kita gantung diri karena dilecehkan oleh pemilik kos," sambung Sagam.

"Apa aku tidak salah dengar?" kata Manji seraya menatap lekat wajah sahabatnya.

Sagam dan Manji menyantap makanan setelah pemilik warteg memberikan dua piring nasi, selama 10 menit mereka menghabiskan makanan tersebut. Lalu, akhirnya Sagam membawa Manji ke minimarket di mana Adit tengah bekerja, Manji berniat untuk menumpang mandi.

Adit, Manji dan Sagam masih bekerja di perusahaan retail, yang menangani sebuah minimarket. Hanya saja, mereka berbeda perusahaan.

Oleh karena itu, sangat wajar jika ada teman-teman Pradityo yang datang untuk sekedar nongkrong ataupun menumpang di minimarket untuk keperluan pribadi.

Tak berselang lama, kemudian Sagam sudah membonceng Manji di belakang, ia melajukan kendaraan bermotor menuju minimarket tempat bekerja Adit

Saat itu, Adit sedang beristirahat sejenak, menyantap makan siang. Ia melihat dari kejauhan kedatangan Sagam dan Manji. Kemudian, Adit langsung menghampiri dan menanyakan kondisi Manji saat ini.

"Apakah kamu sudah sadar, Ji?" tanya Adit, seraya mengusap wajah Manji untuk memastikan pria itu baik-baik saja.

"Iya, aku sudah merasa enakan tetapi aku perlu membersihkan tubuhku. Bolehkah aku menumpang mandi di tempat kerjamu?" sergah Manji tanpa basa-basi.

"Wah, mandi saja sana. Oh, ya motormu ada di parkiran ini, tadi pagi sudah aku amankan karena kosan lama kita sudah tidak boleh didatangi lagi. Tempat itu benar-benar keramat!" sesal Adit.

"Aku baru tahu ceritanya dari Sagam karena kejadian tadi malam tapi tidak satupun yang ada tersisa di ingatanku," ungkap Manji.

"Kamu benar-benar tidak ingat apa yang sudah kamu lakukan padaku? Kamu mencekik leherku, sangat sakit dan masih berbekas sampai sekarang." Pradityo melingkarkan tangan di leher, tersisa tanda merah melingkar di sana.

"Iya, maaf aku benar-benar tidak sadar tapi itu bukan perbuatanku melainkan perbuatan setan itu!" umpat Manji dengan kesal.

"Seharusnya kamu melawan dong, supaya tubuhmu tidak dikuasai oleh hantu cantik itu," tampik Adit.

"Bagaimana mau melawan kalau aku sendiri tidak sadar, Adit-Adit kamu ada-ada saja!" ledek Manji.

"Ya, kalau aku menjadi kamu mungkin aku juga merasakan hal yang sama sepertimu. Ah, tapi aku nggak mau kalau sampai dirasuki setan seperti itu, makanya kamu jangan suka bertingkah asal!" Adit menoyor kepala Manji karena membuatnya kesal dengan kehebohan tadi malam.

"Aw! Iya, ya! Udahlah, aku mau numpang mandi dulu, antarkan aku karena tidak enak jika terlihat oleh teman-temanmu yang lain!" imbuh Manji.

"Ayo ikuti aku. Gam, kamu istirahat saja dulu di sana bersama rekan-rekanku yang lain!" seloroh Adit, lalu menarik lengan Manji agar mengikutinya ke belakang.

Adit mengantarkan Manji sekaligus membawa barang-barang hingga Manji masuk ke dalam kamar mandi. Tak berselang lama, pria itu pun keluar dengan tubuh yang sudah merasa bugar dan segar kembali.

"Kamu pulang jam berapa?" tanya Manji pada Adit, setelah melihat temannya itu menunggu tak jauh dari pintu kamar mandi.

Manji tahu karena mereka harus segera mencari kosan baru yang akan ditempati malam ini.

"Ya, sekitar jam 5 sore sudah pulang kok, kalian pergi saja dulu mencari kos-kosan baru, mudah-mudahan kita tidak dapat kosan keramat seperti kosan pertama dan kosan kedua lagi! Ih ... ngeri!" desah Adit, mengusap kedua lengannya.

"Iya, ya! Kenapa kita selalu sial mendapat kosan keramat, aku sendiri terheran-heran kenapa kita bisa menempati kosan yang menyeramkan seperti itu. Untung saja kosan itu sudah dimasa akhir sewa. Coba kalau panjang, sementara uang sudah masuk banyak, bisa-bisa uang kita tidak kembali," gerutu Manji.

"Entahlah, mungkin karena daya tarik si Sagam sangat kuat, apalagi dia memiliki indra keenam yang bisa melihat sosok hantu seperti itu. Jadi kita selalu mendapat kesialan!" ucap Adit asal.

"Ah, kamu suka sekali berpikiran buruk seperti itu, bukan kemauannya juga dia bisa memiliki indra keenam tapi setidaknya dia bisa membantu kita kalau terjadi hal-hal yang mistis seperti yang aku alami kemarin," sahut Manji.

"Iya sih, mudah-mudahan kosan kita yang ketiga ini, terbebas dari kata keramat," pesan Adit.

"Kalau begitu aku pamit dulu!" papar Adit.

Bersama Sagam, akhirnya mereka berdua akan mencari kosan yang baru sembari menunggu kepulangan Adit.

"Kami cari kosan dulu, jadi nanti kamu bisa langsung datang saja kalau kita sudah menempati kosan baru itu," tukas Manji.

"Eh, jangan lupa tanya orang-orang sekitar sebelum menempati kosan yang baru, bisa saja kayak kosan pertama dan kedua, terlalu banyak hal-hal mistis seperti yang kita alami!" pesan Adit mengingatkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!