Ch. 7:Perdebatan

Mengangkat kedua tangannya ke atas, Yawagusa berjalan ke luar meja kasir dan mendekati mereka. Mereka yang terdiri dari lima orang, dua orang yang sedang berada di kedua sisi Yawagusa, sedangkan tiga orang lainnya sedang mengintai diluar toko untuk mengawasi situasi yang ada.

"Cepatlah!"

"Baik."

Melirik ke kedua sisi yang terdapat pria gemuk yang tingginya sekitar 160 cm, dan pria kurus berwajah cekung dengan tatapan mesem yang tingginya sekitar 175 cm, Yawagusa yakin bahwa dirinya dapat melakukan sesuatu sebelum dia dibawa ke suatu tempat.

Aku harus lakukan sesuatu sebelum mereka menyadarinya.

Langkah kakinya yang berhenti membuat kedua pria di dekatnya kebingungan, memegang kedua pundaknya untuk menyuruhnya tetap berjalan.

"Cepat pergi atau kau akan aku tembak!"

"Itu benar. Ikuti saja perintah kami!"

"Baik."

Berpura-pura mengikuti perkataan mereka, Yawagusa memutar kedua lengannya, melilit pergelangan tangan mereka dan menendang perut di sisi kanan-kiri mereka membuat mereka terjatuh ke lantai.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada, pistol yang tersungkur ke lantai diambil olehnya dan ditodongkan ke ketiga pria yang menyadari bahwa ada yang aneh di dalam.

"Cepat angkat tangan kalian atau aku akan tembak kalian!"

"Kau yang seharusnya angkat tangan!"

"Cih..."

Tidak mendengar kata-kata dari Yawagusa, ketiga pria yang berada di kejauhan menembak pistolnya ke arahnya membuat Yawagusa kesulitan untuk bisa menembak dari jarak jauh.

Selama ini dia belum pernah mengetahui bagaimana cara pistolnya bekerja. Terlepas dari dirinya yang mahir dalam beladiri, dia tidak ingin menyakiti siapapun karena dia tahu membunuh orang sama seperti tindakan kejahatan.

Tapi, jika dia tidak melakukan apapun, cepat atau lambat dia akan ditembak oleh mereka jadi Yawagusa tidak memiliki pilihan selain melakukannya.

Tembakan pertama dilakukan yang mengenai pria gemuk yang hendak bangkit dari jatuhnya mengenai dadanya membuat dia meringis kesakitan, tembakan kedua dilakukan lagi olehnya pada pria kurus berwajah cekung yang mengenai kaki kanannya, dan tembakan ketiga yang mengenai kaki kiri pria bertubuh kurus berwajah cekung membuat mereka berdua tidak dapat melakukan apapun.

Di tempat yang cukup jauh, Hiragaki yang terbawa emosi buru-buru ke kediaman Mitsuki untuk meminta penjelasan atas kedekatannya dengan Shirinsa Nao, orang yang telah berbuat baik padanya di masa lalu di pekerjaan lamanya.

"Keluarlah, Mitaki! Aku tahu kau ada di dalam bukan!?"

Emosinya semakin meluap-luap saat dia menggedor-gedor pintunya berkali-kali menggunakan pukulannya yang kuat.

Di dalam rumah, Mitsuki yang sedang duduk di sofa sambil meminum teh yang ada di tangannya meletakkan cangkirnya, menghela nafas atas sikap tidak sopan yang dilakukan oleh temannya, Hiragaki.

"Cepat keluarlah! Jika kau seorang pria maka selesaikan ini denganku, jangan jadi pengecut!"

Kata-kata itu adalah sesuatu yang tidak bisa dimaafkan oleh Mitsuki jadi dia bangun dan berjalan menuju ke gerbang pintu, membukanya dan menatapnya dengan ekspresi kesal.

"Kenapa kau terlihat ma–"

Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, tinju mengenai pipi kanan Mitsuki membuatnya tersungkur ke tanah, terkejut atas perlakuan sahabatnya dalam diam.

"Kau benar-benar brengsek, Mitaki! Aku pikir kau adalah orang yang dapat diandalkan dan dipercaya, tapi kau adalah orang bejat sama seperti orang-orang pada umumnya!"

"Orang bejat?"

Berdiri dan mengusap wajahnya, Mitsuki mengelap darah yang ada di mulutnya.

Bisa dikatakan Mitsuki paham atas kekesalan yang terjadi pada temannya, Hiragaki, tapi dia sendiri tidak menyangka bahwa masalah ini akan menjadi sangat serius ketika dia marah terhadapnya.

"Aku sama sekali tidak melakukan apapun."

"Bohong!"

Sekali lagi tinju diarahkan ke wajahnya, tapi kali ini Mitsuki menahannya, menatap wajahnya dengan dingin pada Hiragaki lalu memelintir tangannya ke belakang tubuhnya sambil menahan salah satu lengannya yang ada di sisi sekuat tenaganya.

"Dengarkan aku, Hiragaki, aku tahu kau tidak akan percaya padaku, tapi apakah kau benar-benar berpikir bahwa aku adalah orang bejat seperti yang kau pikirkan selama ini?"

"Apa maksudmu!? Lepaskan aku, brengsek!"

Masih meronta-ronta atas pergerakan yang dilakukan oleh Mitsuki, Hiragaki tidak dapat melakukan apapun, sebaliknya, dengan dirinya diserang dan ditahan seperti ini pada kedua tangannya, Hiragaki yakin bahwa Mitsuki dinyatakan bersalah.

Tapi, nyatanya tidak seperti yang diperkirakan oleh Hiragaki. Mitsuki yang awalnya dijebak diharuskan untuk melakukan apa yang diinginkan oleh Shirinsa agar dia dapat memprovokasi Hiragaki untuk menghancurkan pertemanannya yang dibangun selama ini.

Sehari yang lalu, di waktu malam hari.

"Apa yang kau inginkan dariku?"

"Aku hanya ingin satu hal darimu yaitu serahkan dirimu dan menyerah padaku!"

Di depan dan belakang terlihat kedua pria menghadang Mitsuki dari kedua sisi membuatnya berpikir mereka adalah orang-orang suruhannya, terlihat dari tubuh mereka yang kekar dan berotot, serta berkulit hitam pada dua orang sedangkan dua orang lagi berkulit putih seperti orang inggris, Mitsuki yakin melakukan kekerasan akan percuma.

"Baiklah. Jadi, apa yang kau inginkan?"

Mengangkat kedua lengannya menandakan bahwa dia menyerah, Shirinsa terkekeh dan tertawa.

"Kamu benar-benar memahami kondisimu sekarang ya."

Dengan aba-aba menggunakan kepalanya yang digerakkan dan matanya yang melirik ke keempat orang yang menghadang jalan Mitsuki, mereka mendorong punggung Mitsuki ke suatu tempat yang dipimpin oleh Shirinsa yang berada di depan mereka.

Selama mereka berjalan, Mitsuki memiliki firasat bahwa dia akan mengalami dua hal yang akan terjadi padanya; diculik atau dijebak untuk suatu hal, hanya itu yang dapat dia rasakan melalui punggung Shirinsa yang tidak mengatakan apapun melainkan terus-menerus membawanya.

"Kita telah tiba."

"Ini..."

"Bagaimana? Apakah kamu terkejut?"

"Kau... jangan bilang kalau kau ingin aku..."

"Ya, aku ingin kamu berpura-pura melakukannya terhadapku."

Menjentikkan jarinya, keempat pria membawa Mitsuki memasuki pintu hotel mewah, menaiki lift, dan berhenti tepat di pintu kamar dengan nomor 123 yang ada di lantai kelima lalu memasukkan Mitsuki ke dalamnya dan menguncinya.

"Lepaskan aku! Oi, bukankah lebih baik jika kau lepaskan aku!?"

Menggedor-gedor pintu kamarnya berkali-kali, keempat orang yang sudah pergi membuat usaha Mitsuki sia-sia jadi dia hanya pasrah atas apa yang terjadi nantinya.

Sial.

Menginjak lantai yang indah dengan kaki kanannya, dia mengklik lidahnya, kesal atas jebakan yang akan terjadi nantinya.

Langkah kaki terdengar di kejauhan yang menggema hingga ke kamar dimana Mitsuki berada.

Sial. Harus kemana aku pergi?

Melihat ke sekeliling ruangan, tidak ada satupun jendela maupun balkon yang dapat digunakan Mitsuki untuk kabur, sebaliknya, seluruh ruangan kamar yang dilihatnya hanya berisi kamar mandi, kamar biasa dengan televisi, rak baju, lampu, dan AC yang menyala.

Ketika pintu dibuka, Mitsuki menengok ke belakang perlahan-lahan layaknya pintu tua yang berderit sambil berekspresi takut. Tepat saat pintu terbuka, Shirinsa Nao datang bersama satu bodyguard yang berkulit hitam dan gagah di sisinya membuat Mitsuki tidak dapat melakukan apapun.

Padahal Mitsuki ingin Shirinsa memasuki kamar sendiri agar dia dapat melancarkan aksinya dengan melumpuhkan beberapa titik fital di tubuh Shirinsa, tapi sepertinya dia salah memperkirakannya. Alih-alih senang, Mitsuki justru hanya bisa menghela nafas dan menyerah.

"Baiklah. Mari kita mulai melakukannya."

Menjentikkan jarinya, bodyguard yang ada di sisi Shirinsa mendekati Mitsuki, melepaskan pakaiannya lalu mendudukkannya di kursi. Begitupun Shirinsa, dia ikut melepaskan pakaian yang hanya memperlihatkan bra dan payudara besarnya yang sedang terbaring di kasur dalam posisi rebahan.

"Sekarang lakukanlah!"

"Apa maksudmu?"

"Pegang payudara aku!"

"Baiklah."

Tidak dapat menolak maupun membantah, Mitsuki yang berada di kursi berjalan ke kasur, dia mulai menahan salah satu lengannya, memegang payudara dengan tangan kanannya, dan menatapnya dengan dingin.

"Bisakah kamu tidak melihatnya seperti itu? Aku akan menghabisi dirimu jika kamu tidak menuruti perkataan aku."

"Cih..."

Secara terpaksa, Mitsuki tersenyum mesem padanya meski terlihat dipaksakan.

Dia yang memegang payudara Shirinsa dengan tangan kanan, senyuman mesem yang terpaksa, pose menimpa tubuh Shirinsa dengan satu tangan yang menyangga tubuh Mitsuki, bodyguard tersebut segera memfotonya dan mengirimkannya ke ponsel Shirinsa.

"Terimakasih!"

"Ya."

Mitsuki yang berniat pergi usai mengenakan pakaian, terdiam sesaat sambil menoleh ke arahnya lalu kembali melanjutkan jalannya menuju pintu.

"Tunggu sebentar!"

Tepat saat dirinya mau membuka kenop pintu, dia dicegah oleh Shirinsa yang telah mengenakan pakaiannya, berjalan mendekati dirinya, dan tersenyum di sisinya yang menolehkan wajahnya ke kanan.

"Aku ingin kamu tahu bahwa aku tidak akan melepaskan dirimu. Sebagai ganti atas dirimu yang sengaja mengikuti aku, aku akan meminta orang lain untuk berada di sini menggantikan dirimu."

"Apa maksudmu?"

"Kamu tahu kan siapa dia?"

Terdiam sejenak saat ingatannya beralih pada Yawagusa Reina, Mitsuki berkeringat dingin atas kata-kata yang tidak bisa diabaikan oleh Shirinsa.

Terlepas dari dirinya dijebak, dia juga diharuskan untuk memberitahu Yawagusa untuk berhati-hati pada kondisinya karena Shirinsa, dia akan menargetkan dirinya sebagai korban berikutnya menggantikan Mitsuki.

"Baiklah. Kamu boleh pergi."

Dikarenakan Shirinsa sudah tidak peduli untuk bersenang-senang bersama Mitsuki, dia kembali duduk di kasur sambil memainkan ponselnya.

Mitsuki yang kesal dan tidak tahan, dia bergegas pergi sambil memasang ekspresi jengkel atas dirinya yang telah dipermainkan. Meskipun itu hanya berpura-pura, dia tahu apa yang akan terjadi berikutnya.

Cepat atau lambat, Hiragaki pasti akan datang padanya, memarahinya dan memukulnya, itulah prediksinya.

"Aku harus segera menghubunginya."

Teringat akan ancaman Shirinsa, Mitsuki mengeluarkan ponsel dan menghubungi Yawagusa yang sedang bekerja di toko miliknya untuk berhati-hati.

Hanya itu yang bisa Mitsuki ingat atas kejadian yang terjadi sebelumnya di kemarin malam.

"Jika kau tidak bersalah, lepaskan aku!"

"Aku tidak mau melepaskan dirimu karena kau adalah orang yang keras kepala!"

"Guh..."

Dengan dorongan kuat ke permukaan tanah pada punggung Hiragaki, dia kesakitan sejenak saat tubuhnya dihantam oleh Mitsuki. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Mitsuki juga memberinya pukulan tiga kali di kepalanya membuat Hiragaki meringis kesakitan.

"Jika kau ada di posisiku, kau pasti tidak mungkin akan melakukannya juga bukan? Kau tahu maksudku?"

"Aku tidak tahu maksudmu, brengsek!"

"Cih..."

Membalikkan tubuh Hiragaki, dia mencoba untuk menyerang Mitsuki namun gagal. Mitsuki yang menangkis tinju dari tangan kanan Hiragaki, meletakkannya di atas kepala, sedangkan tangan kirinya yang diapit oleh salah satu lututnya mengunci pergerakannya dengan mudah.

Secara keseluruhan, Mitsuki memang ahli dalam beladiri. Terlepas dari dirinya sengaja mempelajari berbagai macam teknik dari pecak silat dan karate, dia unggul dalam pertarungan fisik. Sayangnya Mitsuki tidak unggul dalam fisiknya melawan pria yang menjadi bodyguard Shirinsa, dia tahu bahwa melakukannya hanya akan bunuh diri jadi dia sengaja terlihat lemah dihadapan Shirinsa.

"Kau mungkin keras kepala, tapi aku ingin kau tahu sesuatu tentangku, Hiragaki...."

Satu pukulan mendarat di pipi kanan Hiragaki. Mitsuki yang melotot padanya membuat Hiragaki yakin bahwa dia telah sepenuhnya salah dalam mengambil keputusan, dimana Mitsuki yang bersalah terlihat kesal atas pernyataannya tadi.

"Apakah kau pernah melihat aku sedang berjalan bersama gadis-gadis lain di sekolah? Adakah gadis yang mau aku kencani selama masa SMP maupun SMA? Apakah kau tahu itu?"

Dua kali pukulan mendarat di pipi kiri, disusul oleh ketiga kalinya oleh kedua tinju Mitsuki yang memukulnya dengan kuat di kedua pipi Hiragaki membuat dia memuntahkan darah, mimisan, dan memar saat melihat teman baiknya, Mitsuki kesal atas dirinya.

Hiragaki sudah tidak lagi marah, satu-satunya yang dia pikirkan adalah perkataan Mitsuki tadi adalah kebenaran yang diketahui Hiragaki.

Selama masa SMP dan SMA, Mitsuki tidak pernah berkencan dengan seorang gadis yang berasal dari kelasnya maupun kelas lain, dia sama sekali tidak mempedulikannya. Walaupun banyak sekali orang yang jatuh cinta atas ketampanannya, kekayaannya, dan kekuasaannya, Mitsuki benar-benar menolaknya karena dia tahu bahwa mereka adalah gadis-gadis yang merepotkan.

Terlepas dari dia memiliki trauma pada seorang wanita, dia juga tidak mau karena itu merepotkan. Daripada memiliki seorang pacar, Mitsuki lebih memilih mempertahankan pertemanan yang dijalin oleh mereka bertiga selama ini, dan menghabiskan waktu untuk menjadi otaku seumur hidupnya.

Itulah mengapa Hiragaki terdiam saat tahu bahwa temannya tidak tertarik terhadap siapapun yang menyukainya, baik itu mendekati dirinya maupun tidak, Mitsuki langsung menolaknya.

"Maaf..."

"Aku juga minta maaf."

Mengulurkan tangannya pada Hiragaki, dia menerima uluran tangan Mitsuki yang membuatnya bangkit dari terbaring menjadi berdiri sambil berpelukan dalam waktu singkat.

"Dengarkan aku, Hiragaki, aku telah dijebak oleh Shirinsa."

"Dijebak?"

Melepaskan pelukannya, Mitsuki memandang Hiragaki dengan ekspresi serius yang seolah-olah dia tidak terlihat berbohong maupun bermain-main dengannya.

"Shirinsa adalah gadis yang tidak sama seperti yang kau perkirakan, dia adalah gadis sialan yang telah menjebak aku dengan berpura-pura menyuruhku untuk memegang ***********."

Kedua tangannya yang mengepal kuat membuat Mitsuki ingat bahwa dirinya dipermainkan sebelumnya oleh Shirinsa, wanita ****** yang baru kali ini menjatuhkan martabatnya sebagai seorang pria. Saking kesal dan muak, Mitsuki ingin sekali menghajar wajahnya yang menjengkelkan dalam satu kali pukulan telak untuk menghancurkan wajah cantiknya.

"Selain itu... dia juga mengincar Yawagusa untuk dijadikan sebagai pengganti dariku."

"Pengganti?"

"Ya."

Tanpa berlama-lama, Mitsuki menjelaskan semua yang terjadi padanya, percakapan bersama Shirinsa, serta ancaman yang dilakukannya membuat Hiragaki terkejut dalam diam sambil tidak menyangka bahwa dibalik sikap baik Shirinsa, ternyata dia adalah iblis kejam yang telah mempermainkan dirinya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!