Hiragaki POV
"....."
Suara burung terdengar secara samar-samar. Cahaya mentari yang masuk melalui gorden membuat mataku tidak dapat tertutup kembali.
"Sudah siang ya."
Aku bangun dari tidur nyenyak. Melihat ke arah rak baju, aku perhatikan jam yang ada di atasnya. Jam tersebut menunjukkan pukul 12.00 yang artinya masih ada waktu lagi sekitar 1 jam dari sekarang.
Menggaruk rambutku, aku bangun dan bergegas untuk mengambil beberapa pakaian lalu menuju ke kamar mandi.
Pikiranku kembali teringat akan kejadian semalam yang membuat aku sulit untuk tidur tepat waktu. Ya, kejadian dimana itu adalah skenario yang tidak aku sangka dan perkirakan dalam membaca suasana.
Semalam, tepat pukul 12.00, aku secara tidak sengaja menerima sebuah pesan yang tidak aku ketahui darimana nomor tersebut ada.
Nomor yang terlihat mencurigakan membuat aku berpikir kalau dia adalah penipu yang hendak melakukan segala cara demi mendapatkan uang dari pemerasan terhadapku. Sebelum aku membalasnya, aku mengabaikannya agar tidak ada kontak diantara kami.
Dengan tidak adanya kontak, aku merasa itu adalah cara tepat dalam menangani penipuan seperti ini.
Apabila kita membalas pesannya, kita hanya akan dimanfaatkan olehnya. Tidak hanya mereka yang mengaku sebagai teman kenalan maupun orang-orang di sekitar kita, mereka juga akan mengaku kalau mereka sedang dalam musibah dan membutuhkan uang dalam jumlah yang cukup banyak untuk biaya perawatannya.
"....."
Tiba-tiba suara dari nada dering berbunyi lagi.
Karena rasa penasaran memenuhi pikiran, aku mencoba mengambil smartphone lalu melihat ke arah layar untuk mengetahui siapa yang mengirimkan aku pesan. Apabila orang yang mengirim pesan bukanlah orang yang ada dalam kontak, aku akan abaikan untuk selama-lamanya atau lebih parahnya lagi aku akan memblokir nomornya dan menghapusnya agar hidupku menjadi tenang dan damai.
"Ini...."
Tak disangka melihat isi pesan yang tertera, aku menyentuh nomor yang ada pada layar lalu mencoba menghubunginya secara langsung. Untungnya nomor ini terdapat nomor Whatsapp jadi memudahkan aku untuk menghubungi tanpa khawatir akan pulsa yang tersedot banyak.
"Halo."
"Halo, Shirenzo."
Suara ini...
Aku sangat kenal dengan siapa pemilik suara tersebut. Tentunya aku tidak akan tanya langsung siapa dia dan lebih memilih untuk berpura-pura menanyakan ini padanya seolah-olah aku tidak tahu siapa dia daripada langsung menebak orang tersebut, itu sama seperti jebakan yang sengaja dia pasang untuk menipu aku.
"Maaf, apakah aku kenal kau?"
"Ini aku, Shirenzo, Shirinsa Nao, teman seangkatan kerja."
"Shirinsa Nao ya."
Seperti yang kuduga, dia adalah orang yang mengaku sebagai Shirinsa Nao. Walaupun suaranya terdengar sama persis dengan Shirinsa yang asli, aku tetap sebisa mungkin untuk tenang tanpa perlu senang maupun bersemangat untuk memastikan padanya sekali lagi.
"Darimana kau mendapatkan nomor aku?"
"I-itu... aku memintanya pada Majime."
"Majime?"
Orang itu ya...
"Memangnya kenapa, Shirenzo?"
"Tidak, aku rasa tidak ada apa-apa."
Lebih baik menutup mulut daripada mengatakan terus terang padanya mengenai Majime dan aku yang selalu tidak akrab dan berakhir dalam diam satu sama lain.
Jika Shirinsa tahu kalau Majime bermasalah denganku, dia mungkin akan menyuruh Majime untuk lebih percaya dan berteman baik padaku. Hasilnya bisa aku tebak melalui bayangan di pikiranku sendiri, Majime akan melakukan sesuatu yang buruk padaku lalu melaporkan ini pada mereka, para atasan untuk memberikan aku surat peringatan.
"Apakah kamu besok libur, Shirenzo?"
"Ya, aku libur besok. Memangnya kenapa, Shirinsa?"
"Apakah kita bisa ketemuan sore hari?"
"Sore hari?"
Atmosfer tiba-tiba terasa aneh dan canggung. Hening sempat terjadi dalam beberapa menit tanpa ada satupun dari kami yang berbicara.
Kalau dipikir-pikir, aneh sekali bagi Shirinsa mengajak aku untuk bertemu besok di sore hari. Apakah ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan olehnya padaku atau dia ingin aku menemaninya berkunjung ke suatu tempat, aku masih tidak mengerti dengan undangannya yang mendadak.
"Aku ingin mengajakmu berkunjung ke kuil yang ada di bukit Kasla."
Begitu ya. Berkunjung rupanya.
Yah, ini sudah biasa terjadi diantara kita sebelumnya.
Beberapa waktu yang lalu, aku dan Shirinsa seringkali bepergian bersama. Shirinsa yang meminta aku untuk menemaninya dalam perjalanan membuat aku bertanya mengapa harus aku yang dipilihnya? Bukankah masih ada orang lain yang pantas mendampinginya seperti Tenra atau Mejima yang menyukai Shirinsa?
Seiring berjalannya waktu, kejadian seperti ini sudah seringkali terjadi padaku. Shirinsa yang tiba-tiba mengundang aku secara mendadak untuk berkunjung dan meminta aku untuk menemaninya, sesuatu seperti ini pernah beberapa kali aku alami bersamanya.
Memang aku tidak ada perasaan apapun padanya. Mengingat kalau aku adalah pria yang hanya menyukai hobiku sendiri, aku tidak mungkin bisa untuk mencintai orang-orang yang ada di kehidupan nyata.
"Apakah kamu bisa ikut besok, Shirenzo?"
"Aku akan mengusahakannya."
"Benarkah? Terimakasih ya, Shirenzo."
Dia benar-benar terlihat senang atas jawabanku.
Sulit untuk menganggap kalau dia adalah Shirinsa yang sama, Shirinsa yang selalu denganku terasa berbeda dari Shirinsa biasanya. Biasanya Shirinsa bersikap anggun dan berwibawa dalam melakukan pekerjaan. Setiap aktivitas yang dilakukannya sangat indah dan cantik sehingga banyak dari para wanita yang menganggap dia sebagai Onee-sama dan membangga-banggakan pujian tersebut.
Berbeda dengan wanita, para pria menganggap kalau Shirinsa adalah Dewi Berhati Mulia. Terlihat dari bagaimana mereka memandang, mereka melihat ke arah tubuh dan gerakan yang dilakukan oleh Shirinsa setiap harinya.
Memang terdengar menjijikkan untukku melihat mereka seperti itu. Terlepas dari aku ini adalah seorang pria, aku sama sekali tidak tertarik akan hal-hal tersebut. Yang membuat aku tertarik ialah tatapan dan ekspresi yang mereka perlihatkan pada tubuh menggoda Shirinsa sendiri.
Telepon ditutup olehnya. Meletakkan smartphone di atas rak baju, aku merenungkan beberapa kemungkinan yang ada pada esok hari.
Pertama, aku harus pergi ke acara event. Acara ini adalah acara wajib bagi para Otaku maupun Animerz untuk menghibur diri mereka dari segala macam aktivitas yang membuat mereka lelah dan stress. Ini merupakan acara yang jarang diadakan yang hanya ada setahun sekali. Tak hanya itu, aktivitas ini juga sangat bagus untuk merilekskan tubuh dari beban dan tanggung jawab seseorang di kenyataan.
Kedua, aku juga harus menyiapkan waktu di sore hari. Alangkah baiknya jika aku pergi sebelum pukul tiga sore. Sebelum pukul lima sore, dimana aku berjanji pada Shirinsa untuk menemaninya di tempat ketemuan nanti. Yang membuatku cemas dan khawatir ialah teman-temanku sendiri. Mereka mungkin akan berpikir kalau aku sudah lupa atas persahabatan kami sehingga mementingkan wanita baru yang kukenal daripada sahabat aku sendiri, ada kemungkinan kalau sesuatu seperti itu terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments