Suasana kantin kampus itu berbeda dengan kanti sewaktu mereka masih duduk di bangku SMA. Atau mungkin memang perlu adaptasi agar senyaman dulu?
Yumna dan Yuri serta Lukas mencari tempat duduk yang paling enak dan santai. Mereka memilih meja yang berada di ujung kantin. Tepatnya di bagian pojok. Di kantin itu memang belum terlalu ramai, tapi sebentar lagi pasti ramai, karena sudah waktunya jam makan siang dan selesai perkuliahan sesi dua sekaligus menunggu kelas untuk sesi tiga.
Kebetulan Yumna dan Yuri memang tidak ada kelas setelah ini. Jadwal hari ini hanya sesi satu dan sesi dua saja. Setelah ini memang mereka mau healing tapi tanpa Lukas. Makanya kedua sahabat itu beralasan.
"Pesan saja sesuka kalian. Gue yang akan bayar," ucap Lukas dengan sedikit sombong.
Lukas adalah keturunan tionghoa dan dari keluarga yang sangat kaya raya. Apapun yang menjadi keinginan Lukas harus bisa di wujudkan dengan cara apa saja.
"Hemm ... Yumna kalau makan banyak lho," goda Yumna pada Lukas.
"Bagus dong. Biar montok," ucap Lukas tertawa lepas membuat Yuri dan Yumna saling berpandangan. Ada yang tidak beres ini pada diri Lukas Anaknya baik, tampan dan pintar tapi kelakuannya sedikit vulgar.
"Dasar," ketus Yuri kesal. Yuri memang tidak suka pada lelaki yang sudah terlihat modus seperti Lukas.
"Piss ah ... Gak usah baper cuma bercanda," ucap Lukas masih tertawa dengan suara keras.
Ketiga mahasiswa baru sudah menikmati makanan sesuai pesanan. Yuri dengan bakso, Yumna memilih siomay, dan Lukas memilih nasi pecel ayam.
Mereka bertiga asyik membicarakan hal -hal yang tak penting dan lebih absurd.
Di samping mereka ada sebuah meja yang di isi oleh senior mereka. Mereka sedang membicarakan hubungan Duta dan Atika yang semakin lama semakin dekat dan lengket saja.
"Devi, Loe kan sahabat Atika. Hubungan Atika sama si tampan Duta itu apa? Mereka sudah resmi pacaran apa cuma sebatas hubungan atasan dan bawahan di organisasi. Setidaknya kalau memang gak ada hubungan, masih ada celah dong buat deketin si ganteng Duta," ucap Vira yang sejak dulu selalu bersaing ketat dengan Atika untuk mendapatkan Duta. Mereka berdua dulu pernah bersaing untuk mendapatkan jabatan sebagai sekertaris BEm, tapi malah Atika yang keterima. Vira cukup puas hanya menjadi sekertaris himpunan mahasiswa fakultas teknik arsitektur.
Devi menyeruput es tehnya dan mengendikkan bahunya pelan. Hubungannya dengan Atika agak merenggang karena sesuatu hal.
"Gue gak pernah tahu sekarang. Tapi ... Gue rasa belum sih. Atika saja yang terus menerus mengejar Duta. Tapi loe lihat sendiri kan? Duta itu gimana dari semester satu? Kelihatan care tapi gak ada perasaan apa -apa. Gue bingung banget, terus cewek idaman Duta yang kayak gimana sih? Setahu gue, kalau cowok itu akan cari cewek yang hobbynya pasti sama kayak dia. Kalau dia suka organisasi pasti menyukai cewek yang levelnya juga sama. Betul gak? Saran gue sih, maju aja terus," ucap Devi menyemangati Vira.
Dari meja Yuri dan Yumna, keduanya hanya saling menatap dan saling melempar senyum kecut. Mereka tidak tahu, lelaki yang sedang di bicarakan itu sudah memiliki tunangan dan tunangannya saat ini ada di sekitar mereka.
Lukas menyelesaikan makan siangnya dan menatap Yumna.
"Kok kalian malah lihat -lihatan. Bukannya makan malah dengerin ghibah orang lain. Emang kenyang dengerin curhatan orang lain?" tanya Lukas pada Yumna yang masih mengunyah sisa makanan di dalam mulutnya.
"Ekhemm ... dari pada lihatin kamu yang terlalu serius," goda Yumna lalu tertawa bersama Yuri. Suara mereka membuat meja yang di tempati Devi dan Vira menatap aneh ke arah dua sahabat itu.
Tatapan mereka begitu sinis kepada adik angkatan yang masih baru itu.
"Tuh ada Duta sama Atika. Lihat tuh Atika dan Duta yang makin lengket aja," ucap Vira kesal.
"Yaelah. Cuma urusan kerjaan. Gue penasaran sama Duta. Penegn tahu tipe ceweknya Duta kayak apa. Tapi gue lebih suka sama Kakak senior kita Kak Dafa," ucap Devi semangat. Dari kejauhan ia melihat Dafa dan Jone jalan bersama juga menuju kantin.
Atika dan Duta masuk ke dalam kantin. Pandangannya langsung tertuju pada Yumna yang duduk bersama di pojokkan dengan Yuri dan Lukas.
Begitu juga dengan Yumna yang menatap lekat pada dua mata Duta. Yuri dan Yumna saling berhadapan sedangkan Lukas berada membelakangi Duta. Tanpa sengaja, Lukas mengambil tissue kering dan langsung mengelap sisa bumbu kacang yang ada di sekitar pipi Yumna. Tanpa minta ijin ia langsung mengusap lembut tissue kering itu di pipi Yumna. Sontak Yumna begitu kaget dan salah tingkah. Yuri pun langsung merebut tissu itu dari tangan Lukas lalu mengelap pipi Yumna.
"Dilarang menyentuh," tegas Yuri denagn suara lantang.
"Dih ... Kok gitu? Cuma ngelap pipi doang lho," ucap lukas membela diri.
Semua mata memandang ke arah Duta. Apa yang ingin di lakukan Duta saat ini. Tiba -tiba saja, Duta berjalan lebih cepat dan meninggalkan Atika. Duta sudah berdiri di belakang Lukas. Lalu memanggil Yumna.
"Na!1 Ayok pulang!1" suara tegas itu membuat Yumna menelan ludahnya.
Yuri menyenggol lengan Yumna dan berbisik, "Hei ... Pangeran berkuda putih datang."
"Iya Kak. umna duluan ya, Ri," jawab Yumna cepat lalu membawa tas punggungnya dan segera menghampiri Duta.
Yumna langsung berdiri di depan Duta dan Duta langsung menggandeng tangan Yuman di depan banyak orang. Jari -jari tangan Yumna saling mengait di jari -jari tangan Duta dan Duta langsung membawa Yumna keluar dari area kantin sebelum semuanya kisruh karena gosip yang akan menggelegar saat ini.
Tidak hanya Devi dan Vira yang terus melongo tak percaya. Atika juga melongo bingung. Baru kali ini ia di tinggalkan Duta begitu saja. Apa karena kejadian tadi malam. lagi pula? Siapa gadis itu? Bukankah itu gadis yang kena omelan Duta saat mengantuk di acara ospek.
Lukas juga menatap Yuman yang tiba -tiba pergi menuruti apa kata ketu BEM itu. Padahal sudah jelas, Yumna saat itu di permalukan oleh Duta saat ospek berlangsung.
Duta dan Yumna sudah berada di luar kantin kampus. Yumna menunduk tak berani menatap ke arah depan.
"Kalau jalan itu angkat kepalanya. Jangan menunduk malahan kamu bisa tersandung batu. Jalan menunduk tidak menjamin kamu bisa tidak jatuh atau tidak kena bahaya kan?" ucap Duta pelan.
Yumna mengangkat kepalanya pelan naik ke atas dan menatap ke arah jalan. Tangannya terus di genggam oleh Duta ke arah parkiran mobil.
"Kak Duta gak sibuk sama cewek tadi?" tanya Yumna lembut.
"Siapa? Atika? Dia cuma sekertaris. Kak Duta juga lagi berusaha menjauhi dia," ucap Duta sinis.
Teringat kembali memori tadi malam. Tidak menyakitkan tapi cukup mengecewakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments