IDOLA KAMPUS
Pagi yang begitu cerah dengan sinar mentari yang sudah masuk ke celah jendela kamar Yumna. Hari ini adalah hari pertama masuk kampus dan Yumna terdaftar sebagai salah satu peserta orientasi di Kampus Tritunggal Bakti.
"Pagi Bunda, Ayah ...." sapa kedua anak lelaki Bunda Sinta yang terlihat kembar.
Bunda Sinta dan Ayah Roby sudah berada di meja makan dan memulai sarapan paginya sambil menunggu ketiga anaknya yang sudah masuk perguruan tinggi semua.
"Pagi Jone, Dafa. Yumna mana? Bukannya sekalian ketuk kamar adiknya itu," ucap Bunda Sinta gemas.
Sebenarnya ini bukan kali pertamanya Yumna bangun siang. Apalagi setelah liburan panjang dan hanya berada di rumah selama empat bulan. Kerjaannya hanya makan, tidur, begadang dan nangis karena nonton drakor. Bunda Sinta hanya bisa mengelus dada dan menggelengkan kepalanya jjka melihat anak gadis satu -satunya tidak bisa berbuat apa -apa. Mungkin memegang sapu pun harus di ajari.
Sudah jam setengah enam, Yumna belum juga turun dari kamarnya. Bunda Sinta naik ke atas dan membuka pintu kamar tidur Yumna. Kamarnya memang bersih karena setiap hari selalu ada asisten yang membersihkan kamarnya tapi bagian tempat tidurnya berserakan barang -barang pribadi Yumna bercampur sampah.
Ada laptop yang masih menyala dengan stop kontak yang juga ada di sebelahnya untuk mengecas ponsel dan laptop. Belum lagi buku novel percintaan, tisue dan sampah tisue bekas air mata, di tambah sampah snack dan bantal guling serta selimut yang tak beraturan.
Yumna masih nyenyak dan pulas tanpa terganggu sedikit pun dengan kehadiran Bunda Sinta. Yumna malah semakin melengkungkan tubuhnya karena dingin agar tetap berada di suhu yang hangat.
"Yumna sayang ... Bangun. Hari ini kamu kan orientasi pertama," ucap Bunda Sinta yang pelan mengusap kepala Yumna sambil duduk di tepi ranjang.
Hordeng kamar Yumna sudah di buka lebar agar sorot matahari bisa masuk tepat mengenai wajah Yumna agar cepat bangun.
"Eumhhh ... Bunda. Memang jam berapa?" tanya Yumna lembut. Yumna memang ramah dan lembut. Ia sama sekali tidak bisa bicara dengan suara keras, di bentak pun Yumna tak sanggup menahan air mata. Hatinya terlalu lembut dan sensitif.
"Jam enam. Kedua kakak kamu sudah siap. Kamu gak takut terlambat? Duta pasti marah sama kamu," ucap Bunda Sinta pelan.
Mendengar nama Duta, nama kekasihnya yang paling sabar menghadapi Yumna. Yimna pun langsung terbangun dan segera berlari ke.arah kamar mandi. Dengan mandi gaya kucing kecekik karena merasakan dinginnya air shower. Yimna tak berani lama -lama di kamar mandi. Yimna keluar dan memakai baju yang telah di sepakati untuk di pakai saat ospek, yaitu pakaian hitam putih.
Bunda Sinta hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mencabut semua charger daro stop kontak. Ikur membantu Yimna merapika tempat tidurnya lalu pergi meninggalkan kamar Yumna dan menemani suaminya sarapan pagi.
"Pasti belum bangun, putri solo kesayangan Bunda," goda Jone pada Bunda Sinta.
"Masih labil. Perlu di ajari dan selalu di nasihati," ucap Bunda Sinta menjawab bijak godaan putra sulungnya itu.
"Kak Jone kayak gak tahu aja. Paling semalaman dia nonton drakor," ucap Dava si pendiam namun paling sayang pada Yumna, adik bungsunya itu.
Pesona kedua kakak Yumna sudah di akui se -antero kampus Tritunggal Bakti. Jone sedang menulis skripsi di bab akhir dan semester ini sidang skripsi. Dava baru aka mengajukan judul untuk skripsi. Ia baru saja menyelesaikan KKN di semester kemarin.
Dengan langkah terburu- buru. Yimna menuruni anak tangga dengan cepat menggunakan sepatu pantopelnya sehigga suaranya nyaring mengenai lantai marmer rumahnya.
"Selamat pagi Ayah, Bunda, haii ... serupa tapi tak kembar," ucap Yumna riang sekali.
Itulah Yumna, gadis lucu, ramah dan periang. Namun cengeng.
"Hemm ... Cepat sarapan. Bisa telat kamu nanti. Jarak parkiran menuju auditorium itu jauh sekitar sepuluh menit jalan kaki. Belum lagi parkiran motor penuh," ucap Jone yang mengkhawatirkan Yumna takut terlambat masuk ke dalam ruang ospek.
"Gak apa -apa. Yumna mau mandiri. Tanpa Kak Jone, Kak Dafa dan juga Kak Duta. Yumna pasti bisa, dan jangan bilang Yumna gadis manja lagi," ucap Ykmna kesal.
Kedua kakak lelakinya sudah berlamitan terlebih dahulu. Mereka pergi memakai satu mobil yang sama. Ayah Robby sengaja membelikan untuk anak lelakinya agar bisa di pakai bergantian atau bersama -sama.
"Yumna, hati -hati berkendara motornya. Jangan lupa lihat spion dan tetap pakai helm," titah Ayah Robby pada anak perempuan semata wayangnya.
"Siap Bos," jawab Yumna dengan semangat empat lima di pagi ini.
Yumna menyeruput susu putihnya dan langsung menghabiskannya. Ia bergegas menghabiskan sarapannya dan langsunh berangkat. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit.
Yumna bangkit berdiri dan berpamitan pada kedua orang tuanya lalu menyalami punggung tangan mereka dengan sopan.
"Yumna berangkat dulu. Da ... da ... semuanya," ucap Yumna dengan tas selemlangnya lalu bergegas kenarah depan.
Yumna sudah siap menjalankan motornya. Ia sudah memakai helm dan membaca doa sebelum berangkat.
Setengah jam ia berkendara menggunakan motor baru yang memang ia minta secara khusus pada Ayahnya untuk pulang pergi ke kampus. Sang Ayah langsung membelikan sebuah motor matic berwarna pink sesuai warna favorit Yumna.
Benar saja apa yang di bilang Kak Jone dan Kak Dafa. Antrian motor yang mau masuk ke dalam parkiran begitu panjang. Yimna menggigit bibir bawahnya dan takut sekaki jika terlambat. Ini sudah pukul tujuh kurang sepuluh menit.
Yumna berlari sekencang -kencangnya saat sudah mendapatkan parkiran motor menuju ruang auditorium. Sungguh melelahkan sekali. Memakai rok hitam span selutut membuat Yumna agak kesulitan bergerak. Tahu sendiri, Yumna itu perempuan yang paling suka memakia celana jeans dan kaos oblong. Cukup simple dan tidak neko -neko.
Yumna sudah berada di depan ruang auditorium. Dibdalam sudah penuh dan acara belum di mulai. Tapi ada beberapa orang yang juga terlambat seperti Yumna.
Yumna harus.mengantri lagi untuk absen. Hari buruk yang tak berkesudahan.
"Kita sudah telat. Kita pasti dapat hukuman. Kenalkan namaku Lukas anak Arsitek," ucap Lukas pada Yumna yang cantik sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
Yumna tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Lukas.
"Aku Yumna. Kita satu fakultas," jawab Yumna lembut.
Setelah absen dan tanda tangan. Beberapa orang yang terlamabt di suruh berbaris dengan sati shaft. Karena ini ospek bukan acara main -main atau mabar lainnya.
Pintu lift terbuka. Semua mata tertuju kesana. Yumna menatap Duta dan seorang wanita cantik yang berjalan tepat di samping Duta. Ada perasaan cemburu dan jngin tahu siapa perempuan itu. Dari gerak geriknya perempuan itu begitu nempel dengan Duta. Lalu di belakang mereka ada Kak Jone dan Kak Dafa. Ya, Kak Jone adalah mantan Ketua BEM dan kini menjabat sebagai ketua HMPTS (Himpunan Mahasiswa Prodi Teknik Sipil) dan Kak Dafa juga sebagai ketua HMPTF (Himpunan Mahasiswa Prodi Teknik Informatika).
Yumna langsung menunduk ke bawah. Ia berharap Duta tak melihatnya. Namun sayang sekali. Duta sudah melihat Yumna sejak keluar dari lift.
"Kak Duta. Ini mahasiswa yang telat ada sepuluh orang," ucap salah satu panitia ospek melapor pada Duta.
"Angkat kepala kalian," titah Dita dengan suara tegas.
Duta hanya ingin memastikan Yumna, kekasihnya menjadi salah satu dari sepuluh mahasiswa yang telat hadir.
Kesepuluh mahasiswa tersebut mengangkat kepalanya dan menatap ke arah Duta. Pandangan Yumna dan Duta bertemu. Tatapan Duta begitu dalam dan kecewa pada Yumna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
💗vanilla💗🎶
mampir ni thor /Smile/
2023-12-24
0
amos seran
/Good/
2023-12-13
1