Ranvier masuk dan duduk di dalam mobil dengan tenang. Wanita yang mengajaknya ikut serta tadi pun duduk di kursi depan sambil berbicara sesuatu dengan supir. Sang supir nampak mengangguk takzim pertanda jika wanita itu adalah seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan yang tinggi. Bahasa yang digunakan sedikit aneh, bahkan Ranvier tak mengerti isi pembicaraan mereka sama sekali.
Namun karena merasa lelah dan mengantuk akibat terkena hujan tadi, Ranvier pun memejamkan matanya perlahan. Selama perjalanan yang hanya sebentar itu Ranvier tertidur sejenak. Ia terbangun saat sebuah tepukan halus menyentuh pipi kirinya.
" Bangun Mas Ranvier...," kata pria yang tak lain supir yang mengemudi mobil tadi.
Ranvier membuka matanya dan terkejut melihat sang supir berada di depannya. Posisi mereka sangat dekat hingga membuat Ranvier tak nyaman.
" Ada apa Pak...?!" tanya Ranvier sambil bergeser menjauhi sang supir.
" Kita sudah sampe Mas...," sahut sang supir sambil tersenyum.
" Sampe dimana...?" tanya Ranvier bingung.
" Sampe di rumah. Nyai bilang, Mas Ranvier langsung masuk aja ke dalam...," sahut sang supir sambil menunjuk ke dalam rumah.
Ranvier menoleh kearah yang ditunjuk pria itu dan terkejut. Bagaimana tidak. Saat itu ia tengah berada di depan sebuah rumah yang megah bak istana. Yang semua dinding dan kusennya berkilauan seperti terbuat dari emas.
" Ini rumah Ibu yang tadi Pak...?!" tanya Ranvier sambil membuka pintu mobil.
" Betul Mas. Sebaiknya Mas masuk sekarang ya, bukannya Mas lapar dan ingin makan daritadi...?" tanya sang supir sambil melirik kearah perut Ranvier.
Ranvier terkejut karena sesaat setelah sang supir menyelesaikan kalimatnya, perut Ranvier berbunyi hingga membuat remaja itu menundukkan kepalanya karena malu.
Sang supir pun tertawa keras lalu mengusak rambut Ranvier dengan gemas. Setelahnya ia menggamit tangan Ranvier dan membawanya masuk ke dalam rumah megah bak istana itu.
Pria yang kemudian diketahui bernama Damar itu nampak menunduk takzim sesaat setelah melewati ambang pintu. Ranvier yang tak mengerti apa-apa hanya bisa mengikuti gerakan Damar. Sikap Ranvier yang lugu itu membuat keluarga kecil di hadapannya tersenyum.
" Kemarilah. Duduk di sini Ranvier...," kata wanita bermata sipit yang tadi mengajak Ranvier masuk ke dalam mobilnya dengan ramah.
Wanita itu nampak tersenyum sambil menepuk kursi kosong di sampingnya.
" Baik Bu, makasih..., " sahut Ranvier sambil melangkah perlahan menuju kursi yang disediakan untuknya.
" Pertama ijinkan Aku memperkenalkan diri. Namaku Aria dan ini keluargaku. Ini Suamiku, panggil dia Kyai Ranggana. Karena itu Kamu bisa memanggilku Nyai Ranggana. Dan ini Anak perempuanku, namanya Arcana...," kata Aria dengan ramah sambil menepuk punggung tangan suami dan anak perempuannya itu bergantian.
" Oh begitu. Hallo, salam kenal. Namaku Ranvier. Aku hanya kebetulan ikut ke sini karena supir Nyai Ranggana sudah membuatku basah kuyup dan kotor. Tapi Aku janji ga akan lama kok. Setelah pakaianku dicuci dan kering, Aku pasti segera pergi dari sini. Suerr...," kata Ranvier sungguh-sungguh sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya bersamaan.
Ucapan Ranvier membuat Aria, Ranggana dan Arcana saling menatap sejenak kemudian tertawa kecil.
" Kami percaya. Duduk dengan tenang dan makan lah Ranvier. Kita bisa bicara sambil makan kan...," kata Ranggana sambil tersenyum.
" Baik Kyai...," sahut Ranvier sambil tersenyum kikuk.
Kemudian Ranvier mulai mengamati makanan yang terhidang di atas meja. Meski sebagian makanan yang tersaji terlihat aneh di matanya, namun Ranvier tak peduli. Rasa lapar telah membuatnya lupa hingga menyantap hidangan itu dengan lahap.
\=\=\=\=\=
Sementara itu di saat yang sama di tempat lain.
Seorang pria berusia sekitar tujuh puluh tahun nampak mondar-mandir di ruang depan sambil sesekali melihat keluar rumah. Pria itu adalah Randu, Kakek kandung Ranvier.
Randu masih nampak gagah di usia senjanya. Bertubuh tinggi besar dengan rambut putih dan kaca mata minus yang bertengger di hidung mancungnya. Saat ini Randu tengah dilanda kecemasan yang amat sangat. Penyebabnya adalah Ranvier, cucu semata wayangnya yang tak juga kembali ke rumah. Padahal saat itu jam menunjukkan pukul sebelas malam.
Randu nampak menghentikan langkahnya saat suara raungan motor memasuki halaman rumahnya. Ia menoleh dan tersenyum melihat sosok pria yang baru saja turun dari motor itu.
" Bagaimana, apa ada kabar dimana Ranvier sekarang...?" tanya Randu tak sabar.
" Maaf Tuan. Kami sudah mencari ke tempat biasa dia main bersama teman-temannya, tapi Ranvier ga ada di sana...," sahut pria kepercayaan Randu dengan suara lirih.
Ucapan pria itu membuat Randu mengepalkan tangannya karena menahan kesal. Ia bahkan jatuh terduduk di atas sofa sambil menghela nafas panjang.
" Kemana anak itu. Kenapa sampe jam segini ga pulang juga...," gumam Randu sambil memijit pelipisnya.
Tiba-tiba seorang pria masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa. Randu dan beberapa pria yang ada di ruangan itu pun menoleh kearah pria tersebut.
" Ada apa Tom...?" tanya Randu.
" Saya menemukan ini Tuan...," sahut Tomi sambil memperlihatkan sebuah topi berwarna ungu yang merupakan benda kesayangan milik Ranvier.
Randu pun bergegas meraih topi ungu itu lalu menatapnya lekat untuk beberapa saat.
" Dimana Kamu temukan ini Tom...?" tanya Randu.
" Di jalan ga jauh dari sekolah Tuan...," sahut Tomi cepat.
" Di jalan...?" tanya Randu tak percaya.
" Betul. Di tengah jalan lebih tepatnya. Keliatannya jejak Ranvier menghilang di tengah jalan begitu saja Tuan...," sahut Tomi mantap.
" Bagaimana Kamu yakin kalo Ranvier menghilang di tengah jalan...?" tanya Randu tak mengerti.
" Saya membawa Bruno untuk ikut melacak keberadaan Ranvier, Tuan. Dari gelagat Bruno terlihat kalo dia kehilangan jejak Ranvier persis dimana topi itu ditemukan...," sahut Tomi cepat hingga membuat Randu mengangguk.
Bukan tanpa alasan Randu mengangguk paham. Itu karena Bruno adalah nama anjing penjaga miliknya yang diasuh langsung oleh Tomi. Kemampuan Bruno sebagai anjing penjaga tak perlu diragukan lagi. Jika anjing sehebat Bruno kehilangan jejak Ranvier, itu artinya telah terjadi sesuatu pada Ranvier dan itu membuat Randu cemas bukan kepalang.
" Jadi bagaimana menurutmu...?" tanya Randu sambil menatap Tomi lekat.
" Keliatannya Ranvier dijemput oleh seseorang dan pergi dari sana dengan sebuah kendaraan Tuan. Mmm..., mungkin Ranvier diculik Tuan...," sahut Tomi ragu namun cukup mengejutkan Randu.
" Oh ya. Siapa yang berani menculik Ranvierku...?!" tanya Randu gusar.
" Saya hanya menduga Tuan. Maaf kalo Saya salah...," sahut Tomi tak enak hati.
" Baik lah. Aku mau Kalian teruskan pencarian Ranvier sekarang juga. Hubungi pihak sekolah dan teman-temannya. Beri hadiah bagi siapa pun yang bisa memberi informasi akurat dimana Ranvier sembunyi sekarang...," kata Randu sambil bangkit dari duduknya.
" Baik Tuan...!" sahut Tomi dan beberapa pria lainnya bersamaan.
Randu pun melangkah menuju kamar pribadinya. Saat Randu menutup pintu, Tomi dan semua pria di ruangan itu pun bergegas keluar untuk melanjutkan pencarian mereka.
\=\=\=\=\=
Setelah menikmati makan malam yang istimewa, Ranvier pun diarahkan masuk ke sebuah kamar untuk beristirahat.
" Jadi kapan pakaianku selesai dicuci Nyai...?" tanya Ranvier sebelum meninggalkan meja makan.
" Sebentar lagi. Sekarang pergi lah ke kamar, lepaskan pakaianmu. Biar pakaianmu bisa segera dicuci dan dikeringkan. Dan Kamu bisa menunggu sebentar di sana sambil beristirahat..., " sahut Aria sambil tersenyum.
Ranvier pun mengangguk lalu mengikuti seorang wanita bertubuh gemuk yang membawanya masuk ke sebuah kamar.
Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Ranvier pun berbaring di atas tempat tidur besar sambil mengamati sekeliling kamar.
" Tempatnya bagus, suasananya hangat dan nyaman. Beda banget sama di rumah Kakek. Padahal sama-sama besar dan mewah, tapi di sini semua orang tersenyum hangat bukan bersikap kaku dan takut seperti orang-orang di rumah Kakek...," gumam Ranvier.
Kemudian Ranvier bangkit lalu melangkah menuju jendela kamar. Ia menyibak tirai jendela untuk melihat kondisi di luar rumah saat itu.
" Gelap. Pasti Kakek cemas nih kalo tau Aku ga ada di rumah jam segini...," gumam Ranvier.
Seolah teringat dengan alat penunjuk waktu itu, Ranvier pun bergegas mencari jam tangannya di dalam tas. Ia tersenyum saat melihat jam tangannya ada diantara tumpukan buku-buku di dalam tas.
" Jam berapa sih sekarang. Aneh, di rumah segede istana tapi kok ga ada satu pun jam dinding yang terpasang...," gumam Ranvier sambil mengamati jam tangan berwarna hitam itu dengan lekat.
Sesaat kemudian Ranvier nampak mengerutkan keningnya karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Saat itu jam tangan Ranvier menampilkan hari dan waktu yang tak seharusnya. Hari dimana Ranvier berangkat sekolah adalah hari Rabu tanggal 10 Maret, tapi saat itu jam menunjukkan hari Senin tanggal 15 Maret. Itu artinya maju beberapa hari dari tanggal seharusnya.
" Ck, masa rusak sih. Pasti gara-gara kena air kotor tadi. Ya udah lah, minta sama Kakek buat beliin yang baru aja nanti...," gerutu Ranvier sambil memasukkan kembali jam tangannya itu ke dalam tas.
Ranvier pun kembali ke tempat tidur dan berbaring di sana. Sesaat kemudian Ranvier pun memejamkan matanya. Nampaknya Ranvier tak menyadari jika dirinya berada di dimensi yang berbeda saat itu.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
Ayah Sujarno (Hadi)
ijin baca lur
2024-04-04
1
🥰Siti Hindun
Mampir kak..
2024-02-10
1
Nurhayati
kasihan pasti ranvier kesepian,,ayah dan ibunya kemana ya???
2023-03-07
2