Ustadz Rahman nampak bangkit dari duduknya lalu melangkah perlahan mengelilingi ruangan. Mulutnya nampak melafazkan dzikir panjang hingga membuat suasana terasa mencekam.
" Ada apa Pak Kris...?" tanya Ranvier setengah berbisik.
" Saya juga ga tau Mas...," sahut Krisna sambil menggelengkan kepala.
Sesaat kemudian pertanyaan Ranvier pun terwakili oleh sang Kakek.
" Ada apa Rahman ?. Jangan berputar terus, Kamu bikin kepalaku tambah pusing tau...!" kata Kakek Randu dengan lantang.
Bukan tersinggung dengan ucapan Kakek Randu, ustadz Rahman justru tersenyum mendengar protesnya.
" Bukan apa-apa Pak. Saya hanya lagi mengamati ruangan ini sambil mencari tau hubungan semuanya dengan benda keramat itu...," kata ustadz Rahman.
" Apa benda itu membawa pengaruh negatif...?" tanya Kakek Randu.
" Saat ini belum...," sahut ustadz Rahman cepat.
" Itu artinya suatu saat benda itu bakal membawa pengaruh buruk untuk Ranvier...?" tanya Kakek Randu cemas.
" Bisa iya bisa ga Pak...," sahut ustadz Rahman.
" Jangan berputar-putar Rahman...!" kata Kakek Rahman gusar.
" Sabar Tuan, ingat lho Tuan kan baru aja pulang dari Rumah Sakit..., " bisik Krisna mengingatkan sambil menyentuh pundak Kakek Randu.
" Kamu juga. Dibilang jangan manggil Tuan, tapi masih aja manggil Tuan. Kalo kaya gini jelas aja bikin tekanan darahku naik. Kenapa Kalian berdua gemar sekali membuatku marah...?!" kata Kakek Randu sambil menatap kesal kearah Krisna.
Ucapan Kakek Randu mau tak mau kembali membuat ustadz Rahman tertawa, sedangkan Krisna nampak menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil meringis.
Ranvier pun maju untuk menenangkan sang Kakek. Mendapat perlakuan lembut dari cucu semata wayangnya membuat Kakek Randu luluh dan tersenyum.
" Kakek jangan marah lagi ya. Coba dengerin dulu apa kata Ustadz Rahman...," bujuk Ranvier.
" Iya...," sahut Kakek Randu sambil tersenyum.
" Dan Pak Krisna, tolong turutin permintaan Kakek ya. Kakek tuh ga suka dipanggil Tuan. Jadi sebaiknya Pak Krisna manggil Bapak aja sama kaya Ustadz Rahman...," kata Ranvier.
Ucapan Ranvier membuat Kakek Randu tersenyum bangga walau itu mengejutkan Krisna dan ustadz Rahman.
" Tapi Mas...," ucapan Krisna terputus karena Ranvier memotong cepat.
" Ga pake tapi Pak Kris. Kalo boleh jujur Saya juga keberatan dipanggil Mas. Tapi Saya masih bisa sabar karena Saya suka dengernya. Tapi khusus untuk Kakek, Pak Kris harus belajar mengubah panggilan mulai sekarang..., " kata Ranvier tegas.
" Gimana Pak Krisna, ga sulit kok. Lagian almarhum Raka pasti lebih suka kalo Kamu manggil Ayahnya dengan sebutan Bapak...," sela ustadz Rahman.
Krisna nampak tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
" Baik lah, ini demi Raka. Saya panggil Tuan Randu dengan sebutan Bapak mulai sekarang...," sahut Krisna hingga membuat semua orang terharu.
" Gimana Kek...?" tanya Ranvier sambil menoleh kearah sang Kakek.
" Kakek suka dengernya...," sahut Kakek Randu sambil mengacungkan ibu jarinya hingga membuat semua orang tertawa.
" Jadi gimana Ustadz ?. Eh, jangan bilang Kamu juga minta dipanggil nama aja ya. Kalo ini justru panggilan sayang Saya buat Kamu Ustadz...," kata Krisna sambil menatap ustadz Rahman lekat.
" Tenang aja. Saya ga masalah sama panggilan yang Kamu sematkan untuk Saya Pak Krisna. Mau dipanggil Rahman aja boleh, mau dipanggil pake nama kecil juga boleh...," sahut ustadz Rahman sambil tersenyum.
" Alhamdulillah, Saya lega dengernya..., " kata Krisna sambil mengusap dadanya.
" Jadi gimana kelanjutannya Rahman...?" tanya Kakek Randu.
" Begini Pak. Makhluk halus yang kemarin berinteraksi dengan Ranvier sudah memberi tanda. Jadi kemana pun Ranvier pergi, mereka pasti bisa menemukannya...," sahut ustadz Rahman.
" Oh ya, apa itu berbahaya...?" tanya Kakek Randu.
" Harusnya sih ga. Karena keliatannya mereka menyayangi Ranvier dan berharap Ranvier kembali ke sana suatu saat nanti. Dan jika itu terjadi, bisa aja Ranvier akan tertahan di sana selamanya. Dan Saya yakin Bapak ga mau kehilangan Ranvier. Iya kan...?" tanya ustadz Rahman.
" Tentu saja...!" sahut Kakek Randu cepat.
" Jadi apa yang harus Kita lakukan supaya Mas Ranvier ga diajak balik ke sana lagi Ustadz...?" tanya Krisna cemas.
" Buang aja benda itu...," sela Kakek Randu kesal.
" Percuma Pak...," sahut ustadz Rahman.
" Kenapa percuma...?" tanya Krisna tak mengerti.
" Benda ini bakal balik lagi, lagi dan lagi. Karena benda ini seperti memiliki nyawa yang telah melekat dan menandai Ranvier sebagai tuannya. Jadi kemana pun Ranvier membuangnya, dia akan kembali. Dan dia akan selalu mengikuti Ranvier meski pun Ranvier tak membawanya sama sekali...," sahut ustadz Rahman.
" Ck, benda aneh...," gumam Kakek Randu sambil berdecak sebal.
Tiba-tiba Ranvier mengucapkan sesuatu yang mengejutkan semua orang.
" Emang kenapa sih kalo Aku balik lagi ke sana ?. Mereka semua ramah kok, Aku juga diperlakukan dengan baik di sana. Bahkan waktu Aku mau pulang, warga yang sebelumnya ga Aku temuin juga ikut mengantar sambil melambaikan tangan. Dan itu bikin Aku terharu...," kata Ranvier.
" Apa saat itu Kamu juga sempat mengucapkan sesuatu...?" tanya ustadz Rahman.
" Ga diucapin tapi dalam hati aja...," sahut Ranvier ragu.
" Kalo boleh tau, Kamu bilang apa Ranvier...?" tanya ustadz Rahman hati-hati.
" Mmm..., Aku cuma bilang kalo Aku senang di sini. Aku janji, suatu saat akan kembali ke sini. Gitu Ustadz...," sahut Ranvier.
Ucapan Ranvier membuat Kakek Randu kesal Sedangkan yang lain nampak menghela nafas panjang karena mengerti mengapa Ranvier terus diikuti oleh sesuatu.
" Ranvieeerr...!" kata Kakek Randu lantang sambil bersiap memukul sang cucu.
" Kenapa Kek, apa Aku salah...?" tanya Ranvier bingung sambil bergeser menjauh dari sang Kakek.
" Kamu tuh...," ucapan Kakek Randu terputus saat ustadz Rahman memotong cepat.
" Jangan marahin Ranvier Pak. Saat itu dia pasti ga tau kalo sedang berada di dimensi lain...," kata ustadz Rahman sambil merangkul Ranvier lalu membawanya menjauh dari Kakek Randu.
" Iya iya. Terus apa yang harus Kita lakukan Rahman...?!" tanya Kakek Randu tak sabar.
" Saya akan meruqyah benda itu Pak. Tapi karena Saya ga bisa melakukannya sendiri, jadi Saya harus melibatkan teman Saya yang paham dengan hal ini. Selain itu hawa mistis dari benda itu terlalu kuat dan Saya ga sanggup menghadapinya sendirian...," sahut ustadz Rahman.
" Lakukan saja Rahman, secepatnya kalo bisa...!" kata Kakek Randu.
" Insya Allah secepatnya Pak...," sahut ustadz Rahman.
" Terus setelah itu apa lagi Ustadz ?. Apa yang bakal terjadi sama Mas Ranvier...?" tanya Krisna.
" Pertanyaan bagus Pak Kris. Kalo Pak Randu dan Ranvier ga keberatan, Saya bakal meminta bantuan teman Saya yang lain untuk mengawal Ranvier...," sahut ustadz Rahman.
" Mengawal gimana maksudnya Rahman ?. Selama ini Ranvier juga selalu diawasi. Apa pengawalan Tomi aja ga cukup...?" tanya Kakek Randu.
" Ini beda Pak. Teman Saya itu akan mengawal sekaligus mengarahkan Ranvier lebih tepatnya. Tanpa disadari, indra keenam Ranvier terbuka. Itu sebabnya dia bisa berinteraksi dengan dimensi lain bahkan menginap di sana. Dan itu adalah kelebihan yang ga dimiliki oleh semua orang. Nah kemampuan Ranvier ini harus dibimbing oleh orang yang tepat supaya Ranvier bisa mengendalikannya dengan baik. Jadi situasinya dibuat berbalik Pak. Bukan Ranvier yang disetir oleh mereka, tapi Ranvier lah yang harus bisa mengendalikan mereka. Dan diharapkan kemampuan itu bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat nantinya...," kata ustadz Rahman panjang lebar.
" Oh itu. Aku setuju Rahman. Tolong lakukan secepatnya ya...," pinta Kakek Randu.
" Baik Pak. Kalo gitu Saya pamit untuk menjemput teman Saya. Benda ini juga Saya bawa untuk dinetralisir. Boleh kan...?" tanya ustadz Rahman sambil menoleh kearah Ranvier.
" Boleh, silakan Ustadz...," sahut Ranvier sambil tersenyum.
" Alhamdulillah..., " kata ustadz Rahman sambil menghela nafas lega.
Dan beberapa saat kemudian ustadz Rahman pun pergi meninggalkan kediaman Kakek Randu.
\=\=\=\=\=
Malam harinya ustadz Rahman kembali dengan seorang pria berpenampilan nyentrik bernama Daeng Payau.
Pria itu berkulit gelap, berambut gondrong, mengenakan jaket kulit dan topi kulit warna coklat yang sudah lusuh. Celana jeans belel warna biru dan sepatu boat ala tentara melengkapi penampilan Daeng Payau yang membuatnya terlihat aneh di mata Ranvier.
" Keliatannya Ustadz Rahman ngajak temannya yang dia janjikan tadi. Ayo Kita ke sana Vier..., " ajak Kakek Randu.
" Tapi Aku ga yakin orang kaya gitu bisa membimbing Aku Kek. Liat aja penampilannya yang urakan itu. Kok lebih mirip preman daripada seorang Ustadz...," bisik Ranvier.
" Jangan menilai seseorang dari penampilannya aja Vier. Kadang kala Kita tertipu sama penampilan yang bagus padahal isinya nol besar. Tapi kali ini Kakek percaya sama pilihan Ustadz Rahman. Toh dia ga akan main-main menangani Kamu. Selain karena dia menghormati Kakek, Kamu juga adalah anak sahabatnya. Jadi percaya dan ikuti saja apa yang ustadz Rahman katakan...," kata Kakek Randu bijak.
" Baik Kek...," sahut Ranvier pasrah.
Kemudian Ranvier mendorong kursi roda sang Kakek menuju ruang tamu untuk menemui ustadz Rahman dan Daeng Payau.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
💎hart👑
kebaikan kakek Randu menurun ke Ravier ternyata
2023-03-13
2
💎hart👑
bener banget tuh kek
2023-03-13
2
💎hart👑
pak ustadz jwbnya kayak ummibebs nih🤭
2023-03-13
2