Setelah saling berjabat tangan, Krisna mempersilakan ustadz Rahman duduk di sofa. Namun saat akan melangkah, suara erangan Kakek Randu yang siuman mengalihkan perhatian sang ustadz.
" Kakek...!" panggil Ranvier dengan mata berbinar lalu bergegas menghampiri sang Kakek.
Kakek Randu nampak tersenyum melihat kehadiran Ranvier di sisinya. Ia mengusap kepala cucu kesayangannya itu dengan lembut lalu menoleh kearah Krisna.
" Ada tamu untuk Tuan...," kata Krisna dengan santun.
" Siapa...?" tanya Kakek Randu.
" Saya Pak Randu...," sahut ustadz Rahman sambil melambaikan tangannya hingga membuat wajah Kakek Randu berbinar.
" Kamu datang Rahman...," kata Kakek Randu sambil berusaha bangkit namun dicegah oleh ustadz Rahman.
" Ga usah bangun Pak. Tiduran aja biar cepet sembuh...," kata ustadz Rahman.
" Saya ga sakit Rahman. Saya cuma kurang tidur, makanya pusing terus pingsan. Sekarang Saya udah ga ngantuk lagi, jadi biarkan Saya duduk. Ga enak kan kalo ngobrol sambil tiduran...," sahut Kakek Randu hingga membuat ustadz Rahman tertawa.
" Iya iya, terserah Pak Randu aja deh..." kata ustadz Rahman.
Setelah membantu Kakek Randu duduk, Krisna pun menyampaikan keluhan tuannya kepada ustadz Rahman.
" Jujur saat pertama kali masuk ke sini Saya juga merasakan aura yang berbeda Pak Randu...," kata ustadz Rahman.
" Oh ya. Apa itu artinya sesuatu yang mistis ada di kamar ini Rahman...?" tanya Kakek Randu cemas.
" Iya Pak. Dan Saya yakin itu berasal dari Ranvier...," sahut ustadz Rahman sambil menatap kearah Ranvier dengan lekat.
" Kok Aku sih...," gerutu Ranvier sambil melengos hingga membuat Kakek Randu sedih.
" Kalo gitu lakukan sesuatu Rahman !. Aku ga mau Cucuku terus diikuti oleh makhluk halus yang membawanya pergi selama dua puluh satu hari lebih...," pinta Kakek Randu penuh harap.
" Insya Allah Saya siap membantu Pak. Tapi diperlukan kerja sama yang baik dari Ranvier kalo mau lepas dari pengaruh makhluk halus itu Pak...," kata ustadz Rahman.
" Oh soal itu Kamu ga perlu khawatir Rahman. Ranvier pasti mau menceritakan semuanya. Iya kan Ranvier...?" tanya Kakek Randu sambil menoleh kearah Ranvier.
" Iya Kek...," sahut Ranvier dengan enggan.
" Kok kaya ga ikhlas gitu ngomongnya Vier. Harus mantap dong, Kamu kan laki-laki..., " tegur Kakek Randu.
" Gapapa Pak. Ranvier masih ada di bawah pengaruh mereka, jadi wajar kalo sikapnya sedikit berbeda dari biasanya. Saya yakin sebelum ini Ranvier adalah anak yang baik, santun dan menyenangkan...," kata ustadz Rahman bijak.
Ucapan ustadz Rahman membuat Kakek Randu dan Krisna saling menatap sambil tersenyum kecut.
Sesaat kemudian ustadz Rahman meraih telapak tangan Ranvier lalu menggenggamnya dengan erat. Ranvier merasakan hawa sejuk menyusup melalui pori-pori telapak tangannya lalu terus ke atas hingga kepala. Rasa sejuk itu membuat Ranvier nyaman.
" Apa yang Kamu rasakan Ranvier...?" tanya ustadz Rahman.
" Sejuk...," sahut Ranvier cepat.
" Bagus. Kalo gitu Kamu bisa mulai cerita semua yang Kamu alami selama Kamu pergi. Tolong cerita dari awal ya...," kata ustadz Rahman yang diangguki Ranvier.
Kemudian Ranvier mulai menceritakan semua yang ia alami dan rasakan. Mulai dari pertemuannya dengan Nyai Ranggana hingga selama ia berada di kediaman sang Nyai. Sesekali Kakek Randu nampak berdecak kesal karena merasa Ranvier menjadi sosok yang berbeda dari kesehariannya yang gesit dan cerdas.
" Kenapa selama di sana Kamu jadi terkesan lemot sih Vier. Udah dikasih apaan sama mereka sampe Kamu lupa sama Kakek...," gumam Kakek Randu.
" Memang begitu lah kondisi manusia saat berada di dimensi lain Pak Randu. Buktinya Ranvier ingat sama Kakeknya dan orang terdekatnya tapi dia ga tau cara menghubungi Kalian. Situasi di sana memang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Apalagi Ranvier juga bilang kalo dia sempet makan sesuatu di sana, yang artinya ada sesuatu yang masuk ke dalam aliran darahnya dan itu membuat Ranvier betah dan ga ingin pulang. Hanya karena ikatan batin yang kuat dengan Bapak lah yang membawa Ranvier kembali ke pangkuan Bapak sekarang...," kata ustadz Rahman menjelaskan.
" Oh gitu...," sahut Kakek Randu sambil mengangguk.
" Tapi apa bener Aku pergi selama itu Pak Ustadz...?" tanya Ranvier.
" Betul Nak. Perbedaan waktu di dimensi ghaib dengan dunia nyata itu memang jauh. Kadang kala orang yang masuk ke dimensi ghaib merasa baru sebentar di alam ghaib padahal di dunia nyata dia bahkan dinyatakan hilang karena ga pernah ditemukan lagi...," sahut ustadz Rahman.
" Jadi Nyai Ranggana itu makhluk halus Ustadz...?" tanya Ranvier.
" Iya. Beruntung Kamu hanya diundang sebagai tamu tanpa harus melakukan sesuatu. Sebab biasanya yang pergi ke sana pasti sulit kembali, apalagi dalam keadaan sehat dan normal seperti Kamu...," sahut ustadz Rahman.
" Memangnya apa yang biasanya terjadi sama orang yang pernah pergi ke alam ghaib Ustadz...?" tanya Krisna penasaran.
" Jika manusia biasa yang pergi ke sana biasanya akan kembali dalam kondisi ga normal alias ga waras. Itu karena otak manusia biasanya ga siap dengan perbedaan yang mereka hadapi di dunia nyata dan ghaib. Di sana mereka bisa menikmati segala kemudahan dan keindahan tanpa melakukan apa pun. Dan perasaan itu terus terbawa hingga di dunia nyata. Sudah pasti itu bikin mereka jadi orang yang malas berusaha karena merasa apa yang mereka butuhkan sudah tersedia. Berbeda dengan orang yang memang memiliki kemampuan khusus. Mereka bisa keluar masuk ke sana dengan mudah tanpa terpengaruh oleh apa pun yang mereka temui di sana...," sahut ustadz Rahman panjang lebar.
" Tapi Saya tetap khawatir sama masa depan Ranvier. Tolong Kamu lepaskan Ranvier dari sesuatu yang ga sengaja terbawa dari dimensi lain itu ya Man...," pinta Kakek Randu.
" Baik Pak. Nah Ranvier, apa selain makan makanan yang dihidangkan, apa Kamu dikasih hadiah sama mereka...?" tanya ustadz Rahman.
" Iya Ustadz...," sahut Ranvier.
" Apa bentuknya...?" tanya ustadz Rahman.
" Mmm..., semacam cermin besar berbentuk seperti tameng yang biasa dibawa oleh para tentara kerajaan gitu Ustadz...," sahut Ranvier.
" Oh ya. Dimana benda itu sekarang...?" tanya ustadz Rahman.
" Ada di rumah Ustadz...," sahut Ranvier cepat.
" Kenapa Kamu ga menolak pemberian mereka...?" tanya ustadz Rahman.
" Ga sempet mikir kaya gitu Ustadz. Aku kan ga boleh membuka hadiah itu di sana, jadi mana Aku tau kalo isinya hadiah antiq buat Aku. Apalagi Pak Damar juga bilang kalo ga sopan membuka hadiah di depan Nyai dan keluarganya...," sahut Ranvier.
" Baik lah. Besok kasih liat Saya benda apa yang jadi hadiah Kamu itu ya Nak...," kata ustadz Rahman.
" Baik Ustadz...," sahut Ranvier.
" Ucapkan insya Allah saat Kamu berjanji Ranvier. Kamu kan ga tau apa yang bakal terjadi setelah ini. Mudah-mudahan janjimu ga jadi dosa saat ga ditepati karena Kamu mengiringi janjimu dengan mengucap insya Allah. ..," kata ustadz Rahman sambil tersenyum.
" Iya, maaf Ustadz. Insya Allah Saya kasih liat benda itu sama Ustadz nanti...," kata Ranvier sambil nyengir kuda.
Kakek Randu dan Krisna pun saling menatap sejenak sambil tersenyum saat mendengar ucapan Ranvier. Dalam hati mereka berharap akhlak Ranvier bisa lebih baik saat ditangani ustadz Rahman nanti.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
IG: _anipri
senyuman itu mengartikan semuanya ya🤣
2023-03-09
1
Agis_Mcan
lanjut, semangat...
2023-02-21
2
Irma Tjondroharto
ranvier seolah gak sopan karena gak da yang nuntun dia ke jalan yang seharusnya... blm ada yang sentuh hatinya... semoga ustad rahman bisa bentuk ranvier jadi manusia yang baik... dan menemani ranvier ke jalan yang benar.. amin
2023-02-21
6