Ustadz Rahman tersenyum saat melihat Kakek Randu dan Ranvier. Ia pun memperkenalkan Daeng Payau kepada sang tuan rumah.
" Ini teman yang Saya ceritakan tadi siang Pak. Namanya Daeng Payau...," kata ustadz Rahman.
" Assalamualaikum Pak, kenalkan Saya Daeng Payau...," kata Daeng Payau sambil mencium punggung tangan Kakek Randu dengan takzim.
Saat melihat sikap Daeng Payau pada Kakeknya membuat sisi hati Ranvier menghangat. Namun egonya mengalahkan rasa kagumnya hingga ia tetap memasang wajah tak bersahabat di depan Daeng Payau.
" Wa alaikumsalam. Senang bisa mengenalmu. Aku Randu dan ini Cucuku Ranvier...," sahut Kakek Randu.
Ranvier pun bersalaman dengan Daeng Payau dengan enggan. Namun saat telapak tangannya bersentuhan dengan telapak tangan Daeng Payau, Ranvier nampak berjingkat kaget lalu menarik tangannya dari genggaman Daeng Payau.
Ustadz Rahman yang melihat kejadian itu hanya tersenyum simpul. Sedangkan Daeng Payau nampak santai melihat Ranvier berdiri sambil menggenggam tangannya sendiri dengan wajah memucat.
" Mari silakan duduk...," kata Kakek Randu memecah keheningan yang sempat tercipta sejenak tadi.
" Makasih Pak...," sahut ustadz Rahman dan Daeng Payau bersamaan.
" Jadi, apa Kalian sudah bisa menuntaskan masalah Ranvier...?" tanya Kakek Randu to the point.
" Insya Allah bisa Pak...," sahut Daeng Payau cepat.
" Oh ya, gimana caranya...?" tanya Kakek Randu penasaran.
" Pertama Kita perlu tempat yang lengang dan ga banyak perabot supaya bisa leluasa bergerak Pak...," sahut Daeng Payau.
" Oh, kalo itu Kamu tenang aja. Kita bisa pake kamar tamu. Di sana cuma ada sedikit perabotan. Kursi sama meja bisa dipindah kalo perlu...," kata Kakek Randu.
Kemudian Kakek Randu meminta Krisna mengurus semua yang dibutuhkan Daeng Payau.
Saat semua siap, Daeng Payau pun mengajak Ranvier untuk sholat berjamaah. Ustadz Rahman ikut mendampingi sedangkan Kakek Randu dan Krisna hanya menonton di dekat pintu.
" Sekarang Kamu siap Ranvier...?" tanya Daeng Payau usai mereka menyelesaikan sholat.
" Iya Paman...," sahut Ranvier mantap.
Jawaban Ranvier membuat Daeng Payau tersenyum. Kemudian ia melirik kearah ustadz Rahman dan memberi kode dengan anggukan kepala.
Daeng Payau meminta Ranvier duduk bersila di hadapannya. Sedangkan ustadz Rahman duduk di belakang Ranvier untuk berjaga-jaga jika Ranvier membutuhkan bantuan nanti.
" Nanti Kamu ikuti semua perintah Saya. Abaikan suara yang lain, termasuk suara Kakekmu atau Ustadz Rahman sekali pun. Kamu hanya harus fokus mendengarkan suara Saya. Paham kan Ranvier...?" tanya Daeng Payau.
" Iya...," sahut Ranvier lirih.
" Yang tegas Ranvier...!" bentak Daeng Payau hingga mengejutkan Ranvier dan Krisna.
Di tempat masing-masing tampak Kakek Randu dan ustadz Rahman yang tersenyum simpul melihat bagaimana cara Daeng Payau memperlakukan Ranvier. Nampaknya mereka senang saat ada seseorang yang bisa bersikap tegas pada Ranvier dan lumayan membuat remaja itu sedikit takut.
" Iya Paman...!" kata Ranvier lantang sambil menegakkan tubuhnya.
" Bagus, sekarang kita mulai. Fokus berdzikir dan pejamkan mata. Mungkin Kita bisa bertemu di sana, mungkin juga tidak. Tapi Kamu ga usah khawatir, Saya tetap ada untuk menemani Kamu sampe prosesnya selesai. Fokus, perhatikan suara Saya...," kata Daeng Payau.
Ranvier mengangguk lalu mengikuti arahan Daeng Payau.
Sejenak Ranvier hanya melihat tempat yang gelap, teramat gelap hingga tak terlihat apa pun di sana. Tiba-tiba ada cahaya menyeruak masuk. Cahaya lembut namun cukup menyilaukan. Ranvier berjalan perlahan kearah datangnya cahaya.
Semakin jauh Ranvier berjalan, maka tempat gelap itu pun perlahan sirna. Hingga kini Ranvier berada di sebuah tempat yang asing mirip dengan hutan.
Ranvier mengedarkan pandangannya sambil mengagumi tempat itu.
" Hutan yang cantik...," gumam Ranvier sambil tersenyum.
" Betul. Hutan cantik yang menyesatkan...," kata Daeng Payau hingga mengejutkan Ranvier.
Remaja itu mengedarkan pandangannya dan melihat sosok samar Daeng Payau berdiri tak jauh darinya. Ranvier nampak tersenyum lalu kembali fokus menatap ke depan.
" Berjalan lurus Ranvier. Jangan menoleh ke kanan atau ke kiri lagi...," kata Daeng Payau.
" Ada got besar di depan Paman. Apa Aku harus lompat atau memilih jalan di sampingnya...?" tanya Ranvier.
" Lompat saja. Itu lebih baik...," sahut Daeng Payau.
" Ok...," sahut Ranvier sambil menggerakkan tubuhnya seolah sedang melakukan lompatan kecil.
" Sekarang Kamu liat ada apa di depan Kamu Ranvier...?" tanya Daeng Payau.
" Taman bunga...," sahut Ranvier.
" Kamu yakin itu taman bunga Ranvier...?" tanya Daeng Payau.
Ranvier nampak mengerutkan keningnya seolah ingin meyakinkan penglihatannya. Ranvier terkejut saat menyadari sesuatu yang ia kira taman dipenuhi bunga adalah sebuah kolam berisi ratusan buaya. Yang mengejutkan karena buaya itu memiliki warna tak lazim yaitu biru.
Rupanya ratusan buaya itu berada di permukaan danau. Tubuh mereka tersamarkan dengan daun teratai besar yang menghiasi danau hingga sekilas danau berwarna hijau biru mirip taman bunga berwarna biru.
" Gimana Ranvier...?" tanya Daeng Payau.
" I... itu kolam berisi bu... buaya berwarna biru Paman...," sahut Ranvier gugup.
Ucapan Ranvier mengejutkan semua orang kecuali Daeng Payau. Pria itu nampak mengangguk sambil tersenyum.
Sesaat kemudian Ranvier nampak menelan saliva nya dengan sulit saat menyadari ia berada di pinggir danau berisi buaya. Kedua kaki Ranvier seolah terpaku di sisi danau tanpa bisa bergerak.
" Jangan takut Ranvier. Coba Kamu lihat di seberang danau itu...," kata Daeng Payau.
Ranvier mengikuti arahan Daeng Payau. Ia mencoba menajamkan penglihatannya dan melihat sosok gadis kecil tengah berada di pinggir danau. Gadis kecil yang ia kenal sebagai Arcana itu nampak asyik bermain ranting kayu yang ia tepukkan berkali-kali di permukaan danau.
Mata Ranvier membulat saat melihat akibat dari perbuatan iseng Arcana. Karena setelah Arcana menepuk permukaan air danau yang tenang dengan ranting kecil di tangannya, Ranvier melihat para buaya biru itu menggeliat lalu menoleh kearah Arcana.
Ranvier pun bergegas berlari mengitari danau untuk menghampiri Arcana. Ranvier makin cemas saat melihat beberapa buaya besar nampak mulai mendekati Arcana yang sedang tertawa senang.
Saat Ranvier tiba di belakang Arcana, saat itu lah dua buaya besar melompat kearah Arcana sambil membuka mulutnya lebar-lebar seolah berebut ingin melahap Arcana.
" Arcana awaaasss...!" kata Ranvier lantang sambil menarik Arcana dari tepi danau.
Arcana terkejut lalu menoleh. Ia memejamkan mata saat ujung mulut buaya menyapu wajahnya. Beruntung Ranvier telah menarik tubuh gadis cilik itu hingga moncong buaya itu hanya mengenai angin.
Arcana menjerit histeris saat berhasil lolos dari terkaman buaya itu. Dan jeritan Arcana telah memanggil warga hingga berdatangan ke tempat itu.
Melihat posisi Arcana yang berada di dalam pelukan Ranvier dan dua buaya yang hampir merangsek keluar dari danau, warga paham jika Ranvier telah menyelamatkan Arcana.
Mereka menoleh kearah danau lalu melakukan gerakan untuk mengusir dua buaya itu agar kembali ke danau. Dua buaya besar yang sebagian tubuhnya telah berada di pinggir danau pun tampak mundur teratur lalu masuk kembali ke dalam danau. Setelahnya warga juga melakukan gerakan seolah sedang memasang pagar ghaib di sekeliling danau.
" Terima kasih Ranvier. Kamu telah menyelamatkan Arcana...," kata Damar yang tiba-tiba hadir di tempat itu.
" Sama-sama Pak Damar...," sahut Ranvier sambil menyerahkan Arcana kepada Damar.
Damar pun langsung menggendong Arcana yang masih menangis itu.
" Jadi apa yang Kamu inginkan sebagai imbalan...?" tanya Damar.
Ranvier nampak terdiam lalu mengangguk saat mendengar arahan Daeng Payau.
" Jangan ganggu Aku lagi...," pinta Ranvier hingga mengejutkan Damar.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments
💎hart👑
Daeng Payau sakti👏😍
2023-03-13
2
Irma Tjondroharto
owh.. hebat ya daeng payau.. semoga ranvier terbebas dari mereka yang beda dimensi...
2023-02-24
5