Hari sudah begitu larut. Bahkan semakin larut malam, hujan yang turun diluar juga semakin deras. Zea masih duduk disamping Malik yang sejak tadi begitu gelisah. Wajahnya pucat dan berkeringat. Sepertinya Malik demam, badan nya cukup panas saat Zea menyentuhnya.
Zea memeras handuk kecil yang sudah dia basahi dengan air. Menempelkan nya didahi Malik dengan hati hati. Sejak tadi terdengar gumaman gumaman tidak jelas dari mulut Malik.
Apa dia mimpi buruk???
Entahlah...
Zea membenarkan selimut ditubuh gagah itu, tubuh yang hari ini dapat Zea lihat sisi lemahnya. Ya, sangat lemah, bahkan Zea masih tidak menyangka ada cerita kelam dibalik sikap nya yang kejam dan dingin.
Zea masih terus memperhatikan wajah Malik. Wajah yang sangat jarang bisa dia tatap seperti ini ketika Malik sadar. Wajah tampan yang bahkan sangat tampan. Rahang nya yang tegas, bibirnya yang tipis, alisnya yang tebal dan juga hidung yang sangat mancung. Benar benar karya Tuhan yang sangat indah. Tapi sayang, keindahan wajahnya tidak sama seperti hidupnya, yang cukup kelam dan rumit.
Bisakah Malik sembuh karena Zea?
Bukankah untuk sembuh juga harus datang dari keyakinan nya sendiri?
Zea menghela nafas pelan. Dia menoleh kearah jam dinding. Sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Sudah sangat larut, dan mata Zea juga sudah mulai mengantuk.
Zea kembali memandang Malik. Panasnya belum turun, dan dia terus saja gelisah. Zea jadi tidak tega untuk meninggalkan nya tidur.
Berulang kali Malik bergumam, bibirnya bergetar dengan keringat yang terus keluar meski sudah Zea usap. Zea bingung harus bagaimana, apa dia harus memanggil Zayn, agar bisa membawa Malik kerumah sakit?
Zea meraih tangan Malik, dan menggenggam nya dengan lembut. Dan aneh nya, Malik langsung membalas genggaman tangan Zea.
Zea memandang genggaman tangan itu dengan aneh, dan yang lebih aneh nya, semakin erat genggaman tangan mereka, Malik semakin tenang.
Tanpa sadar, Zea tersenyum tipis dan mengusap lengan kekar Malik. Pria ini pasti mimpi buruk, atau sedang mengingat tentang trauma nya hingga dia menjadi gelisah seperti ini.
Kasihan sekali nasibnya...
Ya, sama saja seperti nasib Zea. Tidak ada bedanya.
Zea menguap untuk yang kesekian kali, namun tangan nya masih terus menggenggam tangan Malik, dan tangan yang satu nya sesekali mengusap lengan dan bahunya.
Hingga saat Zea merasa Malik sudah tenang, dia ingin melepaskan genggaman tangan itu. Namun aneh nya, Malik malah menahan nya.
"Jangan pergi" ucap Malik, namun hanya terdengar seperti gumaman saja.
Zea mengernyit.
Malik sadar atau mengigau?
Zea kembali mencoba menarik tangan nya, namun lagi lagi Malik menahan nya dengan semakin erat.
"Aku mohon, jangan pergi" pinta Malik.
Mata Malik masih terpejam dengan rapat, bahkan Zea sampai melambaikan tangan nya didepan wajah Malik. Dia belum sadar, tapi kenapa dia bisa berkata seperti itu?
"Jangan pergi" gumam Malik lagi.
Zea tersenyum tipis dan mengeratkan kembali genggaman tangan nya.
"Tidak, Zea tidak pergi, Zea disini. Tidurlah mas" bisik Zea seraya mengusap kepala Malik dengan lembut.
Dan sadar atau tidak, garis bibir tipis itu terangkat hingga membentuk sebuah lengkung indah yang tak pernah tercipta.
....
Hari sudah mulai pagi, matahari juga sudah mulai bersinar. Hujan semalam yang mengguyur dengan deras kini hanya tinggal menyisakan dingin dan basah.
Mata Malik mulai terbuka, terasa sangat berat karena sebenarnya dia masih ingin tertidur lebih lama. Tapi rasa gerah dan lengket membuat tubuhnya terasa tidak nyaman.
Malik mengernyit, saat dia merasa tangan nya menggenggam sesuatu. Dan betapa terkejutnya dia melihat Zea yang duduk dilantai dengan bersandar ditempat tidur nya. Gadis itu tertidur, namun tangan nya malah ada dalam genggaman tangan Malik.
Mata Malik mengerjap, kenapa bisa seperti ini? Dan kenapa Zea bisa menggenggam tangan nya. Dan mereka memang saling bergenggaman tangan.
Malik kembali memandang Zea. Dia tertidur dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Dan kenapa dia malah tidur disini? Biasanya dia tidur di sofa.
Malik terdiam, dia ingat malam tadi saat dia berada didalam ruangan gelap itu. Bukankah Zea datang? Iya, Zea datang dan rasanya dia tidak tahu apa lagi yang terjadi. Fikiran nya kalut, dan entah kenapa dia merasa jika dia menangis dalam pelukan Zea. Pelukan yang sangat menenangkan hati dan fikiran nya. Seperti pelukan ibu yang sudah sangat lama tidak dia rasakan.
Dan malam tadi, saat dia merasa ada didalam mimpi buruk yang selalu menghantui nya, ada Zea lagi yang datang, Zea datang dengan menawarkan kehangatan yang sama. Malik kira hanya mimpi, tapi kenapa sekarang Zea memang ada disini dan menggenggam tangan nya.
Malik menggenggam tangan kecil Zea kembali, bahkan dia bisa merasa jika genggaman tangan mereka sudah sangat lengket karena basah dengan keringat. Selama itukah Zea yang tidak melepaskan tangan nya??
Malik masih terus memandang Zea dengan lekat, sangat lekat dan dalam. Gadis muda yang usia nya terpaut sangat jauh dari Malik. Dua minggu lebih dia menjadikan Zea sebagai istrinya. Dan tidak ada apapun hal aneh yang Zea lakukan. Dia bahkan biasa saja ketika Zayn menyediakan semua perlengkapan mewah untuknya. Gadis muda yang cantik dan sederhana. Gadis muda yang selalu ketakutan saat Malik membentak nya. Dan gadis muda yang ternyata bisa membuat Malik tenang dalam keterpurukan nya.
Malik tiba tiba terkesiap, saat Zea mulai bergerak dan bangun. Bahkan Malik langsung merenggangkan genggaman tangan nya. Dan mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar kembali.
Zea terbangun, dia memandang Malik dengan matanya yang sayu. Ringisan diwajahnya yang sembab membuat Malik mengerjapkan matanya. Namun tiba tiba dia sedikit terkesiap saat Zea terkejut.
"Tuan sudah bangun" ucap Zea dengan senyum diwajahnya.
Malik hanya diam dan memperhatikan Zea yang nampak senang. Kenapa Zea bisa senang begitu? Dia hanya tertidur saja kan???
"Apa tidak demam lagi?" tanya Zea seraya beranjak dan menempelkan tangan nya didahi Malik.
"Syukurlah, sudah tidak panas lagi" gumam Zea.
Namun sedetik kemudian Zea terkesiap, saat melihat Malik yang hanya diam dengan wajah dingin nya seperti biasa.
"Sampai kapan kau mau menggenggam tanganku?" tanya Malik dengan suara beratnya.
Zea langsung menoleh kearah tangan nya yang masih menggenggam tangan besar itu. Dengan cepat Zea langsung menarik tangan nya.
"Ma.... maaf tuan" ucap Zea yang langsung tertunduk.
Malik mendengus, dia langsung beranjak duduk. Memegangi kepala nya yang sedikit pusing.
"Tuan sudah tidak apa apa kan?" tanya Zea dengan ragu. Wajah kejam Malik sudah kembali lagi.
"Apa kau kira aku begitu lemah" sergah Malik, bahkan dia langsung pergi berjalan kearah kamar mandi. Meninggalkan Zea yang terperangah tidak percaya.
"Diakan memang lemah, bahkan semalam saja dia menangis seperti anak kecil. Apa dia lupa?" gumam Zea.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Arin
nasib"jdi zea...sbar ya zea,krn malik itu suka eror🤭
2024-01-30
0
Sandisalbiah
di maklumi aja Zea... kan Malik emang lagi eror...
2023-06-29
0
Angrreni Inakii
apa kau kira aku begitu lema🤭ciieee,semalam siapa yg benar2 tapi dan lemah😁sampai deman tinggi ya😁😁🤭
2023-05-11
1