Zea tersungkur diruang laundry mansion. Tubuhnya basah kuyup karena disiram dengan air yang mengalir dari sebuah selang. Nyonya Donita dan kedua gadis itu memandang sadis pada Zea. Gadis kecil dan tentunya masih sangat muda yang sudah berani berani nya ingin mengacaukan rencana mereka. Kedatangan Zea kemansion ini tentu membuat ancaman tersendiri untuk nyonya Donita, ibu tiri Malik. Dan tentu nya untuk Floe juga.
Mereka akan membuat Zea tidak betah dan lebih memilih pergi dari mansion ini. Karena untuk mengusir nya secara terang terangan, mereka tidak akan berani. Apalagi mereka tahu bagaimana sifat Malik yang tidak akan bisa dibantah. Membuat Zea tidak betah dan merasa menderita, adalah satu satunya cara untuk mengusir Zea secara tidak langsung.
"Ini adalah perkenalan kita yang pertama, jika kau masih memilih berada disini, maka kau akan mendapatkan hal yang lebih parah dari pada ini" ancam nyonya Donita.
"Jangan harap kau bisa memiliki Malik dan menjadi pengganti ku" geram Floe pula.
Michella tertawa sinis memandang Zea yang meringkuk diatas lantai. Mereka benar benar tidak punya hati dan belas kasih untuk seorang gadis muda seperti Zea.
"Kau ingat itu, kau harus segera pergi dari sini, ******!" Floe melemparkan selang yang sejak tadi dia pegang kearah tubuh Zoya, hingga Zoya langsung memejamkan matanya.
Setelah mengatakan itu, mereka semua langsung pergi dan meninggalkan Zea sendiri didalam ruang cuci itu. Ditempat itu tidak ada cctv, maka mereka memilih membuat perhitungan pada Zea. Mereka tidak ingin Malik tahu, apa yang dilakukan mereka terhadap istri kecilnya ini.
Bibir Zea bergetar, wajahnya juga mulai pucat. Bukan menahan tangis, namun menahan dingin yang teramat sangat. Baru hari pertama, tapi dia sudah mendapatkan penghinaan dan siksaan seperti ini. Entah apa yang mereka inginkan, jika mereka tidak suka pada Zea, seharusnya mereka bisa meminta tuan Malik itu untuk menceraikan nya bukan, tapi kenapa malah meminta Zea yang pergi.
Bagaimana mungkin Zea bisa pergi, setelah semua perjanjian yang tertulis dan terucap dia sepakati. Jika dia pergi dan membantah Malik sedikit saja, bukan kah itu sama saja jika dia membiarkan ayah dan kakaknya berada dalam bahaya.
Tidak...
Zea tidak ingin itu terjadi.
Meskipun tidak ada kasih sayang dari mereka untuk Zea, namun Zea sangat menyayangi mereka. Zea tidak ingin lagi membuat ayah dan kakaknya terbebani.
Biarlah seperti ini dulu..
Mereka sudah senang tanpa Zea disana. Biarlah Zea yang harus menjaga mereka dari sini, meski entah sampai kapan dia akan bertahan.
Zea mengusap wajahnya yang basah, tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Berada cukup lama diruang pencucian ini membuat nya benar benar merasa lemas. Apalagi Zea yang belum memakan apapun sejak pagi.
Uhh.... siksaan nya kembali terjadi disini.
Apakah hidup Zea tidak akan pernah bisa merasakan bahagia sedikit saja?
Dulu ketika dirumah nya, dia selalu merasa tersiksa dengan kakaknya yang selalu memperlakukan nya seperti pembantu, ayahnya yang selalu mengutuk nya sebagai pembawa sial dan selalu membebani mereka. Sekarang, setelah keluar dari rumah, Zea bahkan harus menerima yang lebih berat lagi.
Tidak adakah yang mau menerimanya, atau bahkan menyayangi nya?
Setitik air mata Zea jatuh, seiring dengan tubuhnya yang mulai beranjak untuk bangun. Berjalan perlahan dengan tubuh bergetar menuju pintu.
Klek....
Dikunci!
Zea langsung jatuh terduduk, dan langsung meringkuk memeluk lututnya, bersandar didaun pintu dengan air mata yang kembali berderai.
Lihatlah..
Lihatlah betapa kejam semua orang yang ada didunia ini.
Zea menangis...
Namun bukan menangisi kesakitan nya. Dia sudah biasa tersakiti. Zea hanya menangis untuk hidupnya yang begitu malang ini.
Tidak ada yang baik padanya, tidak ada yang menyayanginya sedikitpun.
Jangankan orang lain, keluarga nya saja membenci Zea.
Ya Tuhan...
Sebenarnya apa salah Zea?
Kenapa Zea harus dilahirkan jika harus dibenci seperti ini.
Zea lelah...
Zea ingin menyerah dan pergi ikut ibu....
Dan akhirnya..
Hanya air mata itu lagi, yang menemani kesendirian Zea, hingga akhirnya dia terkulai karena tubuh lemahnya diatas lantai. Berharap ada seseorang yang mau mengeluarkan nya dari dalam sini.
....
Zea terbangun, saat tiba tiba tubuhnya terasa terguncang guncang sesuatu. Mata sendu itu langsung terbuka dan tubuh Zea juga ikut bergerak untuk menjauh dari pintu. Karena sepertinya ada orang yang membukakan pintu untuk dia.
Sudah berapa jam Zea disini???
Entahlah..
"Nona" panggilan seorang wanita paruh baya membuat Zea mendongak dan memandang nya dengan lekat.
"Bangunlah, sebentar lagi tuan Malik pulang, nona harus bersiap siap." ujar wanita itu. Yang sepertinya dia adalah pelayan dimansion ini.
Dia bahkan memandang Zea dengan pandangan begitu iba. Gadis kecil yang dibawa tuan mereka pagi tadi, namun sudah harus mendapatkan perlakuan yang cukup kejam seperti ini.
Zea hanya mengangguk, dia berusaha untuk berdiri, namun tubuh lemahnya sedikit oleng, membuat wanita itu langsung meraih lengan Zea.
"Nona, nona tidak apa?" tanya wanita itu cukup khawatir. Wajah Zea begitu pucat, bahkan tubuhnya juga ikut mendingin.
Zea menggeleng dan berusaha untuk tersenyum.
"Biar saya bantu kekamar nona, ayo" kata wanita itu lagi.
Zea hanya mengangguk saja, kepala nya benar benar pusing. Mungkin karena tidak makan dan minum sejak padi, ditambah dengan disiram air dan dibiarkan terkurung didalam ruangan itu.
"Bolehkan saya minta air sedikit bu, saya haus" pinta Zea terdengar begitu ragu. Dia jadi takut, jika semua orang yang ada dimansion ini jahat dan juga membencinya.
Namun wanita ini malah tersenyum dan mengangguk, bahkan Zea bisa melihat jika wanita ini memandang nya dengan begitu iba. Apa dia kasihan melihat nasib buruk Zea???
"Iya, kita duduk disana sebentar ya" ujar wanita itu seraya menunjuk sebuah kursi yang ada didapur.
Zea hanya mengangguk saja dan terus berjalan dengan lemas kesana.
Wanita itu mendudukkan Zea dikursi, dan dia segera berlari kearah dapur meninggalkan Zea. Namun tidak lama kemudian dia langsung datang dengan membawa segelas air minum dan juga sepotong roti.
"Makanlah nona, nona pasti belum makan dari pagi kan" ujar wanita itu. Namun Zea nampak ragu memandangi roti itu. Perutnya memang lapar dan sudah sangat perih. Tapi.....
"Tidak apa apa, ini jatah saya, tidak akan ada yang marah. Ayo cepat dimakan, tuan sebentar lagi pulang, dan nona sudah harus bersiap siap" kata wanita itu lagi.
Zea mengangguk dan meraih roti itu. Matanya berkaca kaca sambil memakan roti dengan lahap.
Sungguh, wanita itu benar benar merasa sedih dan iba melihat Zea. Gadis yang masih sangat muda namun harus masuk kedalam kandang singa seperti ini. Bukan hanya menghadapi tuan Malik dengan segala kerumitan nya, dan sekarang Zea juga harus menghadapi ketiga wanita jahat itu. Sungguh malang sekali nasib Zea dimatanya.
"Saya bu Minah, pelayan disini, tugas saya didapur untuk memasak. Jika nona memerlukan sesuatu nona bisa mendatangi saya" ujar bu Minah
"Terimakasih bu, terimakasih banyak" ucap Zea dengan mulut berisi. Dia benar benar terharu, masih ada yang mengasihani nya dirumah ini.
Dan setelah selesai mengganjal perutnya dengan sepotong roti, Zea kembali kekamar dengan diantar oleh bu Minah. Ditengah jalan menuju kamar Malik, mereka kembali dihadang oleh ibu dan adik Malik. Mereka mengacam Zea agar tidak mengadu apa apa pada Malik. Namun Zea hanya diam, jangankan untuk mengadu, untuk berbicara saja dia sudah tidak berani.
Bu Minah hanya mengantar Zea sampai didepan pintu, karena dia tidak berani untuk masuk. Kamar malik adalah kamar terlarang bagi siapapun. Hanya Zayn yang boleh masuk dan membersihkan kamarnya sejak dulu, dan sekarang adalah Zea.
Setelah mengucapkan terimakasih pada bu Minah. Zea langsung masuk kedalam kamar. Dia tidak lagi duduk, melainkan langsung membersihkan kamar mandinya. Bu Minah berkata jika Malik tidak akan menerima kesalahan sekecil apapun, dan Zea memang sudah tahu akan hal itu, namun dia tidak tahu hukuman apa yang didapatkan jika dia melakukan kesalahan.
Tepat setelah selesai membersihkan diri, Malik sudah tiba didalam kamar. Wajah dingin nya memandang Zea dengan tajam. Membuat Zea langsung menunduk takut. Belum memandang wajahnya, namun merasakan aura nya saja sudah membuat Zea tidak bisa berkata apapun, apalagi ketika ditatap seperti ini.
"Apa kau lupa tentang peraturan itu?" tanya Malik dengan suara berat nya. Dia berjalan kearah Zea dengan langkah perlahan, namun begitu mencekam bagi Zea. Peraturan yang mana? Sungguh Zea lupa.
Alis Malik tergerak sedikit saat melihat wajah Zea yang pucat.
"Kenapa kau diam saja" bentak Malik, membuat Zea langsug terlonjak kaget.
"Maaf tuan... saya, saya lupa, tapi seingat saya,saya sudah melakukan semua nya" jawab Zea dengan suara yang bergetar.
Malik tersenyum sinis
"Kau yakin?" tanya nya begitu dalam
Zea terdiam, dan memberanikan diri memandang Malik, hanya sekilas namun dia langsung menunduk lagi seraya menganguk pelan.
"Handsanitizer dan sapu tangan. Dimana!!!!" teriak Malik
Dan lagi, teriakan ini benar benar membuat jantung Zea hampir terlepas.
Ya ampun....
kenapa dia sampai lupa dengan poin kecil itu.
Zea langsung berlari kearah lemari penyimpanan barang dan ingin mengambil benda itu, namun lagi lagi teriakan Malik membuat nya terkejut.
"Kau bahkan tidak memakai sarung tanganmu. Kau mau membunuhku ha" bentak Malik lagi.
Zea memejamkan matanya sejenak, dia panik dan ketakutan, sampai dia melupakan hal itu.
Zea kembali berlari menuju meja untuk mengambil sarung tangan, namun lengan nya langsung dicengkram Malik dengan kuat, membuat Zea meringis sakit. Karena sungguh, tangan besar itu membuat lengan kecil dan kurus nya terasa remuk.
"Untuk hal itu saja kau sudah lalai, apalagi untuk hal yang lain. Kau memang sungguh ingin merasakan hukuman dari ku rupanya" geram Malik.
"Tuan... maaf, saya ... saya janji tidak akan mengulanginya lagi" pinta Zea seraya meringis kesakitan.
Namun Malik sudah terlanjur marah, dua benda itu adalah hal penting dalam hidupnya, dan Zea malah melupakannya. Tidak akan dia biarkan.
Zea kembali meringis dan terhentak saat Malik menarik lengan nya dengan kuat, membuat tubuhnya terseret mengikuti langkah besar kaki Malik.
Malik membawa Zea kesebuah ruangan yang memang ada didalam kamar itu. Ruangan yang pintunya adalah dinding kamar yang bisa bergeser. Ruangan yang sangat kecil dan...... kosong.
Zea meringis saat Malik menghempaskan tubuhnya kedalam sana dengan kuat.
"Nikmati hukuman mu didalam sana" ucap Malik yang langsung keluar dan menutup kembali pintunya.
"Tuan jangan!!!!!" teriak Zea yang langsung berlari kearah pintu, namun pintu sudah ditutup rapat oleh Malik. Hingga membuat ruangan itu menjadi,
Gelap....
Pengap dan sunyi.
"Tuan!!!!" teriak Zea seraya memukul mukul tembok yang menjadi dinding kamar.
Zea ketakutan dan menangis dengan kencang. Karena sungguh, dia benar benar takut dengan gelap.
"Tuan.. tolong buka pintunya..."
Teriakan Zea benar benar kuat, namun sayang nya ruangan itu kedap suara. Jangankan untuk cahaya, udara saja tidak ada yang masuk kedalam sana.
Zea lelah, dia langsung meringkuk dan memeluk lututnya.
Kenapa jahat sekali mengurung nya disini???
Zea takut.... Zea takut gelap.
"Tolong... Zea takut" lirih Zea begitu pilu. Namun apa yang diharapkan, Malik tidak akan perduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Indah Alifah
baca novel ini banyak2 istigfar apa lagi puasa miris sekali nasibmu zea
2024-03-14
1
Lestari L
sebel dengan yang namanya penyiksaan, tapi nanti akhirnya juga jadi bucin tuh si mslik
2023-06-27
1
YK
si floe kan ada di situ. kenapa gak siksa floe aja, kok orang lain yg disiksa... 😑
2023-06-20
1