Zea mulai terbangun. Tubuhnya menggeliat perlahan seiring matanya yang mulai terbuka. Rasanya berat sekali, malam tadi dia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus menjaga Malik. Dan tertidur saat sudah mau subuh, itu juga karena bergantian dengan Zayn.
Zea beranjak, dan duduk dengan benar disofa. Matanya memburam, namun saat pandangan mata itu mulai jelas, Zea langsung terkesiap saat melihat Malik yang sudah duduk diatas ranjang dan memandang nya dengan lekat.
Dia sudah bangun???
"Mau sampai kapan kau tidur disitu?" tanya Malik.
Zea langsung menoleh kearah jam kecil yang ada disebelah Malik. Samar samar dia bisa melihat jika jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi.
Mata Zea melebar dan langsung tertunduk seraya berjalan mendekati Malik.
"Maaf tuan, saya ketiduran" ucap Zea.
"Kau tahu apa hukuman mu jika melakukan kesalahan bukan" ujar Malik.
Zea mengangguk pelan dengan wajah sedihnya. Padahal baru juga terlambat sedikit, tapi sudah mau dihukum saja. Kejam sekali.
"Kenapa lagi kau hanya berdiam diri disitu? Kau mau membuat ku kelaparan disini?" seru Malik lagi.
Zea terkesiap.
"I... iya tuan sebentar. Saya basuh muka dulu" jawab Zea yang langsung berlari kedalam kamar mandi. Meninggalkan Malik yang terlihat menghela nafas kesal.
Sejak tadi dia ingin membangunkan Zea. Namun entah kenapa Malik tidak tega. Apalagi melihat Zea yang terlihat begitu nyenyak dalam tidurnya.
Malik melirik jarum infus yang masih tertanam dipunggung tangannya, namun pandangan matanya kembali mengarah kepintu saat tiba tiba pintu terbuka dan menampakkan nyonya Donita dan juga Michella yang masuk kedalam dengan sesuatu ditangan mereka.
"Malik bagaimana keadaan mu?" tanya nyonya Donita yang langsung mendekat kearah Malik.
"Aku baik baik saja" jawab Malik dengan wajah datar.
"Kenapa kami tidak diperbolehkan melihat kakak semalam?" tanya Michella.
"Untuk apa kalian melihatku?" tanya Malik begitu acuh.
"Malik.... kami ini keluarga mu. Dan Zayn tidak berhak melarang kami untuk menemui mu" ucap Nyonya Donita. Sepertinya dia terlihat sangat kesal. Karena malam tadi saat Malik dibawa masuk kedalam ruang perawatan, Zayn sama sekali tidak memperbolehkan mereka berdua untuk menemui Malik.
"Zayn lebih tahu keadaan ku dari pada kalian" jawab Malik
"Malik, sampai kapan kamu menganggap mommy sebagai orang asing ha?" tanya nyonya Donita.
"Jika hanya ingin mencari marahku lagi lebih baik kalian pergi. Keluarga macam apa yang selalu ingin membuat ku hancur" ujar Malik.
"Kakak kau...."
ceklek
Pintu kamar mandi yang terbuka membuat perkataan Michella terhenti, dan dia langsung menoleh pada Zea yang baru keluar dari sana.
Wajah Zea sudah terlihat segar, meski polos tanpa make up. Zea memandangi kedua ibu dan anak itu dengan pandangan biasa, namu mereka yang selalu memandangi Zea dengan pandangan tidak suka.
"Bahkan orang asing itu kakak biarkan ada disini" ucap Michella begitu sinis seraya terus melihat Zea dengan pandangan bencinya.
Malik hanya diam saja dan terus memperhatikan Zea yang berjalan mendekat kearah meja. Meraih kotak makanan yang memang sudah ada disana dan disediakan oleh Zayn pagi tadi. Asisten berwajah datar itu sudah pergi keperusahaan sekarang.
"Jangan beri Malik makanan itu, aku sudah membawakan nya makanan dari rumah." ucap nyonya Donita seraya dia yang langsung mengeluarkan kotak makanan yang dia bawa.
Membuka isinya dan menyodorkan nya pada Malik.
"Makanlah, ini mommy buat sendiri. Kau akan jauh lebih segar setelah memakan ini" ujar nyonya Donita.
Malik melirik kearah makanan itu, sup asparagus.
"Bahkan sudah bertahun tahun hidup bersama ku mommy tidak pernah tahu apa yang menjadi pantanganku bukan" ucap Malik
Nyonya Donita terdiam, dia memang tidak tahu.
"Kemarilah, aku sudah lapar" panggil Malik pada Zea.
Zea yang sejak tadi mematung, langsung mengangguk dan mendekat kearah Malik. Membuat Michella langsung bergeser penuh kesal.
Zea membuka kotak makanan itu, yang isinya hanya bubur putih biasa.
"Malik, kamu butuh vitamin dan sayur sayuran untuk kesehatan mu" sergah nyonya Donita.
Malik melirik nya dengan wajah dingin.
"Tuan Malik tidak memakan asparagus Nyonya. Dokter melarang nya" ucap Zea.
"Sejak kapan kamu tidak memakan ini, biasanya kamu selalu memakan nya. Jangan berkilah Malik. Itu hanya bubur putih biasa, dan...."
"Stop, kalian bisa pergi dari sini" usir Malik
"Kakak, kenapa kakak tega sekali" protes Michella tidak terima.
"Pergi" usir Malik lagi
Zea memandangi Malik dengan heran, dan kembali menoleh pada nyonya Donita yang memandang nya penuh benci.
"Kamu memang keterlaluan, bahkan hanya karena gadis gembel ini kamu membuat mommy merasa terhina" geram nyonya Donita.
Malik hanya diam dan acuh saja.
Nyonya Donita langsung menarik tangan Michella dan membawanya keluar dari ruangan itu. Namun sebelum itu mereka melemparkan tatapan tajam pada Zea.
Zea langsung tertunduk takut. Pandangan mata mereka benar benar terasa seperti ingin mencabik cabik wajahnya.
"Tuan kenapa tuan mengusir mereka?" tanya Zea pada Malik, setelah kedua ibu dan anak itu keluar.
"Bukan urusan mu" jawab Malik.
"Tapikan...."
Ucapan Zea langsung terhenti saat tiba tiba Malik berseru.
"Mau sampai kapan kau membuatku menunggu. kau mau aku mati kelaparan ha?"
Zea terkesiap, dia langsung mengangguk dan menyerahkan kotak makanan itu pada Malik. Namun Malik hanya memandang nya saja dengan wajah yang semakin dingin.
Zea bingung, kenapa Malik tidak mengambilnya? Bukankah dia lapar?
Tapi ketika melihat tangan Malik yang masih tertusuk jarum infus, Zea jadi mengambil inisiatif sendiri. Zea langsung mengaduk bubur yang sudah dingin itu dengan pelan. Dan menyendokkan nya sedikit.
Dengan ragu dia langsung mengarahkan nya ke mulut Malik.
Malik kembali memandang bubur yang ada ditangan Zea, membuat jantung Zea semakin berdetak tidak menentu. Apa Malik akan mencampakkan bubur ini ke wajahnya?, atau???
Namun Malik malah membuka mulutnya, membuat senyum tipis langsung terbit diwajah Zea.
Ternyata Malik ingin disuapi, kenapa tidak bilang coba. Kenapa juga harus dengan wajah dingin seperti itu. Membuat Zea hampir kehilangan jantung nya saja.
Dan akhirnya, Malik makan dalam diam. Zea menyuapi nya dengan telaten dan begitu lembut. Namun dia sama sekali tidak berani memandang wajah Malik yang terus menerus memandang nya dengan lekat.
Apa ada yang salah dengan wajah Zea?
Hingga saat bubur itu tinggal separuh, Malik langsung menggeleng kan kepala nya.
Dengan sigap, Zea langsung beranjak dan meraih air putih yang ada diatas meja. Namun tiba tiba kakinya malah tersandung kursi yang ada disana, membuat air dalam gelas yang dia pegang tumpah dan mengenai Malik.
"Kau..." geram Malik
Zea langsung memejamkan matanya.
Sial sekali memang, baru saja tenang sebentar, sudah ada lagi yang membuat harimau ini marah!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Naika Putri wahyono
😂
2023-10-14
0
Sandisalbiah
harus extra sabar menghadapi mecan yg lagi terluka Zea.. entar koq dia udah sembuh, kita kasi dia kopi sianida ya...
2023-06-29
0
Marifatul ilmiyah
sabar zea sabar
2023-02-26
2