Bayangan Eman yang berkelebat terlihat jelas oleh Pak RT, membuat dia pun marah mengumpat Eman, Mungkin dia menyangka bahwa itu adalah warga kampungnya.
"Woi beg0, belegug, bodoh....! Kenapa Babi kamu giring ke sebelah barat, sudah biarkan kembali ke sebelah Selatan. Dasar bodoh! koplok!" Bentak Pak RT dengan berteriak, karena begitulah bahasa yang biasa digunakan ketika berburu, bahasanya bahasa kasar tidak ada lembut-lembutnya sedikitpun.
Sedangkan orang yang dimarahi, dia pun tetap fokus mengikuti sang babi, karena ingin terbebas dari kepungan pemburu, dia tidak mau masuk ke dalam perangkap membuat amarah Pak RT semakin kesal. dia pun berlari meloncati rumpun tebu timbarao, hingga meninggalkan suara kemrosok yang begitu bergemuruh, tak lama dia pun bisa mencegat pelarian Eman. dengan cepat tangannya mau memegang tubuh Eman agar berhenti menggiring babi.
Namun Eman menghindar, sambil mengarahkan serangan menuju ke arah dahi pak RT, menimbulkan suara berdenging seperti kumbang. Melihat serangan yang mau mengancam jiwanya, dengan segera pak RT pun menghindar ke samping kiri. Namun sayang ranting kayu yang dilayangkan oleh Eman lebih cepat daripada elakan, sehingga ranting itu tepat mengenai pundak Pak RT, membuat tubuh hilang keseimbangan, tangannya terasa mati rasa.
Bugh! walllla!
Dalam keadaan seperti itu, Ranti sudah terlihat jauh berlari ke sebelah barat, dengan cepat Eman pun mengikuti Ranti, dia takut kehilangan jejak, dia takut kehilangan babi yang diikuti.
Dari arah samping terlihat ada yang loncat, ternyata itu adalah si tumang, anjingnya aki Makmun. dengan cepat Anjing itu menggonggong mengeluarkan suara gonggongan yang sangat nyaring, membuat Ranti berhenti seketika, dia merasa takut ketika melihat anjing yang sangat besar.
Kemudian, anjing itu menerjang ke arah Ranti, dengan cepat Ranti pun menghindar sehingga anjing itu lewat terbawa oleh tenaganya sendiri, dari arah belakang Ranti disambut oleh Eman, menggunakan ranting kayu yang ia bawa.
Jebret!
Serangan Eman tepat mengenai mulut sang anjing, sehingga membuat anjing itu mendengus menahan rasa sakit.
Gaik! gaik! aik! aikkkkk!
Rintihan anjing yang sangat kesakitan, kemudian anjing pun kabur meninggalkan Eman dan Ranti.
"Yuk lanjutkan lagi Neng...!" seru Eman sambil mendorong tubuh Ranti, agar segera melanjutkan perjalanan. suara kemerosok pun terdengar bergemuruh, ketika mereka melewati rumpun yang rimbun, jantung mereka terasa berdegup kencang, dipenuhi dengan ketakutan takut ada tombak yang menerjang atau ada golok yang mengenai leher.
"Anjingku kenapa Woi....! anjingku Kenapa?" tanya aki Makmun, sambil berlari menuju ke arah anjingnya yang sedang kesakitan, namun sayang tidak ada seorangpun yang menjawab. karena mereka sedang terfokus memberitahu dengan berteriak, Bahwa babi itu berlari ke sebelah barat.
Bayangan hitam terlihat dari arah depan mau menghalangi pelarian Ranti dan Eman. kemudian dia menyalakan senter sehingga membuat babi itu berhenti kembali, matanya terlihat berkedip-kedip merasa silau sampai dia membuang wajah. namun dengan cepat Eman pun loncat ke arah depan, dengan cepat dia pun Mengayunkan serangan menuju ke arah senter.
Wusssh! jebret!
Seketika itu senter pun terlepas, kemudian disusul dengan teriakan orang yang memiliki senter itu, karena tangannya terasa patah membuat penglihatannya kabur seketika.
"Holoh, holoh...! haram jadah! Kenapa kamu tuh koplok! kenapa kamu malah menerjang ku. tuh babinya ada di depan, yang harus kamu Serang..! dan kamu giring ke perangkap, bukan menyerang, dasar koplok....!" Bentaknya sambil terus memegangi tangan yang terasa begitu sakit, mungkin dia menyangka bahwa orang yang menerjang adalah temannya. padahal Eman yang terus membela Ranti sang babi ngepet.
Eman tidak berbicara, dengan cepat dia mengambil senter, lalu dipukul-pukul kan hingga akhirnya center pun menyala kembali. cahayanya semerbak ke arah depan, sehingga terlihatlah orang yang memiliki senter sedang meringis menahan rasa sakit, matanya terlihat mengkerayap karena silau. tanpa berpikir panjang Eman pun melayangkan tendangan ke arah perut, sehingga membuat tubuh orang itu jatuh seketika, terperosok ke dalam rumpun ilalang, orang itu bergerak-gerak ingin cepat bangkit.
"Eneng, Ayo kita lanjutkan lagi, yang cepat....!" seru Eman dengan suara yang tertahan, kemudian dia pun loncat ke arah depan diikuti oleh sang babi yang berlari di belakang, sehingga mereka pun sampai di tempat yang hantar membuat pelarian mereka semakin mudah.
Namun sayang pelarian mereka malah mendekat ke arah orang-orang yang menjaga yang berada di sebelah barat, yang dijaga oleh empat orang karena Mang Dana tadi dia tidak sabar sehingga dia pun ikut mengoyak bergabung dengan kelompok aki Makmun.
Empat orang itu terlihat bersiaga, bersiap menerima segala kemungkinan, Bahkan mereka sudah mengeluarkan golok.
"Eneng Jangan berlari di dekat tepian pagar, ini sangat berbahaya. berlari ke sebelah kiri, soalnya ke depan berbahaya, ayo....!" seru Eman mengatur siasat sehingga Ranti yang berlari di arah depan, dia pun membalikan tubuh menuju ke arah sebelah utara, melewati rumpun ilalang membuat orang yang berjaga, meninggalkan posnya lalu lari menuju ke arah datangnya suara.
Kejadian seperti ini, itu sangat menguntungkan bagi Eman. karena para penjaga yang berada di sebelah barat Mereka pun terpencar sendiri-sendiri. terlihat dari arah depan ada orang yang sudah sampai ke tempat mereka, Eman tidak gugup dengan cepat Ia pun mengarahkan cahaya senter ke arah wajah orang yang mencegat, agar orang itu merasa silau.
"Tubruk Neng, tubruk....!" seru Eman memberikan komando, tanpa berpikir panjang Ranti pun menerjang orang yang menghalangi.
Bugh! blak!
Tubuh orang yang tertabrak oleh Ranti pun terjungkal ke belakang, kemudian dia berteriak menahan rasa sakit, matanya pun terlihat membulat dengan sempurna, goloknya tak terlihat mungkin jatuh entah ke mana.
Ranti dan Eman Terus Berlari dengan menggunakan sisa-sisa tenaga, menghindari tempat itu. namun ketiga orang yang masih tersisa, Mereka pun memotong jalan kedua makhluk berbeda jenis itu. terlihat di tangannya ada golok, dan pentungan, bahkan dari sebelah belakang terdengar kemerosok orang yang sedang mengejar, membuat Eman sedikit menemukan kebingungan. namun akalnya berpikir mencari cara, sehingga dia pun menunjukkan cahaya senter ke arah muka musuhnya, sehingga membuat orang yang menjaga matanya berkedip, karena silau. bahkan orang yang sedang berlari, ketika ada cahaya senter menerpa wajahnya, tubuhnya pun goyang seketika, lalu ambruk menimpa rumpun gajah. kedua orang yang lain yang melihat kejadian itu mereka pun terkaget, sehingga berhenti seketika.
Ranti melihat kesempatan yang sangat baik. dia pun terus mempercepat langkah larinya, agar segera menjauh dari tempat yang membahayakan. kemerosok suara tubuhnya yang menerpa rumpun, hingga meninggalkan suara bergemuruh. akhirnya dengan perjuangan yang begitu menguras pikiran dan tenaga, mereka berdua pun bisa berdiri di luar kepungan para warga Kampung Ciaul. kemudian Ranti pun berlari semakin menjauh diikuti oleh Eman yang tidak merasa sedikitpun kesusahan karena ditangannya ada sebuah senter yang menerangi jalan. di tempat itu lumayan agak rata, sehingga memudahkan untuk melakukan pelarian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments