bab. 10 Mimpi Eman

Setelah semua makanan habis, perut Ranti pun mulai terasa terisi kembali, tidak kempis seperti tadi. kemudian dia pun merebahkan tubuhnya dengan menjadikan kaki depan sebagai sandaran kepala. melihat tingkah laku sang babi ngepet, Eman terlihat mengerutkan dahi, kepalanya terasa pusing memikirkan, menerka-nerka kejadian yang sedang ia alami. dia tidak mengerti kenapa ada seekor babi yang begitu aneh, Eman berpikir lumayan lama tidak ada perkataan atau pembicaraan yang keluar dari mulutnya. hingga dia pun membaringkan tubuhnya kembali di samping sang babi.

Keadaan semakin lama semakin menuju ke waktu maghrib, suara ciang-ciang terdengar begitu bergemuruh saling bersahutan, membuat suasana di dalam hutan itu terasa Asri. dedaunan terlihat bergoyang seperti orang yang melambai-lambaikan tangan, semilir angin kecil yang menerpa seperti sedang mengeloni Eman dan Ranti.

Perut yang sudah terisi penuh, mengundang rasa ngantuk yang tak bisa tertahan. hingga Ranti pun mulai memejamkan mata, tak lama setelah itu dia pun berpindah alam menuju ke alam impian dengan posisi merebahkan tubuhnya. sedangkan Eman dia terus menatap sang babi yang terlihat tidak bergerak, semilir angin kecil terus menerpa wajah membawa santet nasi tidak bisa ditahan. sehingga akhirnya dia pun mulai memejamkan mata, mengikuti sang babi yang sudah tidak ingat dengan keadaan sekitar. Eman tidur dengan lelap tersantet oleh santet nasi.

Semilir angin datang kembali, Mengayunkan dedaunan yang sudah kering, terbang melayang menuju ke arah dada Eman. namun orang yang dihinggapi tidak terganggu sedikitpun, Bahkan dia semakin terlelap dalam tidurnya. dari atas pohon Cangkring terlihat ada seekor tupai yang berlari menginjak ranting kering, sehingga ranting itu patah jatuh menimpa kaki Eman. namun Eman tidak sedikitpun tergoyahkan. sedangkan Ranti dalam bentuk babi ngepetnya, dia pun sama terlelap, mungkin dia sudah melakukan pekerjaan yang menguras akal dan tenaganya, ditambah dengan perut yang terasa kenyang, sehingga dia pun melupakan keadaan sekitar, lelap seperti tidak ada kekhawatiran di dalam hidupnya.

Eman yang tertidur lelap, dia pun bermimpi. di dalam impiannya Eman sedang berjalan sendirian, hingga tak sadar dia pun sampai di salah satu taman yang begitu indah. di taman itu ada bangku panjang di bawah pohon beringin putih. di sebelah kanan terlihat taman bunga yang sedang mekar, dengan berbagai macam bunga tanaman. daun yang sangat hijau terlihat sangat kontras dengan bunganya yang sedang Mekar, memberikan keindahan warna yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata. bunga itu terlihat sangat beragam, ada yang berwarna kuning, merah, Ungu, merah muda dan warna-warna lainnya, wanginya semerbak memenuhi tempat itu.

Di Dalam impiannya, Eman pun mendudukkan tubuh di bangku panjang yang berada di bawah pohon beringin putih, terlihat ada burung kecil yang terbang ke pangkuannya, burung itu hinggap di atas paha Eman sambil mengeluarkan suara khasnya. Eman pun mendiamkan burung itu sambil terus menatapnya, hingga burung itu terbang kembali ketangkai bunga ros.

Ranting bunga ros terlihat bergoyang, ketika dihinggapi oleh sang burung di dalam impian Eman. sehingga bunga ros yang sedang mekar jatuh ke bawah. membuat Eman menarik nafas dalam karena dia sangat menyesal, membiarkan sang burung hinggap di tangkai bunga, Sampai berakibat menjatuhkan bunga yang terlihat sangat lucu.

Eman Pun membangkitkan tubuh dari bangku panjang yang berada di bawah pohon beringin putih, kemudian dia memindai area sekitar lalu mengambil batu sebesar buah kemiri, mau digunakan untuk melempari sang burung. tapi belum saja dia meneruskan niatnya, dari arah Lain terlihat ada seorang wanita yang datang, wanita yang masih berumur remaja, mungkin kalau ditaksir tidak kurang dari 22 tahun. Gadis itu tiba-tiba berbicara, Suaranya sangat lembut seakan mengganggu ketenangan telinga setiap orang yang mendengarnya. karena suara itu pasti akan sangat terngiang-ngiang bahkan Eman yang mendengarnya langsung, dia seperti mendengar dalam dunia nyata, bukan dalam dunia impian.

"Engkang....! burung itu jangan dilempar, kasihan...!"

Deg!

Jantung Eman terasa Berhenti Berdetak, matanya melirik ke arah gadis yang berbicara. hatinya terasa berdebar badannya terasa menggigil panas dingin, hingga tak terasa tangan pun bergetar.

Pluk!

Batu yang tadi di ambil oleh Eman untuk melempar sang burung, terjatuh kembali ke tanah. Suara batu yang terjatuh diikuti oleh suara tubuh Eman yang ambruk seketika, merasa lemah seperti hilang semua kekuatan, Terkesima dengan melihat gadis yang sangat cantik.

"Eneng siapa....? Dan kamu itu sebenarnya siapa?" tanya Eman dengan suara sedikit bergetar, dibarengi dengan jantung yang terasa mulai berdegup kencang. maklum seumur hidup dia baru pertama kali menemukan wanita yang sangat cantik, apalagi hanya berduaan di taman bunga yang begitu indah.

"Akang.....! Saya adalah orang yang paling susah di dunia ini, saya sedang merasakan Lara Hati, sedih yang tak terhingga. sudah lama berjalan tanpa arah dan tujuan, terlunta-lunta tidak tahu ke mana arah yang dituju. ingin pulang namun tidak tahu jalan, tolong saya Engkang....! tolong....!" ujar gadis cantik itu sambil mendekat ke arah Eman, kemudian Gadis itu duduk di sampingnya. Tanpa meminta izin terlebih dahulu dia mengaitkan tangan memeluk tubuh pemuda itu.

Hati Eman terus berdebar, jantungnya terus Semakin berdegup. "Oooooh begitu.....!" jawab Eman yang terlihat sangat gugup, pembicaraannya sangat tidak jelas.

"Semoga Engkang berbaik hati, mau menolong orang yang sedang sangat kesusahan. kalau Engkang mau menolong saya, sebagai imbalan atas kebaikan Akang, saya akan menyerahkan seluruh tubuh, lahir, batin, jiwa dan raga. Semuanya akan saya serahkan bersujud, berserah diri, mengabdi kepada Akang. sama Pemuda lain Saya sangat takut, tapi Entah mengapa kalau sama Engkang saya akan menyerahkan diri. soalnya saya sangat yakin Engkang bukan orang yang serakah, bukan orang jahat, bukan orang yang berani berbuat lancang. bukan orang yang suka bertakabur sombong. Nah, dari dasar itu saya akan Ridho ikhlas menyerahkan diri kepada Akang. namun semoga Akang mau berbaik hati mau menolong saya yang sedang tersesat dalam langkah, tidak bisa pulang kembali ke rumah." Ujar Gadis itu mencurahkan semua isi hatinya.

Eman yang masih berada di dalam mimpinya, dia semakin merasa gugup. dia terdiam berpikir lumayan lama, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. wajahnya terlihat pucat, matanya terus berkedip, detak jantungnya semakin kencang seperti gelombang air laut yang sedang badai.

Tangan sang gadis yang begitu halus, terlihat memegang jari-jemari Eman dengan begitu erat, mengisyaratkan bahwa dia sangat membutuhkan pertolongan. dengan perlahan matanya menatap lekat ke arah wajah Eman, sehingga terasa tatapan itu masuk menusuk hati Sang Pemuda, seperti hendak tinggal bersemayam di dalam hati Eman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!