"Mungkin lusa kita sudah akan sampai ke kampung Ciandam, kita harus saling menguatkan, saling menyayangi, saling membantu saling setia. Apakah Neng Ranti siap untuk setia dengan Akang?:
Ngrok!
"Syukur kalau mau setia. eh, nggak tahu lah, nggak ngerti juga. Hehehe,"
Ujar Eman yang sedang mengajak sang babi yang berada di pangkuannya untuk mengobrol layaknya seperti sedang mengobrol dengan seorang manusia. Ranti hanya bisa menjawab dengan suara segrokan dan kedipan mata, ditambah Telinganya yang terus bergerak-gerak.
Keadaan waktu itu semakin lama semakin gelap, suara tonggeret sudah tidak terdengar lagi, hanya ada suara belalang dan jangkrik yang menghiasi tempat istirahat mereka. Lembayung senja sudah tidak terlihat, diantarkan oleh suara kicau burung yang sedang mencari tempat penginapan. sayap-sayap malam sudah mulai terbuka, waktu siang sudah digantikan dengan gelap. sehingga keadaan di bawah pohon beringin semakin gelap, karena tidak ada cahaya yang bisa masuk ke tempat itu.
Suara Jangkrik semak di Sahuti dengan burung hantu, ditembak dengan suara gagak menambah suasana mencekam malam yang terlihat sunyi. keadaan yang membuat khawatir, karena hanya berisik oleh suara-suara hewan-hewan yang membuat bulu Kuduk berdiri, apalagi ketika mendengar suara serigala yang menggonggong, menambah kegetiran, membuat siapa saja akan malas untuk berjalan. Kalau bisa ingin berbaring di bawah selimut di dalam kamar, memeluk guling. Namun sayang Eman dan babi ngepet yang bernama Ranti, mereka tidak bisa menikmati malam walaupun mereka sedang berdua, mereka hanya bisa memakai selimut kabut, berkasurkan tanah di atapi oleh langit, dibantali oleh akar pohon beringin. tapi kalau badan yang merasa lelah dan terasa capek, hingga lama-kelamaan kedua makhluk itu tertidur dengan pulas.
Eman tidak merasa dia sedang tidur bersama babi, karena bau babi itu tidak Bau seperti babi pada umumnya, Eman merasa sedang tidur dengan seorang manusia karena bau babi ngepet itu tidak jauh beda.
Eman tidur dengan begitu lelap, Bahkan dia pun bermimpi kembali bertemu dengan gadis cantik yang menemuinya di malam kemarin, Eman merasa heran kenapa Gadis itu selalu hadir di dalam mimpi.
Di mimpinya sekarang, Eman mendapat kabar Gadis itu dia tidak mau pulang Kalau bajunya belum dilepas, membuat Eman berpikir karena mendengar kata baju. sehingga dia pun terbangun dari tidur lelapnya. Eman memindai area sekitar namun sayang keadaan yang gelap tidak bisa melihat apapun, Walaupun dia sudah melebarkan kelopak mata.
"Aneh, sudah dua malam Gadis itu selalu hadir dalam mimpiku, Apa benar wanita itu adalah Ranti?" begitulah gumam hati Eman.
Tangannya bergerak seperti mencari sesuatu hingga tangan itu Terhenti di pundak sang babi, kemudian Eman mengelusnya dengan perlahan seperti orang yang sangat menyayangi.
Emang semakin penasaran, dia semakin membulatkan tekad, menyatukan tujuan pikiran. dia akan mengorbankan seluruh jiwa raganya untuk membela sang babi. pertama dia merasa kasihan, karena nasibnya harus mengalami seperti itu, yang kedua dia merasa berhutang Budi dan hutang itu tidak akan bisa terbayar kalau tidak dibalas dengan yang setimpal. begitulah pemikiran Eman pada waktu sekarang.
****
Kampung Ciaul, kampung yang berdampingan dengan hutan yang dipakai menginap oleh Eman dan Ranti. suasana di kampung itu, jangkrik semak terdengar sangat berbisik di sauti oleh suara ciang-ciang yang tak mau kalah menunjukkan ekstensi menghiasi keadaan Kampung Ciaul. terlihat di salah satu halaman rumah, ada kerumunan orang yang sedang berkumpul, ada yang duduk sambil merokok, ada yang berdiri sambil mengobrol, ada juga yang menyandarkan tubuh ke tiang rumah, matanya menatap ke arah langit, mengantar lamunan menggembala khayalan.
Semilir angin malam menggelitik orang-orang yang berkumpul, menyela-nyela menusuk ke dalam baju, membuat rasa dingin yang terasa menusuk, sehingga tidak sedikit orang yang membetulkan penutup kepala, sarungnya dililitkan ke leher.
Sedangkan langit terlihat sangat cerah tidak ada awan yang menghalangi, Namun sayang sedang gelap bulan, yang timbul hanya Bintang yang sedang berkedip bak kunang-kunang.
Gog! gog! aunggg!
Dari arah jauh terdengar suara gonggongan anjing, dari arah lembah terdengar suara kemerosok, sehingga membuat orang yang sedang berkumpul terlihat terperanjat kaget. bahkan ada yang Sigap memegang kepala golok, bersiap dan berwaspada takut ada sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Meooong!
Tak lama setelah ada suara kemrosok, terdengar suara kucing yang memarahi sang anjing, menunjukkan suara menakutkan seperti hendak bertengkar, membuat orang yang tadi sudah bersiap terlihat menarik nafas lega.
"Eh dasar kucing haram jadah...! kirain maling ternyata hanya si mawar." begitulah gerutunya orang itu kemudian dia pun melanjutkan menyandarkan tubuh ke tiang rumah.
"Ke mana si aki Makmun, Kok lama banget sih, jadi apa nggak Kalau nggak aku mau pulang lagi?" Timpal warga lain yang terdengar menggerutu, terlihat seperti orang yang sudah kesal menunggu.
"Lah kalau bicaranya jangan suka melantur Jang. sabarlah sedikit...!" jawab Pak RT sambil menghisap rokok daun Aren yang berada di tangannya, menimbulkan asap yang mengepul terbang ke atas lalu sirna tertiup oleh angin.
Dalam keadaan menunggu ketidakpastian, dari arah jauh terlihat bayangan hitam yang mendekat.
Uhuuuuuuk!
Bayangan itu mengeluarkan suara batuk, kemudian dia terdengar memanggil anjingnya.
"Euh, euh, kukuk, kukuk, trk, trok, trok!"
Membuat semua orang melirik ke arah datangnya suara, yang sedang duduk dengan segera berdiri, yang sudah berdiri Mereka terlihat bersiaga, yang sedang mengobrol seketika menghentikan pembicaraan, seperti jangkrik yang dikagetkan.
Lama ditunggu akhirnya ke tempat itu ada seorang yang datang, sosok kakek-kakek yang sudah bungkuk, namun terlihat masih segar. kepalanya diikat menggunakan bando khas jawara, dipadukan dengan kampret hitam, celana pangsi. di pinggangnya terikat golok pendek, tangannya memegang tongkat, di belakang kakek itu ada seekor anjing yang bernama si tumang pengawal Setia.
"Ternyata aki datang juga, Bagaimana aki sudah saatnya apa belum nih?" tanya Pak RT sambil mendekat ke arah orang yang baru datang, sedangkan yang lain tidak ikut berbicara.
"Kenapa bertanya saatnya apa belum. ayo kita berangkat sekarang, karena perjalanan yang akan kita tempuh lumayan membutuhkan waktu yang lama. tapi ingat kita harus tetap berhati-hati karena malam ini kita akan menangkap babi tunggal, yang cuma satu. biasanya babi seperti itu sangat beringas dan galak," jawab kakek-kakek itu yang tidak lain adalah aki Makmun, pemburu babi yang sudah tersohor dari Kampung Ciaul.
"Rasanya semuanya sudah siap tidak ada yang teledor, karena orang yang masih belum banyak pengalaman, saya tidak mengajak mereka, takut mereka celaka..." ujar Pak RT menjelaskan.
"Benar, Bagus kalau begitu. ya sudah kita Jangan membuang waktu, Ayo kita berangkat. Oh iya, ada berapa anjing?"
"Ada 9, sama anjing aki."
"Cukuplah Segitu juga, Ayo ah!"
Ujar aki Makmun sambil membalikkan tubuh kemudian dia pun memimpin gerombolan orang, diikuti oleh anjing yang bernama si tumang. setelah melihat pemimpinnya berangkat akhirnya orang-orang pun mengikuti berjalan di kegelapan malam, memperlihatkan bayangan-bayangan hitam yang masuk ke dalam gelapnya malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments