Bab 4. Nasihat Pak Ustadz

"Iya Pak, Saya tidak akan mengikuti sayembara saya akan tetap diam di rumah, karena belum berani menghadapi segala resikonya, Belum berani dengan mandi darahnya. tapi bagaimana dengan Mang Surya, bapak?" ujar Wira memberi keputusan, dia masih bisa dinasehati sehingga dia tidak melanjutkan niatnya yang ingin mengikuti sayembara.

"Syukur kalau mengerti kamu Wira, Bapak sangat bahagia mendengar kesiapanmu yang seperti itu. tapi awas kamu jangan punya prasangka, kalau bapak membatasi gerak anak, bapak menghalangi cita-cita anak bapak. tapi Bapak cuma mengingatkan kalau kamu mau ikut kamu harus berpikir dengan matang, menimbang baik buruk yang akan terjadi sama kamu Wira. jangan sampai kalah dengan hewan kecil yang bernama hap hap atau hewan cekiber."

"Emang Bagaimana Pak?"

"Hewan cekiber adalah ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. itu bisa dijadikan contoh bagi manusia yang mau menggunakan akal dan pikiran. coba kamu perhatikan hewan itu, Walaupun dia mau memanjat ke pohon yang besar, dia tidak lupa menggoyang-goyangkan pohon itu menimbang dan mengukur, apa pohon yang mau dipanjat itu kuat untuk dinaiki atau tidak. kalau sudah yakin bahwa pohon itu sangat aman, baru hewan itu memanjat. nah ini adalah contoh bagi kita, jadi kita bisa mengambil kesimpulan kalau kita mau mengerjakan pekerjaan yang besar, awas jangan sampai tidak berhati-hati, harus dipikirkan dulu dengan matang, ditelan dan dimuntahkan, dipikir berulang kali, dipertimbangkan untung ruginya, sambil mengukur kemampuan yang berada di dalam diri sendiri. menurut peribahasa jangan sampai kita mengerjakan sesuatu tanpa di perhitungkan sebelumnya, begitulah maksud Bapak Wira."

"Terima kasih Pak...! Wira sangat paham sangat mengerti dengan apa yang Bapak sampaikan. tapi bagaimana dengan Mang Surya Pak?" tanya Wira mengulangi pertanyaan yang belum dijawab oleh orang tuanya.

"Kenapa kamu terus menerus menanyakan Mamang kamu, Apa sebabnya kamu menanyakan hal seperti itu?" tanya Pak Ustad sambil menatap lekat ke arah anaknya.

"Karena Mang Surya terlihat sangat kecewa karena babi peliharaannya hilang dilepaskan oleh sang istri, ditambah Dia sangat bersemangat ketika menyampaikan ingin mengikuti sayembara. sedangkan istrinya, bi Hamidah tidak mengizinkan, bahkan lebih memilih putus hubungan kekeluargaan, daripada mengizinkan suaminya mengikuti sayembara. coba tolong bantu saya berpikir Apa yang harus kita lakukan, karena saya merasa khawatir, takut Mang Surya bertemu dengan kesulitan, sesuai dengan yang Bapak bicarakan."

"Bagus...! bagus pemikiran kamu sangat bagus. Bapak sangat bahagia kalau kamu memiliki pemikiran sampai ke sana, Berarti kamu sudah memiliki rasa tanggung jawab untuk memikirkan nasib dan kelakuan Paman kamu. begini Wira, sama bapak Mamang kamu Surya Jaya sudah dinasehati agar dia berpikir dua kali, tapi kayaknya dia sudah membulatkan tekad, menyatukan tujuan, dia beranggapan kalau sayembara itu bisa menguntungkan bagi kehidupannya, karena dia merasa memiliki babi ajaib, babi beranting. tapi sekarang babi itu sudah dilepaskan sama bibi kamu yang bernama Bi Hamidah, yang artinya harapan Mamang kamu Semuanya hancur seketika, karena modalnya sudah hilang. Nah, sekarang dia tetap Kukuh ingin pergi."

"Pergi mengikuti sayembara bukan bapak?" tanya Wira memastikan.

"Nggak tahu, bapak juga bingung. karena niatnya sekarang berubah kembali, niatnya dia ingin mencari si Gogi babi peliharaannya yang sudah hilang. dia tidak berniat mengikuti sayembara, niatnya hanya ingin mencari modal usaha yang sudah hilang, karena dengan keberadaan babi ajaib itu bisa menghasilkan uang yang lumayan banyak, dari mengamen dan membuat pertunjukan sirkus babi. begitulah maksud dan tujuan Mamang kamu?"

"Tapi walaupun maksudnya bukan mengikuti sayembara, tetap saja pasti akan ada resikonya, pasti akan menghadapi bahaya besar, seperti yang sudah bapak bicarakan tadi. Mang Surya akan bertemu dengan orang-orang yang beringas dan galak, bahkan mungkin kejam." ujar Wira mengungkapkan pendapatnya.

"Benar itu tidak salah pasti kejadian seperti itu tidak akan bisa dihindari. tapi Biarkan saja, karena Mamang kamu sudah tua, sudah banyak makan asam manis kehidupan."

"Berarti kalau begitu, Bapak mengizinkan Mang Surya untuk menjalankan niatnya."

"Wira! yang perlu kamu ketahui, kalau Mamang kamu Adik Bapak, Sedangkan kalau kamu anak bapak. dari perbedaan itu pasti akan ada bedanya, karena kedudukannya pun berbeda. adik dan anak itu sangat jauh, kalau mengingatkan menasehati Mamang kamu itu hanya sekedar, hanya saling mengingatkan sesama saudara, Karena sekarang sudah memiliki tanggung jawab masing-masing. sedangkan sama kamu selain dari nasehat itu adalah pelajaran seorang bapak terhadap anaknya, agar kamu menjadi orang yang matang dalam mengambil tindakan, waspada dan teliti ketika mau melakukan sesuatu. itu semua berada di dalam tanggung jawab bapak, soalnya bahagia dan celaka seorang anak masih berada di tanggung jawab orang tua. Jadi intinya Mamang kamu Surya Jaya tidak akan Dilarang, tidak akan ditahan, karena kewajiban bapak yang harus saling nasehati Sudah Bapak jalankan, mau begini, mau begitu, bagaimana keinginannya saja, Tapi kalau buat kamu, harus mengikuti semua yang dinasehati oleh Bapak!"

"Mengerti Kalau begitu Bapak, namun Saya sangat khawatir dengan Mang Surya, takut bertemu dengan bahaya. Bagaimana kalau saya mau ikut dengannya, namun tidak akan menunjukkan diri, saya akan mengikuti dari kejauhan saja. jadi ketika Mang Surya celaka atau bertemu dengan kesulitan, nanti saya bisa membantunya."

"Bagus, bagus, kalau kamu memiliki niat seperti itu. silakan kamu ikut Mamang kamu, Anggap saja kamu sedang mencari pengalaman, tapi awas kamu harus tetap Waspada."

"Baik Pak, terima kasih!"

Wira sangat bahagia, karena diberikan izin oleh bapaknya untuk mengikuti Surya Jaya. dengan segera dia pun bangkit untuk menemui ibunya meminta izin untuk mengikuti mamangnya.

Ibu Wira mendapat permintaan anaknya seperti itu, dia tidak banyak berbicara, yang terpenting suaminya sudah mengizinkan, dia tidak akan menghalangi niat anaknya.

Mendapat izin dari kedua orang tuanya, dengan segera Wira pun berdandan membawa bekal secukupnya, membawa senjata takut diperlukan. Setelah semuanya dirasa rapi dia pun berpamitan kembali ke bapaknya, kemudian dia pergi diantarkan oleh tatapan pak ustad yang berdiri di teras rumah.

Wira terus berjalan menuju ke sebelah selatan, Karena dia sudah mendapatkan kabar dari tukang warung, bahwa pamannya berjalan menuju ke arah itu, yang berniat mencari si Gogi yang dilepaskan oleh istrinya.

~

Singkat cerita, kampung-kampung sudah didatangi, desa-desa sudah disusuri, sambil terus bertanya Berharap ada orang yang mengetahui tentang keberadaan sigogi. Namun sayang tidak ada orang yang memberikan keterangan mengenai babi yang bernama si Gogi, bahkan tidak ada seorang pun yang bertemu. yang ada Surya Jaya hanya bertemu dengan orang lain yang sama-sama sedang mengikuti sayembara mencari babi aneh, babi ngepet yang memiliki anting.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!