Orang-orang yang berjalan diantarkan oleh suara jangkrik tanah dengan suara anjing tanah, disahutioleh suara kodok yang terdengar dari arah sawah, jangkrik semak disahuti oleh belalang hijau pun sama memeriahkan waktu malam.
Bayangan itu terus berkelebat menuju ke tepian Kampung Ciaul, mereka terus berjalan di pematang sawah, berjalan sendiri sendiri, beriringan dengan anjing pemburu. setelah menghabiskan Jalan Sawah, Mereka pun tiba di kebun kopi.
Rombongan itu terus berjalan menanjak menuju ke arah bukit, hingga akhirnya mereka pun tiba di satu bukit yang bernama pasir tiis. orang yang berjalan paling depan berhenti, membuat orang-orang yang berjalan di belakangnya pun mengikuti pemimpinnya, tidak ada yang berani mendahului.
"Ada apa ini aki?" tanya Pak RT yang merasa heran.
"Rombongan kita harus dibagi 3 bagian, ke arah timur di Pimpin oleh kamu Jang Fahmi 5 orang, ke sebelah Barat dipimpin oleh Mang dana, sisanya kita akan mengoyak bagian tengah bersama aki. begitupun dengan anjing harus dibagi 3, sehingga setiap rombongan kebagian 3 anjing. ya sudah Ayo jalankan...!" ujar aki Makmun mengatur siasat yang dimaksud olehnya, agar pekerjaan orang-orang tidak ngelantur ke mana-mana, kalau diarahkan seperti itu.
Anak buah aki Makmun mereka sudah sangat mengerti, Kemudian mereka pun memisahkan diri masing-masing, mencari teman yang dianggap bisa Sehati dan sepikiran. soalnya kalau tidak serasi kadang pula di tempat pemburuan mereka suka berselisih paham, yang akhirnya bisa menggagalkan niat mereka.
Setelah memisahkan diri menjadi tiga kelompok, Mereka pun berpencar menuju ke tempat masing-masing, sesuai arahan yang dibuat oleh aki Makmun. yang ke sebelah timur dipimpin oleh Fahmi, sedangkan yang ke sebelah Barat dipimpin oleh Mang Dana. tiga anjing yang mereka bawa sudah mendahului merangseg masuk ke dalam semak belukar menyusuri jejak babi.
Sedangkan aki Makmun bersama rombongannya tidak kurang dari sembilan orang. mereka merangseg masuk dari arah Tengah, mereka bertugas untuk menggiring buruan menuju ke arah samping Barat atau Timur.
Sebenarnya aki Makmun sama warga Kampung ciaul, mereka sudah membuat janji tadi siang. mereka akan menangkap babi yang berada di pasir tiis. soalnya tadi siang mereka mendapat laporan dari orang yang sedang mencari rumput, dia melihat ada seekor babi di sekitar perangkap sedang menjarah Kebon singkong.
Hingga akhirnya malam itu mereka pun pergi ke Medan perang, memutarkan berbagai cara dalam rangka mencegah hama yang suka mengganggu tanaman mereka. sudah menjadi kebiasaan di Ciaul, kalau ada babi hutan mereka suka memburunya. setelah bisa ditangkap mereka akan diadukan buat mencari uang, kalau sudah lemah tidak daya babi itu akan mereka jual ke Bandar, dibawa ke kota. begitulah kebiasaan warga kampung Ciaul.
Pasir tiis yang awalnya Sunyi sepi, tidak ada kehidupan di sana. sekarang suasananya berubah menjadi mencekam, gonggongan anjing terdengar memenuhi setiap sudut Bukit, di sahuti teriakan-teriakan orang yang sedang mengoyak rumpun-rumpun yang rimbun, menimbulkan suara kemrosok yang semakin menambah kegetiran suasana malam.
Cahaya senter menerangi semak-semak yang belukar, menakut-nakuti hewan yang sedang bersembunyi. dengan terus berteriak, sehingga jangankan orang hewan pun terkaget seketika, apalagi suara anjing sangat menggema.
Musang-musang terlihat sangat gugup, ular-ular dengan cepat mencari tempat yang sunyi, berang-berang merasa heran. semua hewan penghuni pasir tiis, mereka terperangga kaget merasa takut, sehingga mereka pun sebisa mungkin melarikan diri.
Dalam keadaan yang menakutkan, ada orang yang lebih terkejut, yaitu Eman yang sedang tidur di bawah pohon beringin terperanjat bangun, karena mendengar suara teriakan-teriakan orang yang terdengar sangat ramai, soalnya tempat yang dipakai tidur oleh Eman dan Ranti masih termasuk ke lingkungan pasir tiis.
"Alah.....! itu suara apa yang sedang ribut. apa jangan-jangan Sedang berburu, Bagaimana kalau sedang berburu harimau, aku akan sangat celaka." ujar Eman sambil memindai area sekitar, namun sayang tidak ada yang terlihat, hanya gelapnya malam yang terlihat sangat gelap, meski lingkungan pohon beringin masih terlihat samar-samar, tapi ketika di tempat rimbun seperti itu hanyalah kegelapan.
Eman semakin merasa khawatir, dengan cepat dia pun membangunkan babi yang tidur di sampingnya. sehingga Ranti pun bergerak terbangun dari tidur, telinganya tertarik ke atas, jantungnya terasa berdegup, soalnya ketika dia membuka mata, dia sudah mendengar ada keramaian yang sangat mengkhawatirkan.
"Eneng, Eneng ada yang sedang berburu," ujar Eman memberitahu dengan berbisik, membuat babi itu membangkitkan tubuh, telinganya semakin tertarik ke atas, mempertegas suara yang ia dengar. Ternyata benar di tempat itu ada orang yang sedang berburu.
Ranti merasa takut dan kebingungan, karena dia tidak bisa berbicara untuk mengungkapkan perasaan yang sedang ia rasakan, hingga akhirnya dia pun masuk ke dalam ketiak Eman, seperti sedang mencari perlindungan membuat Eman memegang leher sang babi dengan begitu erat.
"Tenang Neng, kamu jangan takut, jangan khawatir...! karena akan tidak akan tinggal diam, pasti akang membela Eneng sekuat tenaga. Ayo kita lanjutkan perjalanan, agar segera jauh dari tempat ini, takut tercium oleh orang yang sedang berburu." ujar Eman dengan penuh kasih sayang, Bahkan dia sempat mengusap-ngusap punduk Ranti, kemudian dia pun bangkit lalu berjalan meninggalkan bawah pohon beringin, agar bisa terbebas dari orang yang sedang berburu.
Ranti berjalan paling depan, di belakangnya terlihat Eman mengikuti. jalan yang mereka lalui semakin lama semakin rimbun, bahkan di samping kirinya terlihat tebing yang lumayan tinggi, namun Eman sedikitpun tidak merasa takut berjalan sambil memegang akar pohon atau rumput yang sekira kuat untuk menahan bobot tubuhnya, karena dia ingin selamat. sedangkan Ranti dia tidak sedikitpun menemukan kesusahan, karena mungkin sudah terbiasa berjalan di tempat seperti itu, bahkan penglihatannya pun tidak segelap penglihatan Eman.
Awalnya kedua makhluk berbeda jenis itu, berjalan dengan tenang karena menganggap bahwa mereka akan terbebas dari orang-orang yang sedang berburu. namun ternyata Eman salah perhitungan, karena dia bertemu dengan orang yang menjaga di sebelah timur yang dipimpin oleh Fahmi .
Krosok....! krosok!
Suara anjing yang berlari di samping. kemudian Anjing itu menggonggong dengan sangat kencang, sambil terlihat, hendak menyerang, membuat Eman terperanjat kaget dengan segera dia pun memberitahu Ranti.
"Eneng kembali lagi, berbahaya....!" ujar Eman dengan suara tertahan.
Ranti yang Mendengar, mengerti. dia membalikkan tubuh kemudian berlari mendahului Eman. Namun sayang telinga anjing sangat tajam dan anjing itu mencium bau yang aneh, hingga akhirnya dia pun menggonggong semakin kencang memberitahu yang lainnya.
Tiga anjing yang dibawa oleh Fahmi, Mereka pun berlari mengejar ke arah pelarian Eman dan Ranti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments