bab 9. Mencuri

Ranti yang terus memindai dia pun terperanga kaget, dicampur dengan bahagia. beberapa kali dia terlihat menelan ludah, karena dia bisa mencium wangi makanan yang berada di dalam rantang. dia bahagia karena dia bisa menemukan makanan yang cocok buat Eman dan dirinya.

"Ternyata ada rezeki, pasti yang berada di dalam rantang itu adalah nasi dan lauk pauknya, karena tercium sangat wangi. Maafkan Aku anak kecil, terpaksa rantang itu akan direbut oleh teteh, buat menolong orang yang sedang celaka." begitulah gumam hati Ranti, kemudian dia pun memindai area sekitar takut ada orang tua yang memeregoki, karena itu sangat berbahaya bagi dirinya yang seekor babi ngepet.

Setelah dirasa aman. setelah yakin bahwa di tempat itu tidak ada siapa-siapa , kecuali anak laki-laki yang membawa rantang berisi makanan. kemudian Ranti pun keluar dari rumpun lengkuas. Dengan hati-hati Ranti dalam bentuk babi ngepetnya, dia memotong Jalan anak laki-laki kemudian dia bersuara sekali.

Grok!

"Walah....! babiiiii!" jerit anak kecil itu kemudian membalikkan tubuh lalu melepaskan rantang yang ia bawa, kemudian dia lari sampai terbirit-birit, bahkan terlihat  pantanya membulat karena saking takutnya bertemu dengan babi hutan.

Tanpa berpikir panjang, Ranti menggigit gagang rantang  dia bisa melakukan hal seperti itu karena sudah dilatih oleh Surya Jaya. Setelah menggigit rantang dia pun pergi berlari menerobos semak belukar karena dia takut bertemu dengan orang kampung. Sampai akhirnya dia tiba di salah satu tebing, kemudian babi itu turun lalu menyusuri selokan menuju ke arah hulu. Sampai dia pun menaik ke tebing kembali, terdengar suara kemrosok tumbuh-tumbuhan yang tertabrak oleh tubuh Sang babi ngepet, hingga akhirnya Ranti tiba di tempat yang rata, babi itu terus berjalan menuju ke tempat yang sunyi.

Ranti tidak sedikitpun merasa kesusahan, ketika membawa gagang rantang, karena dia sering melakukan hal itu ketika melakukan pertunjukan sirkus babi bersama Surya Jaya. jangankan membawa rantang, membawa piring saja dia sudah biasa, tidak akan ada kesulitan dan kesusahan.

Ranti terus berjalan hingga akhirnya dia tiba ke tempat yang ia tuju, terlihat Eman masih membaringkan tubuh sambil terlentang seperti orang yang sangat kesusahan. matanya terlihat memerah, nafasnya sangat pelan, wajahnya masih pucat pasi. soalnya udara semakin dingin karena waktu itu sudah mendekati waktu maghrib.

Babi itu berhenti di samping tubuh Eman, kemudian dia menyimpan rantang di hadapannya dengan perlahan.

Duk....! duk! Duk!

Pundak Eman dipukul-pukul menggunakan mulut sang babi, dengan cepat Eman pun bangkit kemudian dia pun merintih kesakitan sehingga dia kembali tertidur.

"Aduh sakit....!" gumam Eman sambil meringis matanya berenang dengan cairan bening, seperti orang yang sangat kesakitan.

Melihat kenyataan seperti itu, Ranti merasa kaget sehingga dia hanya bisa terdiam sambil menatap ke arah Eman. dia merasa bingung harus dengan cara apa menolong pemuda malang itu.

Setelah agak lama terdiam, Eman terlihat menarik nafas dalam. matanya melirik ke arah Ranti yang terlihat olehnya hanya seekor babi, Eman terus menatap babi itu lumayan agak lama kemudian dia pun berbicara.

"Hai babi, Tadinya aku takut sama kamu. tapi sekarang aku merasa dan melihat oleh mataku sendiri. kamu sangat perhatian...! Coba tolong badanku yang terasa remek, tak jelas Apa yang dirasa. selain badanku yang sakit perutku juga terasa lapar."

Ranti tidak menjawab, Bukan dia tidak mau berbicara, tapi dia takut membuat keributan baru, karena sudah pasti Eman akan terkaget ketika mendengar suaranya.

Ranti pun membalikan tubuh kemudian mengigit gagang rantang lalu didekatkan kepada Eman. sehingga membuat tubuh pemuda itu bangkit, kemudian duduk lama tak bergerak, mungkin sedang menyetabilkan tubuh yang sudah sangat tersiksa.

Setelah agak lama terdiam, Eman pun mulai membuka rantang yang diberikan oleh sang babi ngepet. terlihat di dalam rantang itu ada nasi putih. Eman pun melepaskan rantang dari gagangnya, di rantang yang kedua terlihat ada goreng mujair serta goreng tahu, sedangkan di rantang ketiga dipenuhi dengan bihun dan kerupuk.

"Alhamdulillah....! ternyata babi ini bisa mencari nasi. Sebenarnya kamu babi apa?" ujar Eman yang tidak langsung memakan nasi, dia malah menatap sang babi yang sedang berjongkok di hadapannya

Sebenarnya Ranti juga merasa lapar, tapi dia sudah berjanji dia tidak akan makan terlebih dahulu, sebelum Eman memakan nasi dan tenaganya pulih kembali.

"Hai babi....! Nasi ini akan aku makan, soalnya aku sangat lapar, sudah tiga hari lebih aku tidak menemukan nasi, minum saja aku hanya mengandalkan air hujan yang kebetulan masuk ke dalam mulut." ujar Eman sambil mengambil rantang berisi nasi kemudian dia pun mulai Memakan nasi itu, namun ketika dia menelan tenggorokannya terasa sakit. karena sudah lama dia tidak menemukan makanan, mungkin tenggorokan itu merasa kaget karena baru digunakan kembali.

Eman terlihat meringis, makannya sedikit-sedikit. namun lama kelamaan tenggorokannya mulai terbiasa hingga dia pun makan seperti biasanya. nasi satu rantang tidak habis semuanya, masih tersisa setengahnya lagi, goreng ikan mujair tersisa tinggal satu , Begitu juga dengan bihun yang masih ada setengah rantang lagi. namun goreng tahu dihabiskan semuanya sama seperti kerupuk.

Eman terlihat menarik nafas dalam, perut yang sudah rapat terisi kembali, terlihat perut itu menggembung seperti biasa. namun terasa agak mual, mungkin perut yang sudah lama kosong merasa kaget ketika diisi mendadak seperti itu.

"Euuuuu....! Alhamdulillah, harapan untuk hidup sudah ada lagi, seperti mendapatkan perpanjangan umur. Terima kasih hai babi..! Aku mengucapkan beribu-ribu terima kasih buat kamu." ujar Eman yang matanya melirik ke arah Ranti yang kebetulan babi itu juga sedang menatap ke arah Eman, sehingga membuat kedua pandangan itu beradu

Srrrrrr...! dug deg, dugdeg, dugdeg.

Jantung Eman mendadak terasa berdegup dengan kencang, hatinya merasa heran soalnya tatapan sang babi rasanya sangat sejuk masuk menyeruak menembus ke hatinya. sehingga Eman tidak merasa sedikitpun ketakutan, yang ada dia sangat nyaman dan tentram berada di dekat hewan buas itu.

Ranti hanya terdiam tidak menjawab, Bahkan dia tidak memberikan isyarat apapun. namun hatinya terasa sangat hancur melihat keadaan Eman, orang yang bisa menghargai kebaikan orang lain. tak terasa dari sudut matanya keluar cairan bening.

Clak! clak! clak!

Air mata sang babi ngepet Jatuh ke tanah didekat tangan Eman. ternyata kamu bisa menangis babi, Siapa kamu sebenarnya, apa Kamu manusia atau siluman, babi biasa ataukah setan?" ujar Eman yang hatinya sudah dipenuhi dengan pertanyaan.

Ranti tidak menjawab, Dia hanya berjalan menuju ke arah rantang yang masih terisi oleh nasi dan bihun. tanpa berpikir panjang Ranti pun memakannya sampai habis, bahkan ikan mujair dia makan sampai ke tulang-tulangnya, karena dia pun sudah lama tidak menemukan makanan senikmat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!