bab 6. Curhatan Dodo

"Lah...! kenapa kok bisa sampai hilang seperti itu?" Tanya Surya Jaya sambil mengerutkan dahi.

Dodo pun mulai menceritakan tentang kejadian yang menimpa keluarganya, dari awal sampai akhir. dia menceritakan semuanya tidak ada yang terlewat, membuat Surya Jaya merasa kasihan.

"Kasihan banget Mang, biarkan kalau ketemu dengan saya, nanti saya akan antarkan ke sini. Oh iya siapa nama anak Mamang dan Mamang juga siapa namanya?"

"Nama anak saya adalah Jang Eman, sedangkan saya sendiri namanya Dodo."

"Iya, iya, ingat Segitu juga cukup. biarkan nanti saya akan cari siapa tahu saja ada milik kita semua. Nah, segitu saja ya mang." ujar Surya Jaya yang terlihat tidak bosan-bosan menanyakan keadaan Si Gogi kepada setiap orang yang ia temui, karena di setiap Kampung dia selalu melakukan hal yang sama.

Surya Jaya tetap sabar walaupun dia belum menemukan keterangan yang memuaskan, tapi ketika dia berbicara dengan orang lain dia akan menitipkan amanat supaya memberitahunya, kalau salah satu dari mereka ada yang bertemu dengan si Gogi.

Akhirnya setelah mengobrol kesana kemari, Dodo mengajak Surya Jaya untuk mampir ke rumahnya terlebih dahulu, namun Surya Jaya tidak mau. karena dia mau melanjutkan perjalanan. dia mau mendatangi kampung yang lain. Siapa tahu saja bisa bertemu dengan babi peliharaan yang sudah dilepaskan. setelah bersalaman akhirnya mereka pun berpisah.

Keadaan waktu itu sudah menunjukkan siang hari karena matahari sudah berada di atas kepala, langit terlihat mendung, awan hitam terlihat menggumpal dari sebelah timur bahkan di sebelah barat juga terjadi hal yang sama. matahari saja seperti terhapit oleh gulungan awan yang menggumpal begitu tebal.

Lama-kelamaan cahaya matahari Pun Menghilang, tertutup oleh awan hitam yang semakin menebal, keadaan semakin Teduh bahkan seperti menunjukkan mendung. suara Deru angin sangat bergemuruh. hingga lama-kelamaan berubah menjadi hujan yang sangat besar, air comberan terlihat menggumpal di selokan, pohon-pohon terlihat bergoyang seperti mau patah, tertiup oleh angin yang begitu kencang.

Mendapat keadaan yang seperti itu, terpaksa Surya Jaya mampir terlebih dahulu ke Saung yang berada di pinggir jalan. dia berteduh sambil menunggu hujan reda, rasa sengsara sangat terasa, Sedih hati dan capek tubuh. tapi walaupun begitu dia tidak putus asa soalnya, Surya Jaya tetap Teguh pendirian ingin mendapatkan kembali babinya yang bernama si Gogi, seekor babi ngepet yang memiliki keajaiban.

Sedangkan orang yang mengikuti Surya Jaya, Wira pun terpaksa harus berteduh menyelamatkan diri dari hujan yang sangat besar, namun dia memiliki keuntungan, karena belum melewati persawahan seperti Surya Jaya.

Wira sangat beruntung, karena ketika hujan turun dia masih berada di Tengah Kampung Sukamaju. jadi ketika dia menunggu hujan reda dia bisa berteduh di warung sambil jajan menyeruput kopi panas, ditemani obrolan obrolan ringan bersama pemilik warung.

"Mang, Mang, apa ke kampung Sukamaju ada orang yang mencari babi?" tanya Wira sambil menatap tukang warung yang sedang menghisap rokok.

"Tidak ada Jang, karena warga Kampung Sukamaju hanya sedikit orang yang suka berburu."

"Ya siapa tahu saja Mang, karena babi yang dicari itu adalah babi yang sangat aneh, telinganya memakai anting dan babi itu sangat mengerti dengan pembicaraan manusia."

"Lah, kok begitu?" tanya si Mamang warung sambil menatap lekat ke arah Wira.

Mendapat pertanyaan seperti itu, akhirnya Wira pun menceritakan semua yang berhubungan dengan sayembara yang diadakan oleh Mbah Abun, dia merinci semuanya tidak ada yang terlewat sedikitpun. "Nah, begitu Mamang ceritanya. masa iya Berita segempar itu, tidak sampai ke kampung sini?" ujar Wira mengakhiri ceritanya.

"kalau beritanya Emang iya sampai ke sini, tapi para warga kampung di sini tidak ada yang mencari babi. Tapi biarkan, kalau nanti Mamang bertemu dengan babi aneh itu, Mamang akan tangkap lalu mengikuti sayembara. Siapa tahu saja berjodoh dengan anaknya Mbah Abun yang katanya cantik itu. hehehe," jawab si Mamang tukang warung diakhiri dengan tersenyum.

"Nah, benar begitu. karena tidak ada salahnya kan Mang, kalau kita ingin memiliki lebih." jawab Wira sambil mengangkat jempolnya.

Beristirahat ditemani dengan obrolan dan cemilan-cemilan, hingga waktu pun tak terasa, bahkan hujan yang awalnya sangat besar sudah terlihat reda. Wira yang ingat dengan tujuannya untuk mengawal Surya Jaya yang sedang mengikuti sayembara. dia pun berpamitan sama tukang warung karena takut kehilangan jejak pamannya, kemudian dia pun pergi melanjutkan perjalanannya kembali.

****

Suasana sore itu terlihat langit sangat mendung, bahkan di pegunungan hujan itu belum reda, masih ada gerimis kecil. kabut menyelimuti gunung, air embun berjatuhan dari ujung daun, burung-burung terdiam di dahan, tidak ada yang bergerak sama sekali. dedaunan bergerak sedikit dimainkan oleh angin, air comberan terlihat bergejolak di selokan, suaranya terdengar bergemuruh menambah ketakutan dan kengerian.

Dalam keadaan waktu seperti itu, di suatu bukit yang tak berpohon, hanya ditumbuhi rumput ilalang dan tebu timbaraw, ada seekor babi yang menyela-nyala rumpun yang rimbun, menyusuri tebing menuju ke arah selatan. sesekali babi itu meloncati tebing, sesekali terhenti sambil memindai area sekitar. sedangkan matanya bergerak ke sana kemari seperti sedang sangat kebingungan, badannya terlihat kurus dipenuhi dengan luka, kaki depan Terlihat agak keseleo. ketika diperhatikan dengan teliti, babi itu sangat menyedihkan, karena matanya terlihat memerah seperti terus-menerus menangis, seperti yang sedang menghadapi kesedihan yang sangat luar biasa.

Babi itu adalah Ranti anaknya Mbah Abun yang hidupnya terlunta-lunta kembali, berjalan tidak tahu arah tujuan, benar-benar mengikuti ibu jari. kalau malam tubuhnya diselimuti air embun, kalau siang tubuhnya tersinari terik matahari dan terhujani seperti sekarang. pekerjaannya setiap hari hanya berjalan di tempat-tempat yang rimbun dan sepi, kalau makan tidak menentu, apapun yang dia temukan pasti babi itu akan makan. bahkan sekarang singkong mentah juga mulai dia makan, untuk menghilangkan lapar yang sangat menyiksanya.

"Harus bagaimana kalau sudah begini, ke arah mana Kalau mau pulang ke Ciandam. Ambu..., Abah! Kenapa kalian tega membiarkanku seperti ini, lihat anakmu yang terus tersesat tidak tahu jalan pulang. ingin pulang tapi tidak bisa, ingin membuka baju jimat tapi sangat susah." begitulah gumam hati sang babi, yang sebenarnya itu adalah Ranti. sambil terus melanjutkan perjalanan, menyela-nyela rumpun yang rimbun, kemerosok tidak memiliki tujuan.

Ranti dalam wujud babi ngepetnya, sudah beberapa hari dia terlunta-lunta tidak tentu arah, semenjak dilepaskan oleh Hamidah istri Surya Jaya. Sebenarnya dia punya tujuan yaitu ingin pulang ke kampung Ciandam, mau pulang ke rumahnya, mau meminta pertolongan dari orang tuanya untuk membukakan baju jimat yang sedang ia pakai. tapi kalau siang dia tidak berani berjalan dia takut bertemu dengan orang, karena itu akan menjadikan marabahaya buat dirinya sendiri. mau Tidak mau dengan terpaksa dia harus bersembunyi di tempat yang sunyi, sambil mengistirahatkan tubuh yang terasa capek. kalau malam baru dia berani berjalan, Namun sayang dia tidak tahu arah mana yang harus dia tuju, karena tidak tahu jalan mana yang harus dia pilih. sehingga dia terlunta-lunta di tengah hutan, bahkan semakin lama dia semakin menjauh dari arah jalan pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!