bab 2. Kembalinya Wira

Sedangkan Hamidah terdiam seolah berpikir mengulang kembali apa yang baru saja dia alami, apa-apa yang baru saja diucapkan sama suaminya. membuat dirinya ada kekhawatiran, Merasa tidak enak hati. tapi ketika mengingat kelakuan suaminya, mengingat niat suaminya membuat hatinya terasa semakin panasmembuatnya jengkel dan Geregetan.

"Tapi, ah...., Biarkan saja, mau begini mau begitu terserah si Surya. aku sudah bosan ingin senang hati," begitulah putusan Hamidah kemudian dia pun bangkit dari tempat duduknya menuju ke arah dapur, ingin mengobati hati yang sudah terluka karena cemburu.

Waktu terus berjalan tidak ada satu orang pun yang bisa menghentikan, ketika waktu agak Siang, ke rumah Hamidah ada orang yang datang. setelah diperhatikan ternyata itu adalah Wira anaknya pak ustad, yang diutus pergi ke ciandam, membuat Hamidah merasa bahagia dengan cepat dia pun menyambut hangat keponakannya. sehingga wira pun duduk di kursi yang berada di ruang tamu. keringatnya terlihat masih bercucuran.

"Ke mana mang Surya, Bi?" Tanya Wira sambil menatap ke arah bibinya.

"Lagi tidak ada di rumah, silakan kamu ceritakan apa penemuanmu selama kamu pergi ke kampung Ciandam, apa kamu bertemu dengan Mbah Abun?"

"Hehehe, bertemu Bi...!" ujar Wira yang terlihat mengulum senyum.

"Bagaimana hasilnya?"

"Begini ceritanya Bi...!" ujar Wira dilanjutkan dengan bercerita, menceritakan tentang pengalamannya mengenai sayembara yang diadakan oleh Mbah Abun, ternyata memang benar berita yang didengar oleh Hamidah dan laporan dari Wira tidak ada sedikitpun yang keliru. semuanya persis sama  Seperti apa Yang dilaporkan oleh Daus dan orang-orang yang lainnya. membuat hati Hamidah semakin yakin bahwa melepaskan si Gogi itu adalah pilihan yang tepat untuk mencegah suaminya, agar tidak mengikuti sayembara. "nah begitu Bi ceritanya...!" pungkas Wira mengakhiri ceritanya.

"Syukur kalau begitu, sangat bisa dimengerti dan bisa dipertanggungjawabkan bahwa berita itu sangat benar. kamu berbicara apalagi sama Mbah Abun, apa jangan-jangan kamu membocorkan rahasia bahwa di kampung kita ada babi aneh, babi beranting?"

"Ya enggaklah Bi..!" sanggah Wira menolak tuduhan.

"Kenapa tidak dibocorkan?"

"Takut dia menyusul ke sini."

"Syukurlah kalau begitu, itu pilihan yang bagus, Bibi sangat setuju dengan apa yang kamu lakukan. oh iya, kalau kamu mau makan kamu cari Sendiri Saja, karena nasinya udah matang...!"

"Ah, nanti saja Saya ingin bareng sama Mang Surya, Bi." tolak Wira.

"Bukan orang yang pantas di tunggu, orang yang tidak memiliki pendirian, orang yang tidak memiliki otak, mungkin pulangnya entah kapan."

"Kenapa Bibi bicara seperti itu, ada apa ini sebenarnya?" tanya Wira yang mencium bau keanehan.

"Mamang kamu tetap Kukuh dengan pendiriannya, Mamang kamu ingin mengikuti sayembara, karena dia sangat tertarik oleh hadiahnya. dia ingin terlaksana memiliki istri muda, tertarik sama si Ranto. eh si Ranti. tertarik sama babi, tertipu Oleh Bagong jadi-jadian, celeng beranting."

"Lah, kenapa bibi sampai memiliki pikiran seperti itu?"

"Ya Terus kalau tidak seperti itu, Mamang kamu mau ngapain mengikuti sayembara. kalau untuk makan kita tidak kekurangan."

"Iya ya, Kenapa Mamang Surya bisa ingin ikut sayembara, padahal kasih saja sama anak muda. Mang Surya harus sudah sadar diri, bahwa dia itu sudah tua bangka." tanggap Wira sambil mengulum senyum, hatinya ingin cepat menyampaikan keinginannya, yang ingin memiliki si Gogi untuk disetorkan ke bah Abun, berharap dia bisa berjodoh dengan gadis yang bernama Ranti.

"Nah begitu...! kalau kamu yang ikut Bibi sangat setuju."

"Ah, yang bener Bi...?"

"Kenapa harus tidak benar segala. karena kamu memang sangat pantas, kamu belum memiliki istri. walaupun kamu harus sampai berjuang menghabiskan seluruh tenaga, itu sangat pantas. sana kamu ikut sayembara, siapa tahu aja ada setan naik kuda."

"Hehehe....!" tanggap Wira sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal.

"Kenapa kamu tertawa?"

"Syukur kalau Bibi mendukung keputusan saya. bagaimana kalau babinya Wira pinjam, mau disetorkan ke bah Abun. Siapa tahu saja ada rezeki kita semua. uang Sama padi itu buat Bibi, tapi Neng Ranti buat saya."

"Boleh silakan kamu ambil si Gogi....!" jawab Hamidah yang menanggapi permintaan keponakannya.

Mendengar persetujuan dari bibinya, Wira pun bangkit dari tempat duduk, kemudian dia menari layaknya seorang yang sedang menemukan kebahagiaan, mulutnya menirukan suara gendang pencak. sambil menari sambil berjalan menuju ke arah pintu dapur, kemudian keluar dari rumah mau melihat babi yang bernama si Gogi di kandangnya.

Halah....!

Desis Wira setelah sampai di kandang, matanya terbuka dengan lebar, soalnya kandang babi itu terlihat sudah kosong. Wira yang awalnya menari sambil berjingkrak-jingkrak, sekarang terdiam seketika, matanya tidak berkedip sama sekali bak mata belalang.

"Lah, lah, Ke mana perginya si Gogi?" ujar hati Wira sambil menggaruk-garuk kepala yang tidak terasa gatal. kemudian dia pun masuk kembali ke dalam rumah untuk menemui sang bibi.

"Jangan melotot seperti itu, si Gogi sudah kabur...," ujar Hamidah yang sudah mengetahui kekecewaan sang keponakan.

"Oh, udah kabur....!" tanggap Wira yang terlihat lemas. "kabur Bagaimana Bi?" lanjut Wira.

"Kabur ya, kabur....! Mau bagaimana lagi, emang kabur ada yang lain apa, selain dari minggat, pergi. bahkan pemiliknya pun juga akan ikut pergi, Mungkin mau mencari si Gogi, mau disusulin."

"Halah...!" desis Wira, hatinya dipenuhi dengan kekecewaan. ada kebahagiaan namun tidak jadi, Padahal baru saja Dia terbang ke langit, namun kenyataan menghempaskannya ke bumi. kalau babi itu masih ada, dia tidak akan membuang waktu, Wira akan langsung menyetorkannya ke Mbah Abun.

Setelah mengistirahatkan tubuh dari rasa capek, akhirnya Wira pun berpamitan untuk kembali pulang ke rumah, sekalian mau membuat laporan terhadap orang tuanya. sedangkan Hamidah mengantarkan sampai ke teras, kemudian dia duduk sambil berpikir, apa yang harus dia lakukan ke depannya.

Sesampainya di rumah bapaknya, rumah pak ustad. terlihat di situ sudah ada Surya Jaya sedang mengobrol membicarakan urusan rumah tangga yang sedang diterpa badai cobaan. sedang dihampiri ujian baik di pihak laki-laki, maupun pihak perempuan. bibit permasalahannya diakibatkan oleh masalah babi ngepet babi Ranti.

Setelah menyambut orang yang baru datang, Surya Jaya dengan segera menanyakan tentang berita yang dibawa oleh keponakannya dari Ciandam. tanpa membuang waktu Wira pun mulai menceritakan semua yang dialami, ketika bertamu ke kampung Ciandam, bahkan ketika bertemu dengan Mbah Abun. dia ceritakan semuanya tidak ada sedikitpun yang terlewat, tidak ada bedanya seperti yang dia bicarakan kepada bibinya.

Mendengar cerita dari keponakannya, membuat hati Surya Jaya semakin merasa kecewa. Soalnya sekarang sudah ada berita yang bisa dipercaya, berita itu benar-benar adanya dan ada orang yang bisa mempertanggungjawabkan. Namun sayang babinya sudah tidak ada, kalau dia mau ikut sayembara, dia harus mencari dengan giat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!