"Akang....! Kenapa Engkang terus terdiam, Akang harus percaya sama Eneng. Karena saya bukan orang yang licik, Saya hanya Manusia Biasa yang memiliki rasa dan perasaan, saya tidak akan melupakan kepada orang yang memberikan kebaikan dalam hidup. saya tidak akan berkhianat dengan orang yang berbaik hati, sehingga mau menolong saya dari Lembah kesedihan. Engkang harus semangat, Engkang Harus percaya jangan ada sedikitpun ada keraguan, karena saya akan bertekuk lutut di hadapan Akang. asal Akang mau mengangkat kehidupan saya yang begitu menyedihkan," ujar gadis itu, pembicaraannya semakin terlihat serius, bahkan terlihat sedikit mengiba seperti orang yang ingin dikasihani.
Lama-kelamaan Eman pun mulai bisa menguasai diri, hingga timbullah rasa penasaran. dia pun bertanya sambil menatap lekat wajah gadis itu. "apa yang membuat kamu sedih. Eneng?"
"Saya masih memiliki Ibu dan Bapak, namun saya sudah lama terpisah dengan mereka. karena saya tidak bisa pulang, saya tersesat tidak tahu arah jalan pulang. tolong saya Engkang...! tolong saya....! antarkan saya ke kedua orang tua saya...! Engkang antarkan saya..! antarkan saya...!" jawab sang gadis diakhiri dengan suara tangis, seperti orang yang sedang sangat kesakitan, membuat Eman merasa Iba hingga tak terasa tangannya meraba punduk Gadis itu, membelai rambutnya dengan perlahan penuh kasih sayang.
"Kasihan banget kamu Eneng manis, pujaan Hati Engkang. kalau begitu, nasib kita tidak jauh berbeda. karena Engkang juga sedang mengalami kesusahan, Sudah beberapa hari terpisah dari orang tua. sama Engkang juga tidak tahu jalan pulang. kasihan kamu pujaan Hati, Kamu harus sabar...! kamu harus kuat, cantik...!"
Suasana di tempat itu terasa sepi, yang terdengar hanya suara Deru napas dibarengi dengan detak jantung yang tak karuan. semilir angin kecil memainkan rambut sang gadis, sehingga rambut itu terlihat bergerak-gerak sebagian jatuh menutupi wajah Eman.
Bunga-bunga di taman terlihat bergerak, suaranya terdengar kemerosok seperti alunan musik yang sedang dimainkan, bernyanyi ikut merasakan kebahagiaan dua insan yang sedang saling mengaitkan hati, menalikan janji setia untuk selalu bersama, baik dalam keadaan susah maupun senang. berniat saling menyayangi, saling membantu, saling berjuang bersama.
Crit! crit! crit!
Suara burung kecil terdengar kembali, kemudian burung itu terbang ke pohon beringin putih, berkicau di sahuti oleh suara burung yang lainnya seperti sedang ikut merasa bahagia, seperti sedang bersorak-sorai, ikut merasa senang dengan Eman yang sedang mengalami kebahagiaan.
~
Panjangnya malam Tidak terasa, tahu-tahu sudah subuh saja. burung-burung terdengar berkicau saling menyahuti dengan temannya, menyambut siang hari yang akan segera datang, menyambut sang surya yang sebentar lagi menunjukkan diri dari sebelah timur. gunung-gunung terlihat kedinginan berselimbut embun pagi. Kabut-kabut terlihat bergumpal, warnanya terlihat menguning karena tersinari oleh cahaya Fajar Pagi. air embun terlihat menggumpal di ujung daun, ada juga yang membasahi rumput-rumput yang terhampar di atas tanah, tebing, dan di seluruh area lembah yang ditinggali oleh Eman dan babi yang bernama Ranti.
Angin terlihat belum keluar. dedaunan terlihat tidak bergerak seperti masih terlelap dalam tidur. apalagi dengan rumput putri malu sampai mengkerut, daun petai Cina terlihat loyo, daun jabon terlihat lesu seperti belum puas tidur.
Eman, Mungkin dia terganggu oleh suara kicau burung yang terdengar nyaring dari arah pohon cangkring. sehingga dia mulai membuka mata, namun dia terkejut.
Deg!
Jantung Eman terasa berdegup dengan kencang, bagaimana tidak terkejut karena tangannya sedang memeluk seekor babi. dengan cepat eman pun menarik tangan itu, jantungnya terus berdegup, matanya terus menatap kearah wajah sang babi yang masih tertidur dengan posisi tengkurap. pikirannya terus melayang menerka-nerka kejadian yang sebenarnya. babi yang ditatap oleh Eman terlihat diam sepertinya sang babi tidak bergerak semalam suntuk, Karena posisinya masih sama seperti posisi kemarin.
"Lah...! kenapa denganku, kenapa aku bisa memeluk babi. apa jangan-jangan babi ini, bukan babi sembarangan, soalnya dia bertingkah layaknya seperti manusia. sehingga tidak bisa terpikir oleh logikaku yang lemah. babi apa ini sebenarnya?" begitu gumam hati Eman yang dipenuhi oleh ras berbagai pertanyaan sambil mengusap wajah. dengan perlahan dia pun membangkitkan tubuh, badannya terasa masih susah untuk digerakkan, namun tidak separah hari kemarin, sekarang dia sudah memiliki tenaga, badannya mulai terasa ringan.
Eman pun menundukkan tubuh, badannya bisa bergerak bebas, tidak seperti hari-hari sebelumnya, yang terikat di pohon cangkring. sedangkan sang babi yang wujud aslinya adalah seorang manusia. babi itu masih tertidur dengan pulas, bahkan terdengar dengkuran yang sangat keras, maklum dia hanya seekor babi.
Lama menatap, timbullah rasa penasaran dalam hati Eman. dia ingin tahu sebenarnya Hewan apa yang sedang berada di hadapannya. dia pun mulai mengingat kembali impian yang tadi malam, obrolan dengan seorang gadis terdengar kembali seperti sedang dibisikan ke telinga. matanya melirik ke arah bawah yang terasa lengket, beruntung tersamarkan oleh air embun yang membasahi celananya. Eman manggut-manggut seolah mengerti dengan apa yang sedang terjadi.
Lama terdiam, akhirnya Eman pun membangunkan sang babi dengan perlahan. sehingga babi itu terlihat bergerak dengan perlahan, matanya pun terbuka sedikit demi sedikit, kemudian sang babi pun bangkit dari tempat tidurnya, kakinya terasa kesemutan dan kebas.
"Hai sang babi....! sekarang sudah siang, Sudah waktunya kita bangun dari tidur!" ujar Eman sambil terus menatap ke arah sang babi, membuat babi itu menganggukan kepala kemudian dia berjongkok di hadapan Eman.
Melihat gerak-gerik sang babi membuat Eman terkejut, karena melihat sang babi menganggukan kepala, itu menandakan bahwa babi itu sangat mengerti dengan apa yang dia ucapkan.
"Eh, ternyata kamu mengerti dengan ucapanku. Hewan apa kamu Sebenarnya. apa kamu babi asli atau manusia. coba saya meminta isyarat, kalau kamu babi asli kamu harus merebahkan tubuh, kalau manusia harus berdiri."
Ranti merasa bahagia mendapat pertanyaan dari Eman, dengan cepat dia pun bangkit lalu berdiri dengan begitu tegap, di hadapan orang yang bertanya. telinganya terlihat bergerak-gerak, begitu juga dengan ekornya. membuat Eman semakin merasa heran, bahkan sampai terlihat dahinya mengkerut. lama berpikir dia pun bertanya kembali.
"Apa benar, kamu itu manusia?" tanya Eman ingin memastikan.
Babi yang ditanya menganggukan kepala sebagai pembenaran dari pertanyaannya. membuat Eman semakin merasa bingung, dia semakin tidak mengerti apa sebabnya ada seekor babi yang mengaku menjadi manusia. Padahal sudah jelas bentuk tubuhnya adalah seekor hewan, berwujud babi hutan yang sangat besar. namun meski begitu Eman sudah memiliki bukti soalnya babi yang berada di hadapannya sangat mengerti dan memiliki rasa pri kemanusiaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments