"Hai sang babi, tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang gadis yang sangat cantik. tubuhnya tinggi semampai, kulitnya putih seperti air susu, rambutnya lurus sebahu. intinya Gadis itu sangat cantik, membuat Siapa orang akan terpikat olehnya. Namun sayang Gadis itu tidak menyebutkan nama, hanya bercerita bahwa dia sedang mengalami kesusahan yang sangat lama, karena Sudah terpisah jauh dari kedua orang tuanya, karena ketika mau pulang Dia tersesat, tidak tahu arah jalannya. gadis itu menangis tersendu sedan di pangkuanku, memohon kesediaanku untuk menolongnya. Dan kalau aku mau menolongnya dia akan membalas budi dengan menyerahkan seluruh tubuh, baik lahirnya maupun batinnya, akan setia berserah diri terhadapku. nah begitulah perkataan gadis dalam impian itu, apa jangan-jangan Gadis itu adalah kamu?" cerita Eman yang diakhiri dengan pertanyaan, sambil menatap lekat memenuhi wajah sang babi.
Mendengar cerita Eman, membuat Ranti dalam wujud babi ngepetnya, dia merasa sangat bahagia. karena keluh kesah yang berada di dalam hati bisa sampai ke alam bawah sadar Eman, bertemu lewat mimpi. tanpa berpikir panjang, Ranti pun menganggukan kepala membenarkan pertanyaan dari Eman.
"Oh, kalau begitu Neng orang mana?" ujar Eman yang terdengar lembut, awalnya memanggil kamu sekarang berubah menjadi Eneng. karena dia memiliki keyakinan bahwa babi itu adalah seorang wanita dan bukan babi sembarangan.
Ranti merasa bingung karena harus dengan cara apa dia menjawab pertanyaan pemuda yang berada di hadapannya. hingga akhirnya Ranti pun terdiam berpikir memutar otak, sehingga dia mengingat kembali ke zaman waktu dulu, ketika dia sering melakukan pertunjukan sirkus babi bersama Surya Jaya. sama majikannya dia sering disuruh mencuci piring, tidur di kasur, duduk di meja, menulis di tanah dan disuruh lain-lainnya, bahkan dia bisa menulis dengan benar meski dengan perlahan.
Mengingat kejadian yang sudah berlalu, membuat Ranti merasa senang, karena dia bisa menemukan jawaban dari kesusahannya. matanya terlihat memindai area sekitar. kemudian mata itu terhenti di salah satu ranting pohon yang kemarin jatuh menimpa kaki Eman, kemudian dia pun menggigit ranting itu lalu berjalan mencari tanah yang tak berumput, kebetulan di tempat Lembah itu ada, sehingga Ranti pun dengan cepat menuliskan nama kampungnya menggunakan mulut.
C I A N D A M
Begitulah tulisan Ranti di atas tanah menggunakan huruf kapital, tidak bagus memang, namun masih bisa dibaca. Eman yang mengikuti hanya terperanga kaget, melihat kepiawaian sang babi, yang berbeda dengan Babi biasa. Karena babi ini bisa menulis, dia menatap tulisan itu sambil berpikir, menerka nerka apa sebenarnya yang ditulis. agak lama dia berpikir, karena lumayan susah untuk bisa membaca, walaupun tulisan itu sangat besar, bukan tulisan itu tidak terlihat namun Emannya sajalah yang kurang mengerti, yang lupa dengan huruf abjad.
Lama berpikir bahkan terlihat dahinya sampai mengerut-ngerut. melihat orang yang berada di hadapannya seperti kebingungan Ranti agak sedikit khawatir, tulisannya tidak bisa terbaca oleh Eman, yang nantinya tidak akan bisa saling mengungkapkan perasaan yang berada di dalam hati. tapi beruntung Setelah lama mengingat-ngingat, Eman akhirnya mulai paham karena walaupun dia bodoh, tapi untuk huruf abjad Dia sedikit paham.
"C, I, ci. C, I, A, N, ciang. eh, Cianang. CI, A, A, A, N, cian, cian, D, D, AM, Ciandam. Oh, Ciandam?" ujar Eman sambil melirik ke arah Ranti. senyumpun Terukir di sudut bibirnya, wajahnya terlihat sumringah, karena sudah berhasil mengeja dan membaca tulisan yang ditulis oleh sang babi ngepet.
Hewan yang ditanya terlihat berjingkrak-jingkrak, karena dia juga merasa senang tulisannya bisa terbaca oleh Eman. kemudian dia pun menganggukan kepala tanda mengiyakan ucapan Eman.
"Kalau Ciandam, Bapak sering bercerita tentang kampung itu. lumayan agak jauh dari sini, mungkin kalau berjalan 2 sampai 3 hari, tergantung perjalanannya. Nah, sekarang Aku ingin tahu nama Eneng, Coba tulis lagi...!" seru Eman yang semakin penasaran.
Tanpa membuang waktu Ranti pun menulis kembali menggunakan ranting di atas tanah, tulisannya diperbesar mungkin agar memudahkan Eman ketika membacanya.
Eman terus memperhatikan tulisan itu dengan begitu teliti, sama seperti tadi dia pun mengerutkan dahi, karena kurang paham mengenai huruf. bisa membaca juga, Itupun kalau di eja Walau sedikit kesusahan.
Setelah diperhatikan lumayan lama, Eman pun tertawa terbahak-bahak, sampai kepalanya mendongak ke atas, rasa bahagia yang tidak terhingga.
"Oh jadi nama Eneng, Ranti..., begitu?" tanya Eman
Groook!
"Aduh Sampai kaget!"
Ranti dalam wujud babi ngepet ya, mendengkur mengeluarkan suara babi. dari sudut netranya terlihat cairan bening yang mengalir, namun cairan yang keluar sekarang, bukanlah cairan kesedihan, melainkan cairan kebahagiaan. soalnya dia sudah bisa mengeluarkan benak yang tersimpan di dalam hati, kepada orang yang tepat. karena Eman sudah terlihat memiliki sifat kesetiaan, dan pasti dia akan menyayangi dirinya, walaupun dia hanya seekor babi. entah bagaimana awalnya, tiba-tiba saja hati Ranti sangat mempercayai pemuda Malang itu. tidak ada rasa ketakutan dan kekhawatiran di dalam diri Ranti, semuanya sudah terkalahkan oleh rasa percaya yang begitu luar biasa. Ranti beranggapan bahwa Eman berbeda dengan pemuda-pemuda yang lain.
"Sekarang aku mengerti, Neng Ranti. pantas saja ada babi yang memiliki pemikiran seperti manusia, memiliki rasa kasih sayang yang begitu luar biasa, sampai mau mencarikan makanan buat Akang. itu adalah perbuatan terpuji, dari sebagian sifat manusia. Karena ternyata sebenarnya Neng adalah manusia. kasihan banget kamu Eneng...! Sekarang Akang sangat mengerti, Mungkin ini yang disebut orang yang terjebak di dalam tubuh babi ngepet, karena tidak bisa kembali ke wujud aslinya. pantas saja ketika mau pulang akan susah, karena tidak akan ada orang yang menyambut. Palingan yang ada akan diburu, akan dikejar oleh anjing, diancam pati oleh tombak dan golok. kasihan banget kamu Neng Ranti....! Ya sudah Akang mau menolong kamu, soalnya akang merasa memiliki hutang nyawa dan Budi, sedangkan hutang nyawa tidak akan lunas kecuali dengan menyetorkan nyawa kembali. Nah, dari dasar itu sekarang Ayo berjuang bersama, Sehati, seirama, Setujuan, saling membantu, saling mengingatkan, saling menyayangi, saling tolong. karena sebenarnya akang juga sekarang sedang menghadapi ujian yang sangat berat, pertama akan sudah memiliki musuh, yang selalu ingin menghilangkan nyawa Akang. yang kedua sedang sedih hati, soalnya Akang ditakdirkan sama yang kuasa, menjadi orang yang sangat bodoh, sampai harus mengalami cobaan seperti ini, sampai harus mengalami digantung di pohon Cangkring oleh orang yang jahat. bahkan kesusahan akang tidak sampai di situ, akang pernah ditipu, disiksa, difitnah, di penjara mempertanggungjawabkan kesalahan orang lain." begitulah curhat Eman, Dia berbicara dengan babi ngepet itu sama seperti ketika berbicara dengan manusia saja. sehingga dia tidak merasa ragu ketika dia menceritakan kehidupannya yang sangat menyedihkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments