bab 7. Ranti

Hari itu Ranti dalam bentuk babi ngepetnya, dia sampai ke dekat Kampung Sukamaju, berjalan di satu bukit yang berada di sebelah selatan kampung, tidak jauh dari tempat yang dipakai untuk menyiksa Eman.

Lama berjalan akhirnya babi ngepet itu sampai di salah satu tempat, rasanya sangat capek, perutnya terasa lapar, kakinya terasa pegal, nafasnya terlihat memburu, kepalanya terasa pusing, sehingga dia pun berhenti untuk beristirahat sebentar. Ranti menjatuhkan tubuh di atas remputan, menjadikan kaki depan sebagai sandaran kepala.

"Harus ke mana kalau sudah begini..? Ya Allah, semoga engkau memberikan petunjuk, agar hamba bisa sampai ke kampung Ciandam." begitulah doa Ranti, tak terasa butiran bening pun kembali membasahi pipinya yang hitam.

Semilir angin kecil menerpa seperti sedang memberikan semangat bagi orang yang sedang mengalami kesedihan, dedaunan bergoyang seperti sedang menyemangati orang yang sedang susah. Ranti terdiam sambil memejamkan mata, namun pemikirannya melayang terbang ke mana-mana. Ranti mencoba menghitung waktu, membilang masa, sudah berapa bulan Dia tersesat, terjebak di tubuh babi ngepet. Namun sayang akal Sehatnya sudah tumpul, tidak bisa dipakai untuk menghitung. Entah sudah berapa bulan dia berubah menjadi babi siluman. tapi yang jelas kalau diukur dengan perasaan, Ranti mengalami kesusahan itu sudah berpuluh-puluh tahun, diakibatkan rasa sepi Yang Tak Berujung.

Ketika sedang asik melamun sambil berpikir, telinga babi itu terlihat bergerak, karena mendengar suara orang yang merintih. suara itu sangat pelan tapi terdengar sangat jelas, Ranti tersentak, hatinya terasa berdebar, jantungnya terasa berdegup, merasa sedih ketika mendengar suara yang sedang merintih, karena dia ingat dengan dirinya yang sedang mengalami kesedihan.

"Suaranya Suara orang yang merintih kesakitan, seperti meminta tolong. kira-kira siapa itu, manusia apa jin. Soalnya tempat ini jauh ke perkampungan?" Tanya Hati Ranti kemudian babi itu berdiri untuk memastikan suara orang yang sedang merintih, Namun sayang suara itu berhenti seketika, yang terdengar hanya suara kemerosok dedaunan yang tertiup oleh angin kecil.

Namun tak lama setelah itu terdengar kembali suara orang yang merintih menahan sakit, sekarang suaranya sangat jelas bahwa suara itu terdengar dari arah lembah. seperti ada yang mengendalikan, kaki Ranti dengan perlahan melangkah kemudian menuruni bukit yang sangat terjal, kalau tidak berhati-hati dia mungkin sudah terperosok masuk ke dalam jurang. tapi entah bagaimana Ranti sangat pandai dalam melangkah di tempat yang Tak Semestinya, karena kalau dalam bentuk manusianya, dia tidak mungkin berani dan tidak mungkin bisa menuruni Bukit terjal seperti itu.

Setelah lama berjuang, Akhirnya babi itu tiba di suatu tempat. mata Ranti terbelalak dengan sempurna, karena dia melihat seorang manusia yang digantung di pohon. pakaiannya terlihat sudah sobek dan basah kuyup, badannya terlihat kurus, mukanya terlihat pucat pasi, matanya sudah sayu seperti sudah tidak kuat untuk dikedipkan.

"Ya Allah, kenapa orang ini berada di tempat yang sangat sulit untuk dijangkau?" gumam hati Ranti sambil terus menatap arah orang itu, kakinya Melangkah dengan perlahan. setelah dekat ternyata memang benar itu adalah manusia yang sedang mengalami penyiksaan.

Setelah diperhatikan ternyata itu adalah Eman yang sudah beberapa hari berada di tempat itu, memang sangat aneh karena tidak ada hewan buas yang mengganggu, tidak ada bahaya yang menerjang. hanya rasa lapar dan kedinginan yang menyiksa, ditambah dengan tidak bebas bergerak hingga akhirnya dia pun terdiam, seperti orang yang sedang bertapa. hanya bisa bergumam dengan perlahan, karena sudah tidak memiliki kekuatan. Batu yang dipakai penutup mulut sudah tidak terlihat, mungkin batu itu terlepas sehingga Eman bisa meminta tolong.

"Aduh, aduh....! tolong...! tolong...!" suaranya sangat pelan dan tidak jelas.

Ranti yang melihat keadaan seperti itu, hatinya terasa lemas, merasa khawatir ketika melihat Eman yang sedang mengalami siksaan.

"Kasihan amat Kamu manusia...! kamu sampai harus mengalami seperti ini. siapa orang yang tega melakukan perbuatan ini, sampai tega menyiksa sesama manusia dengan sangat kejam, tidak memiliki rasa pri kemanusiaan. Ya sudah Kamu jangan sedih manusia, karena aku akan menolongmu...!" begitulah pembicaraan Ranti yang hendak mengajak Eman untuk mengobrol. Namun sayang suara yang keluar bukan suara manusia, melainkan suara babi hutan yang terdengar sedang marah.

Eman yang didekati oleh babi itu, dia pun terperanjat kaget yang tidak tertandingi, wajahnya semakin pucat pasi. karena dipenuhi oleh ketakutan, karena dia menganggap bahwa suara itu adalah suara auman harimau yang mendekat. tidak kuat menahan ketakutan, dia pun memejamkan mata, dia tidak mau melihat hewan buas yang akan memangsanya.

"Hai Harimau....! selamat datang, Ayo mendekat kalau kamu merasa lapar. silakan makan daging ku, silahkan kamu telan bulat-bulat tubuhku. tapi awas jangan sampai disisakan walaupun hanya Setetes Darah, walaupun Hanya Satu helai rambut. aku sangat Ridho, aku sangat ikhlas. silahkan kamu Nikmati tubuhku, karena percuma aku hidup, kalau hanya dipenuhi dengan kesengsaraan....!" begitulah gumam Eman dengan suara pelan namun terdengar begitu jelas karena suasana di tempat itu sangat sepi.

Ranti yang mendengar ucapan Eman seperti itu, dia pun terdiam matanya terus menatap lekat ke arah orang yang sedang terlihat pasrah, menerima semua kemungkinan yang akan menimpa dirinya. dalam hatinya merasa, ternyata yang merasakan kesedihan itu bukan saja dirinya sendiri, tapi orang lain juga ada yang merasakan kesedihan yang sama, bahkan orang lain Lebih sedih, lebih susah.

Ranti merasa bersyukur karena walaupun dia berubah menjadi babi hutan, tapi dia masih bisa bergerak dengan leluasa. beda dengan Eman yang diikat ke pohon, bahkan kematiannya sudah berada di ujung tanduk, sehingga timbullah semangat dalam dirinya yang mulai padam, kesedihannya seketika hilang, diganti oleh semangat yang begitu menggebu. rasa percaya diri yang sempat sirna sekarang datang kembali. kemudian Ranti pun berbicara kembali mengajak Eman untuk mengobrol.

"Hai manusia...! Aku tidak memiliki niat jahat sama kamu, tapi aku akan menolongmu."

Mendengar suara Ranti, Eman terlihat terperanga. matanya yang tadi terpejam, sekarang terbuka dengan lebar melirik ke arah datangnya suara.

"Ternyata kamu bukan Harimau. Kenapa suaramu seperti itu?" Tanya Eman yang terlihat heran, karena tadi dia menyangka bahwa hewan itu adalah harimau, tapi setelah diperhatikan ternyata itu babi hutan.

Ranti tidak berbicara lagi, dia merasa percuma tidak akan bisa mengerti dan bisa nyambung, karena suara yang dikeluarkan hanya suara seekor babi. tanpa berpikir dua kali Ranti pun mendekat ke arah pohon di mana tali pengikat Eman diikatkan, Ranti pun menggigit akar pengikat itu, meski agak kesusahan karena sudah mulai kuat, tapi setelah berusaha akhirnya ikatan itu terlepas, Begitu juga dengan ikatan yang mengikat tangan Eman, Ranti lepaskan sehingga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!