Ponsel yang tidak dia inginkan berada di atas meja. Rasanya sangat mengesalkan. Padahal dia tidak menginginkan benda itu tapi kini dia harus membayarnya. Ponsel yang diberikan juga bukan ponsel murah dan lagi-lagi hutangnya bertambah untuk benda itu. Apa David Douglas sengaja?
Oh, jangan katakan memang demikian. Jangan katakan jika David sengaja agar hutangnya semakin banyak dan agar hutangnya tidak pernah lunas sehingga dia menjadi pelayan pria itu untuk seumur hidup walau kenyataannya seperti itu. Tapi semakin banyaknya hutang, semakin dia sulit untuk lari dan semakin sulit pula dia menemukan bantuan.
Tatapan mata Alana tidak lepas dari pria menyebalkan yang sedang menikmati makanan yang dia bawa. Seharusnya dia menaruh racun atau obat pencahar di dalam makanan itu agar pria itu mendapatkan balasannya. Lain kali akan dia lakukan dan akan dia biarkan binatang menjijikkan masuk ke rumahnya agar dia bisa memukul pria menyebalkan itu sampai puas.
"Dingin!" ucapan yang dilontarkan oleh David membuat Alana semakin kesal.
"Kenapa makanan ini dingin?" tanya David seraya meletakkan tempat makan ke atas meja.
"Tolong ya, Tuan David Douglas yang terhormat!" Alana menekan perkataannya sambil menahan emosi, "Jarak dari rumahmu menuju kantor ini tidaklah dekat lalu bagaimana mungkin makanan itu bisa tetap panas?" ucapnya lagi.
"Itu masalahmu, Alana. Bukan masalahku!" ucap David sinis.
"Sialan, apa kau kira aku kompor!" teriak Alana marah. Entah kenapa pria itu paling pandai membuatnya kesal dan marah.
"Kau mau jadi kompor atau apa pun aku tidak peduli! Sekarang habiskan, jika tidak aku akan menghitung setiap porsi makanan ini sesuai dengan harga restoran bintang lima!" ancam David.
"Apa kau sedang menguji kesabaranku?!" teriak Alana lagi.
"Tidak, sekarang habiskan jika tidak hutangmu yang sudah banyak itu akan semakin banyak!"
"Kau benar-benar pria jahat dan menyebalkan!" Alana menyambar makanan yang ada di atas meja dengan perasaan kesal yang semakin meluap di hati. Sepertinya dia akan cepat tua gara-gara harus menahan emosi setiap hari.
"Itulah aku oleh sebab itu kau harus membiasakan diri dan jangan membantah perkataanku!" ucap David.
Alana menatap tajam dan penuh kebencian pada pria yang sedang beranjak pergi itu. Sungguh, dia benar-benar benci. Rasanya ingin mengutuk, jika David menjadi budaknya mungkin akan menyenangkan. Akan dia permainkan pria itu. Alana bahkan membayangkan saat David berlutut di bawah kakinya sambil memakaikan sepatu untuknya. Rasanya ingin hal itu terjadi tapi dia tahu hal itu tidaklah mungkin terjadi. Dengan perasaan kesal dan dongkol, Alana menghabiskan semua makanan yang ada dan setelah itu dia beranjak dari tempat duduk sambil membawa tempat makan dan juga ponsel yang ada di atas meja.
"Mau pergi ke mana?" tanya David karena Alana sudah melangkah menuju pintu.
"Pulang, lebih baik aku membersihkan rumahmu yang besar itu dari pada aku bersama denganmu yang bisa membuat aku cepat tua!" jawab Alana kesal.
"Tidak mau makan malam denganku?"
"Terima kasih, aku tidak mau menambah hutang!" Alana masih terdengar kesal.
"Jika begitu cuci semua baju kotor dan ingat, jangan sampai rusak jika tidak penalty menunggumu!"
"Menyebalkan!" teriak Alana seraya membanting pintu.
Diam-Diam David tersenyum tipis, kenapa jadi terasa menyenangkan membuat Alana marah? Tidak, sepertinya dia sudah gila. Gadis seperti itu tidak perlu dikasihani karena gadis seperti Alana akan jadi besar kepala. Alana memaki sambil menuju lift, sia-sia saja dia datang. Bukannya dapat kejutan tapi justru kedatangannya semakin menambah hutang.
Tadinya dia mengira akan kembali menggunakan taksi tapi jemputan sudah menunggu. Tentunya David memerintahkan supir pribadinya untuk mengantar Alana kembali. Hal itu tentu membuat Alana bingung dengan sikap David yang berubah-ubah, kadang baik dan kadang juga jahat. Apa pria itu memiliki kepribadian ganda? Sungguh dia tidak mengerti.
Setelah kembali tentunya Alana melakukan apa yang David perintahkan tapi dari mana dia harus memulai? Dia belum pernah mencuci baju sebelumnya bahkan bajunya saja belum dia cuci. Alana tampak bingung di depan mesin cuci, tapi kini dia sudah punya senjata ampuh yaitu ponsel. Dengan benda itu dia bisa melihat bagaimana caranya mencuci baju dan bagaimana menggunakan mesin cuci.
Alana yang sedang sibuk tidak menyadari kedatangan Veronica. Wanita itu datang mencari David untuk mengajaknya pergi membeli gaun yang akan dia gunakan nanti di pesta ulang tahun. Veronica masuk dengan perlahan dan melangkah menuju kamar David namun langkahnya terhenti saat mendengar suara Alana yang sedang mengomel.
"Sial, pria jahat yang penuh perhitungan. Selalu mengancam dengan penalty, apa jika bajunya rusak aku juga harus menggantinya?" ocehannya ini justru memberi ide brilian pada Veronica. Sepertinya dia bisa membuat David semakin membenci Alana.
Veronica bersembunyi saat Alana keluar dari kamar sambil membawa baju David. Bak di dalam sinetron, Veronica melakukan aksi jahatnya dengan menaruh sebuah pisau untuk mencukur alis yang selalu dia bawa ke dalam mesin cuci yang sedang berputar. Sekarang, David pasti akan murka dengan si mantan nona muda itu.
Alana benar-benar tidak menyadari, dia sibuk mengerjakan yang lain sambil menunggu pakaian selesai di cuci. Veronica yang sudah selesai pun pergi untuk menemui David di kantor. Tidak sia-sia dia datang ke sana. Tunggu saja, gadis itu akan mendapatan makian.
David yang hendak pulang tampak tidak senang melihat kedatangan Veronica. Dia sedang malas dan ingin beristirahat tapi dia justru harus mendapatkan gangguan yang tidak menyenangkan dari sahabatnya itu.
"Kebetulan kau mau pulang, bagaimana jika temani aku makan dan teman aku mencari gaun?" tanya Veronica.
"Aku sibuk, tidak bisa pergi!" tolak David.
"Ayolah, bukankah kau sudah mau pulang? Ayo temani aku sebentar!" rengek Veronica dengan manja.
"Tidak bisa, Vero. Aku harus pulang untuk melihat mantan nona muda itu apakah dia mengerjakan tugasnya dengan baik atau tidak!"
"Apa? Kenapa kau jadi mementingkan mantan nona muda itu dari pada aku, sahabatmu?" tanya Veronica dengan nada tidak senang.
"Jangan salah paham, dia akan menjadi pembantuku untuk jangka waktu yang tidak bisa ditentukan jadi aku ingin dia segera menguasai pekerjaannya dan tidak melakukan kesalahan di kemudian hari oleh sebab itu aku ingin Alana Meyyer segera menguasai perannya sebagai seorang pelayan!"
"Apa benar hanya itu tujuanmu?" tanya veronica dengan nada curiga.
"Apa ada yang lain? Dia pelayanku jadi aku harus memastikan dia bisa bekerja atau tidak!"
Kedua tangan Veronica mengepal dengan erat, tidak bisa. Dia memiliki firasat jika si mantan nona muda itu bisa mencuri perhatian David. Jangan sampai David jatuh cinta pada Alana Meyyer sehingga peluangnya untuk mendapatkan hati pria itu tidak ada lagi. Dia tidak boleh menunda lagi, dia harus mendapatkan hati David sesegera mungkin.
David memilih pulang setelah berbicara dengan Veronica. Alana sedang sibuk membersihkan rumah saat pria itu kembali, tentu kali ini dia melakukannya dengan hati-hati agar tidak ada lagi yang berakhir di atas lantai. Alana cuek saja saat David masuk ke dalam dan melangkah mendekatinya yang sedang sibuk.
"Apa kau sudah menjalankan perintahku?" tanya David.
"Oh, tentu saja!" jawab Alana dengan sombongnya karena untuk kali ini dia memiliki kepercayaan diri.
"Bagus, sekarang aku mau lihat hasilnya! Jika tidak memuaskan maka bersiaplah mendapatkan penalty!"
"Tidak perlu khawatir, aku cukup percaya diri untuk pekerjaan yang kali ini!" Alana melangkah menuju di mana mesin cuci berada, David pun mengikuti langkahnya.
Baju yang dia cuci ternyata sudah selesai, Alana mengangkat dagunya tinggi karena dia sudah belajar dari internet oleh sebab itu dia memiliki kepercayaan tinggi.
"Ini, lihat!" ucapnya seraya memberikan baju yang dia ambil dari dalam mesin cuci pada David. Alana tidak melihat keadaan baju yang dia berikan pada David karena dia sedang menunjukkan kepercayaan dirinya.
David menatapnya tajam lalu mengangkat kemeja putih miliknya tapi apa yang terjadi, kemeja itu sudah compang camping akibat pisau cukur yang dimasukkan oleh Veronica.
"Bagus... bagus sekali, Alana!" ucapnya.
"Memang bagus!" Alana berpaling dan terlihat bangga namun semua itu sirna digantikan oleh ekspresi terkejut ketika melihat baju yang sudah robek bahkan dia bisa melihat wajah David yang menakutkan dari balik robekan kemeja miliknya.
"Ti-Tidak mungkin!" Alana mengambil pakaian yang ada di dalam mesin cuci dan semuanya dalam kondisi yang sana.
David benar-benar marah, kemeja sudah di cengkeram dengan erat. Alana berpaling dan memperlihatkan senyuman manisnya. Sial, lagi-lagi membuat kesalahan tapi apanya yang salah? Dia tidak melihat pisau cukur karena semua baju belum dikeluarkan.
"Alana Meyyer!" David sudah dikuasai oleh amarah karena semua baju yang ada di mesin cuci sudah hancur.
"A-Akan aku jelaskan," Alana melangkah mundur sambil menelan ludah.
"Dasar kau nona muda yang tidak berguna!" teriak David marah seraya melempar kemeja ke atas lantai.
"Aku tidak sengaja!" teriak Alana seraya berlari untuk menyelamatkan diri.
"Jangan lari kau, Alana!"
"Dilarang menggunakan kekerasan, aku akan ganti semuanya!" teriak Alana.
"Jual ginjalmu sekarang juga!" teriak David yang masih emosi.
"Dasar kau pria gila!" Alana masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.
"Awas kau, jangan sampai aku mendapatkanmu!" teriak David marah.
Alana merinding ngeri mendengar ancaman David. Jangan katakan pria itu akan mengambil ginjalnya secara diam-diam lalu menjualnya akibat hutang yang semakin bertambah. Tidak, hal itu tidak boleh terjadi dan sebaiknya dia waspada pada bos killer yang ada di luar sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Boy Warrior
pisau cukur kan bentuknya begitu ya. masa bs motong baju meski d msn cuci. pisau cukur d luar negeri kyk apa bentuknya
2023-10-10
1
Nuvia Tiway
😄😄😄 alana, alana
2023-10-04
1
May Tanty
Masa gak ada cctv-nya rumah David coba cek cctv-nya kalau ada biar si Veronica kapok
2023-09-21
2