Setelah menghabiskan semua makanan yang dia buat. Alana masuk ke dalam kamarnya dan menangisi nasibnya yang begitu buruk. Akibat makanan itu, perutnya terasa begitu sakit. Benar yang David katakan, apa dia ingin membunuh pria itu dengan makanan yang dia buat? Dia sendiri merasa tidak sanggup setelah menghabiskan semua makanan itu.
Alana meringkuk di atas ranjang, sambil memegangi perutnya yang sakit. Dulu, jika keadaannya seperti itu, ibunya pasti akan datang untuk melihat keadaannya dan memberi obat tapi sekarang dia kesepian karena sudah tidak ada siapa pun lagi. Tidak ada yang tahu apa yang dia rasakan, tidak ada yang menghibur dan menemaninya sehingga dia merasa sangat kesepian. Ini hari pertamanya bekerja tapi dia sudah merasa tidak sanggup lagi. Rasanya sangat berat, dia tahu apa yang terjadi dengannya. Semua yang terjadi akibat tidak adanya pengalaman sama sekali dan itu adalah kesalahannya.
Dulu setiap pagi ibunya akan membuatkan sarapan yang dia sukai. Dia bisa bangun jam berapa pun yang dia mau. Dia akan membuang makanan apa pun yang tidak dia sukai dan membeli yang baru tapi malam ini, untuk pertama kalinya dia harus menghabiskan makanan yang rasanya tidak enak. Malam ini untuk pertama kali dia tidak boleh membuang makanan dan harus menghabiskannya sekalipun tidak enak.
Dia belum bisa beradaptasi dengan keadaan yang berubah secara drastis. Keadaan yang memaksanya untuk menerima apa pun yang terjadi. Berat, dia sungguh merasa sangat berat bahkan dia merasa sudah tidak sanggup padahal baru hari pertama.
"Kenapa, Mom? Kenapa, Dad?" Alana menghapus air matanya yang mengalir tiada henti.
"Kalian pergi sesuka hati kalian tanpa memikirkan keadaanku yang sudah kalian manja sejak kecil. Kalian bahkan berhutang dengan orang yang sudah jelas sangat membenci kita sehingga aku harus terlibat dengannya. Kenapa kalian melakukan hal ini padaku? Apa kalian tidak memikirkan keadaanku setelah ini?" Dia sungguh tidak mengerti kenapa kedua orangtuanya melakukan hal seperti padahal sudah jelas, mereka dan David Douglas saling membenci tapi kenapa masih mereka lakukan?
Masih terlalu dini untuknya memahami apa yang terjadi, si nona muda yang manja itu tidak akan mengerti kenapa kedua orangtuanya melakukan hal demikian tapi suatu saat nanti, semua itu akan terbongkar. Dengan seiring berjalannya waktu dia akan mengerti semuanya apalagi memang ada sebuah rahasia dibalik kejadian yang telah terjadi.
Alana menangis dengan keras, menangisi nasibnya yang tidak baik. Rasa sesal karena tidak tahu apa yang terjadi memenuhi hati, rasa kecewa pada kedua orangtuanya pun dia rasakan. Seandainya ayah dan ibunya mengatakan apa yang terjadi, maka dia akan berhenti bermain-main dan membantu mereka tapi kenapa disaat dia sudah memutuskan untuk membantu disaat itu pula kedua orangtuanya pergi meninggalkan dirinya?
Rasanya tidak adil, rasanya ingin pergi ke makam kedua orangtuanya lalu menggali makam mereka karena dia ingin bertanya, kenapa? Kenapa mereka pergi dengan cara itu? Kenapa mereka meninggalkan dirinya dalam keadaan seperti itu? Kenapa? Pertanyaan itu akan selalu dia lontarkan sampai dia mendapatkan jawabannya.
Tangisan Alana di dengar oleh David yang saat itu keluar sebentar untuk mengambil air minum di dalam dapur. Pada akhirnya nona muda itu menangis juga padahal ini hari pertamanya bekerja. Sekali tidak berguna, tetap saja tidak berguna. Dia ingin lihat, apa Alana akan semakin dewasa setelah kejadian ini ataukah dia akan menyerah? Malam ini baru permulaan, dia akan terus berperilaku buruk sampai membuat Alana semakin dewasa.
Alana yang sudah mengambil sebuah keputusan pun keluar dari kamar. Dia hendak melangkah menuju kamar David namun suara di dapur menghentikan langkah Alana. Sepertinya pria tanpa perasaan itu berada di dapur jadi Alana memutar langkah, buru-buru pergi ke dapur. Seperti yang dia duga, David memang berada di dapur. Pria itu menatapnya tajam saat Alana masuk ke dalam.
"Aku ingin berbicara denganmu!" ucap Alana dengan nada sedikit tinggi.
"Kenapa? Sudah menyerah?" cibir David.
"Diam! Aku bukannya menyerah tapi aku ingin membuat kesepakatan denganmu!" teriak Alana. Dia benar-benar tidak suka dengan pria itu apalagi sikap arogannya benar-benar memuakkan.
"Beraninya kau berteriak padaku? Apa kau sudah lupa dengan posisimu di rumah ini?"
"Aku tidak perduli, aku ingin membuat kesepakatan denganmu!" Alana mengulangi perkataannya.
"Kesepakatan, Kesepakatan apa yang ingin kau buat padaku?"
"Aku sudah memikirkan hal ini, semua hutangmu pasti akan aku bayar."
"Oh, katakan padaku Nona Muda, dengan apa kau membayar semua hutangmu yang jumlahnya tidak sedikit itu?" David menatapnya dari atas sampai ke bawah, "Bahkan sekalipun kau menawarkan tubuhmu padaku, aku tidak tertarik sama sekali!" cibirnya.
"Jangan sembarangan, apa kau kira aku sudi memberikan tubuhku padamu? Aku lebih memilih menjadi pelayanmu sampai aku mati dari pada aku tidur denganmu!" teriak Alana marah.
"Jadi, bualan apa yang baru saja kau katakan, Nona Muda?" tanya David seraya menekan perkataannya.
"Sudah aku katakan, aku pasti membayar semua hutangku padamu tapi aku tidak mau menjadi pelayanmu lagi!"
David menatap gadis itu dengan tajam, tidak ingin menjadi pelayannya? Apa Alana Meyyer mengira dia bisa lepas dari genggaman tangannya? Dia tidak tahu apa yang ayahnya katakan waktu itu saat menemui dirinya dan memohon padanya, jika dia katakan gadis itu pasti sakit hati.
"Bicara yang jelas!" bentak David.
"Ijinkan aku pergi dari sini. Aku akan mencari pekerjaan di luar sana, pekerjaan yang lebih baik dari pada seorang pelayan. Aku akan membayar setiap bulan hutang-hutangku padamu sampai lunas jadi berikan aku pilihan!" pinta Alana.
David diam saja, tidak menjawab. Alana menunggu, dia harap pria itu memberikannya pilihan karena bukan keinginannya bekerja menjadi pelayan di rumah itu. Seharusnya David memberikannya pilihan dan tidak mengikatnya di rumahnya. Seharusnya pria itu memberikannya hak untuk menentukan pekerjaan. Bukankah yang penting hutangnya dapat dia bayar?
David yang menatapnya dengan tajam masih tidak menjawab, pria itu belum bersuara namun dia melangkah pergi, meninggalkan Alana yang sedari tadi menunggu jawaban darinya. Alana tampak tidak mengerti, padahal dia sangat membutuhkan jawaban dari pria itu. Tapi kenapa David diam saja?
Tidak, tidak bisa. Dia harus tahu apa keputusan David akan permintaannya. Alana mengejar, dia pun memanggil David yang sudah melangkah menuju kamarnya.
"Tunggu, kau belum menjawab permintaanku!" teriak Alana.
David menghentikan langkah sejenak, Alana pun menghentikan langkah. Dia harap David memberikannya kebebasan tapi nyatanya pria itu masih juga tidak menjawab dan masuk ke dalam kamarnya. Alana sangat kesal, apa susahnya menjawab permintaannya? Pria itu yang mengikatnya seperti itu tanpa memberikannya pilihan sama sekali padahal banyak cara yang bisa dia tempuh untuk melunasi hutangnya.
Alana memutar langkah, sambil mengumpat. David Douglas, pria yang sulit dimengerti. Dia harap besok dia bisa mendapatkan jawaban dari permintaannya itu. Pintu kamar dibanting keras, sebaiknya dia segera beristirahat karena dia sangat lelah. Satu hari sudah dia lewati tapi masih ada ribuan hari yang menyiksa jika David tidak mengijinkan dirinya memilih jalannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Ijir
masih nyimak blum bs nebak
2023-05-01
2
Yenny Mok
tebakan ku pengacara mrk yg jadi dalangnya? 🤔
2023-04-19
2
Aminah Adam
lanjut
2023-03-10
3